"Dari dulu hingga sekarang, calon jamaah Haji Indonesia hanya diberikan materi manasik Haji. Hal lain yang juga sangat mendukung prosesi Haji berupa pengenalan terhadap kultur masyarakat setempat tidak dilakukan," kata Muhammad Subarkah, dalam acara Dialektika Demokrasi bertema "Evaluasi Haji, Masalah Klasik Yang Selalu Terulang", di gedung DPR, Senayan Jakarta Kamis (8/11).
Soal ketersediaan air bersih misalnya. Menurut Barkah, semua calon jamaah Haji Indonesia yang baru pertama kali naik Haji tidak pernah diberi tahu bahwa ketersediaan air bersih selama di Arab Saudi sangat terbatas.
"Makanya jangan heran kalau calon jamaah Haji Indonesia diumpamakan ikan oleh masyarakat Arab Saudi karena dinilai boros dalam menggunakan air bersih. Apa saja aktifitasnya, selalu menggunakan air, sementara ketersediaan air sangat terbatas," kata Muhammad Subarkah.
Akhirnya kata dia, karena tidak pernah dikenalkan dengan peradaban masyarakat Arab Saudi yang minim dalam menggunakan air bersih, maka jamaah Haji Indonesia sendiri menjadi masalah saat berada di tengah-tengah kultur Arab Saudi.
Demikian juga halnya tentang fenomena banyak calon jamaah Hai Indonesia yang tertipu setelah berada di Arab Saudi. Menurut Subarkah, pelaku penipuan itu rata-rata berasal dari Indonesia sendiri.
"Kalau jamaah Haji itu berasal dari Batak, maka pelaku biasanya juga berasal dari Sumatera Utara yang memang fasih berbahasa Batak. Demikian juga jamaah Haji asal Madura, pelakunya saya duga juga orang Madura yang fasih berbahasa Madura," ungkap dia. (fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kesabaran Jamaah Haji Indonesia Menjurus Kebodohan
Redaktur : Tim Redaksi