JAMBI– Banjir di Jambi terus meluas. Setelah Kabupaten Bungo dan Merangin, kini banjir melanda Kabupaten Sarolangun, Muarojambi dan sebagian Kota Jambi. Diperkirakan beberapa pekan ke depan, ketinggian air Sungai Batanghari diperkirakan terus naik dan merendam Kota Jambi.
Badan Meteorolgi Klimatologi dan Geofisika Provinsi Jambi memperediksi wilayah Jambi Bagian Timur seminggu ini akan dilanda hujan dengan intensitas sedang dan lebat. Wilayah tersebut meliputi Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur, Muaro Jambi, dan Kota Jambi. Sementara di wilayah Jambi Bagian Barat intensitas hujan rendah.
Koordinator prakirawan BMKG Jambi, Kurnia Ningsih menjelaskan, intensuitas air ringan apabilah curah hujan antara 5 hingga 20 mm perhari. Sementara untuk yang sedang antara 20 hingga 50 mm perharinya. Hujan dikatakan lebat jika surah hujan sudah mencapai angka 50 hingga 100 mm perharinya.
Menurutnya, potensi hujan sedang dan lebat di wilayah Jambi Bagian Timur berkemungkinan menyebabkan bertambahnya ketinggian air sungai Batanghari. “Kita khawatir air sungai di wailayah barat sampai ke wilayah timur,” katanya.
Kemungkinan meluapnya air Sungai Batanghari juga bisa diakibatkan oleh air laut pasang. Menurut Kurnia Ningsih, air pasang terjadi dua kali dalam sebulan. Yakni pasang puranama pada tanggah 30 Desember 2012 lalu, dan yang kedua akan ada lagi pasang bulan baru, yaitu pada pertengahan Januari ini. “Pada posisi air laut pasang, kemungknan besar air sungai juga naik,” katanya.
Syahruddin, petugas pengukur tinggi air Sungai Batanghari mengatakan, saat ini ketinggian air sungai Batanghari adalah 13,70 Meter. “Tadi pagi baru segitu, kalau kemarin 13,65 meter,” katanya. Ketika ketinggian air Batangahri sudah 13,87, maka status yang sekarang siaga 4 dinaikan langsung menajdi siaga 1.
“Kalau status sudah siaga 1, Seberang kota sudah terendam, sudah mengungsi,” katanya. Syahruddin memperkirakan ketinggian air Suangai Batangahri bisa terus meningkat hingga mencapai angka 14 meter. Menurut dia, ketinggian air 14 meter ini terakhir kali terjadi di Kota Jambi pada tahun 1991, dan akan semakin banyak daerah yang terendam banjir.
Lebih lanjut Syahrudin mengatakan, naiknya permukaan air sungai Batangahri tidak hanya karena curah hujan yang tinggi. Tapi juga karena air kiriman dari daerah-daerah lain, seperti Sarolangun, Tembesi, Bangko, Muaro Bungo, dan daerah-daerah lainnya. “Tahun kemarin paling tinggi Cuma 13,30 meter. Bulan Januari ini, diperkirakan bisa mencapai 14 meter, karena air dari daerah-daerah itu kan bersatu di Sungai Tembesi, setelah itu baru mengalir ke sini (kota Jambi,red),” jelasnya.
Sebelumnya, banjit besar sudah melanda Kabupaten Bungo. Tercatat 5.525 KK lebih menjadi korban meluapnya Sungai Batang Bungo tersebut. Sementara di Sarolangun, enam kecamatan dilaporkan sudah terendam banjir. Yakni, kecamatan Pauh, Pelawan, Cermin Nan Gedang, Limun, Air Hitam, dan Kecamatan Sarolangun.
Data dari Kantor Kesbangpolinmas Sarolangun, kemarin (03/01), di kecamatan Limun, 360 rumah, 400 hektar areal sawah, satu sekolah SD, SMP dan SMA terendam. D Kecamatan Cermin Nan Gedang, yang berbatasan langsung dengan Limun, juga mengalami nasib serupa, 134 rumah terendam, 24 herktar sawah di desa Lubuk Resam juga mengalami nasib yang sama.
Di Muarojambi, puluhan rumah juga dilaporkan terendam. Lokasi yang paling parah di Kecamatan Kumpeh, yang dekat dengan Sungai Batanghari. Dari pengakuan masyarakat, di kawasan Kumpeh, seperti di Desa Puding, Mekar Sari dan Desa Sakean, sudah terendam.
Aktifitas warga disana sudah terganggu. “Di sini, warga sudah menggunakan kapal untuk kegiatan transportasi. Soalnya kendaraan (motor dan mobil) sudah tidak bisa sampai rumah lagi,” kata Arto, warga Desa Puding.
Menurutnya, kendaraan warga saat ini sudah di titipkan di tempat penitipan, karena jalan menuju rumah sudah terendam air yang mencapai ketinggian 80 cm. Selain rumah warga, 1 Madrasyah juga terendam banjir, sehingga tidak bisa digunakan lagi untuk kegiatan belajar mengajar.
Dari Data BPBD Kabupaten Muarojambi, ketinggian air saat ini berkisar 13,65 cm. Ketinggian tersebut diperkirakan masih akan naik secara perlahan. “Kita sudah meninjau dan melakukan pengukuran ketingian air. Untuk sementara ini ketinggiannya masih bertahan,” terang zakir, kepala BPBD.
Sementara di Kota Jambi, kemarin, tim gabungan yang terdiri dari SAR, BPBD, Polri, Dinkes dan TNI melakukan operasi siaga IV antisipasi banjir di dua kawasan yakni Kampung Legok dan Sijenjang. Komandan operasi, Mayor Herman mengatakan, operasi gabungan ini dilakukan untuk meninjau kondisi warga yang terendam banjir. Menurutnya, hingga kemarin ketinggian air masih mencapai 13 meter.
“Belum ada aktivitas warga yang terganggu,”ujarnya. “Karena kondisi sudah masuk pada fase siaga IV, maka kami melakukan operasi guna memberitahu agar warga waspada,”imbuhnya.
Melihat tingginya curah hujan dan debet Sungai Batanghari memungkinkan level banjir bisa meningkat menjadi siaga 2 bahkan siaga 1. “Saat ini, warga di Kampung Legok hanya bisa melakukan aktivitas dengan menggunakan perahu. Sebab, akses jalur darat menuju kesana terendam air dengan kedalam mencapai 13 meter,”katanya.
Menurutnya , dalam operasi tersebut tim menghimbau warga agar terus waspada. Bila volume air meninggi, warga diminta segera melakukan evakuasi dini barang dan anggota keluarganya ke daerah evakuasi. “Untuk di Kota Jambi, titik rawan memang ada di Kampung Legok dan Sijenjang,”ujarnya.(mui/een/ iis)
Badan Meteorolgi Klimatologi dan Geofisika Provinsi Jambi memperediksi wilayah Jambi Bagian Timur seminggu ini akan dilanda hujan dengan intensitas sedang dan lebat. Wilayah tersebut meliputi Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur, Muaro Jambi, dan Kota Jambi. Sementara di wilayah Jambi Bagian Barat intensitas hujan rendah.
Koordinator prakirawan BMKG Jambi, Kurnia Ningsih menjelaskan, intensuitas air ringan apabilah curah hujan antara 5 hingga 20 mm perhari. Sementara untuk yang sedang antara 20 hingga 50 mm perharinya. Hujan dikatakan lebat jika surah hujan sudah mencapai angka 50 hingga 100 mm perharinya.
Menurutnya, potensi hujan sedang dan lebat di wilayah Jambi Bagian Timur berkemungkinan menyebabkan bertambahnya ketinggian air sungai Batanghari. “Kita khawatir air sungai di wailayah barat sampai ke wilayah timur,” katanya.
Kemungkinan meluapnya air Sungai Batanghari juga bisa diakibatkan oleh air laut pasang. Menurut Kurnia Ningsih, air pasang terjadi dua kali dalam sebulan. Yakni pasang puranama pada tanggah 30 Desember 2012 lalu, dan yang kedua akan ada lagi pasang bulan baru, yaitu pada pertengahan Januari ini. “Pada posisi air laut pasang, kemungknan besar air sungai juga naik,” katanya.
Syahruddin, petugas pengukur tinggi air Sungai Batanghari mengatakan, saat ini ketinggian air sungai Batanghari adalah 13,70 Meter. “Tadi pagi baru segitu, kalau kemarin 13,65 meter,” katanya. Ketika ketinggian air Batangahri sudah 13,87, maka status yang sekarang siaga 4 dinaikan langsung menajdi siaga 1.
“Kalau status sudah siaga 1, Seberang kota sudah terendam, sudah mengungsi,” katanya. Syahruddin memperkirakan ketinggian air Suangai Batangahri bisa terus meningkat hingga mencapai angka 14 meter. Menurut dia, ketinggian air 14 meter ini terakhir kali terjadi di Kota Jambi pada tahun 1991, dan akan semakin banyak daerah yang terendam banjir.
Lebih lanjut Syahrudin mengatakan, naiknya permukaan air sungai Batangahri tidak hanya karena curah hujan yang tinggi. Tapi juga karena air kiriman dari daerah-daerah lain, seperti Sarolangun, Tembesi, Bangko, Muaro Bungo, dan daerah-daerah lainnya. “Tahun kemarin paling tinggi Cuma 13,30 meter. Bulan Januari ini, diperkirakan bisa mencapai 14 meter, karena air dari daerah-daerah itu kan bersatu di Sungai Tembesi, setelah itu baru mengalir ke sini (kota Jambi,red),” jelasnya.
Sebelumnya, banjit besar sudah melanda Kabupaten Bungo. Tercatat 5.525 KK lebih menjadi korban meluapnya Sungai Batang Bungo tersebut. Sementara di Sarolangun, enam kecamatan dilaporkan sudah terendam banjir. Yakni, kecamatan Pauh, Pelawan, Cermin Nan Gedang, Limun, Air Hitam, dan Kecamatan Sarolangun.
Data dari Kantor Kesbangpolinmas Sarolangun, kemarin (03/01), di kecamatan Limun, 360 rumah, 400 hektar areal sawah, satu sekolah SD, SMP dan SMA terendam. D Kecamatan Cermin Nan Gedang, yang berbatasan langsung dengan Limun, juga mengalami nasib serupa, 134 rumah terendam, 24 herktar sawah di desa Lubuk Resam juga mengalami nasib yang sama.
Di Muarojambi, puluhan rumah juga dilaporkan terendam. Lokasi yang paling parah di Kecamatan Kumpeh, yang dekat dengan Sungai Batanghari. Dari pengakuan masyarakat, di kawasan Kumpeh, seperti di Desa Puding, Mekar Sari dan Desa Sakean, sudah terendam.
Aktifitas warga disana sudah terganggu. “Di sini, warga sudah menggunakan kapal untuk kegiatan transportasi. Soalnya kendaraan (motor dan mobil) sudah tidak bisa sampai rumah lagi,” kata Arto, warga Desa Puding.
Menurutnya, kendaraan warga saat ini sudah di titipkan di tempat penitipan, karena jalan menuju rumah sudah terendam air yang mencapai ketinggian 80 cm. Selain rumah warga, 1 Madrasyah juga terendam banjir, sehingga tidak bisa digunakan lagi untuk kegiatan belajar mengajar.
Dari Data BPBD Kabupaten Muarojambi, ketinggian air saat ini berkisar 13,65 cm. Ketinggian tersebut diperkirakan masih akan naik secara perlahan. “Kita sudah meninjau dan melakukan pengukuran ketingian air. Untuk sementara ini ketinggiannya masih bertahan,” terang zakir, kepala BPBD.
Sementara di Kota Jambi, kemarin, tim gabungan yang terdiri dari SAR, BPBD, Polri, Dinkes dan TNI melakukan operasi siaga IV antisipasi banjir di dua kawasan yakni Kampung Legok dan Sijenjang. Komandan operasi, Mayor Herman mengatakan, operasi gabungan ini dilakukan untuk meninjau kondisi warga yang terendam banjir. Menurutnya, hingga kemarin ketinggian air masih mencapai 13 meter.
“Belum ada aktivitas warga yang terganggu,”ujarnya. “Karena kondisi sudah masuk pada fase siaga IV, maka kami melakukan operasi guna memberitahu agar warga waspada,”imbuhnya.
Melihat tingginya curah hujan dan debet Sungai Batanghari memungkinkan level banjir bisa meningkat menjadi siaga 2 bahkan siaga 1. “Saat ini, warga di Kampung Legok hanya bisa melakukan aktivitas dengan menggunakan perahu. Sebab, akses jalur darat menuju kesana terendam air dengan kedalam mencapai 13 meter,”katanya.
Menurutnya , dalam operasi tersebut tim menghimbau warga agar terus waspada. Bila volume air meninggi, warga diminta segera melakukan evakuasi dini barang dan anggota keluarganya ke daerah evakuasi. “Untuk di Kota Jambi, titik rawan memang ada di Kampung Legok dan Sijenjang,”ujarnya.(mui/een/ iis)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Buruh Nelayan Akan Naik Kelas
Redaktur : Tim Redaksi