jpnn.com, JAKARTA - Menko Perekonomian Airlangga Hartarto meresmikan sebuah masjid di area Tol Lingkar Luar Bogor Ring Road pada 8 April 2021 lalu. Rumah ibadah dengan arsitektur bergaya Tionghoa itu diberi nama Masjid Jami Tine Tang.
Pengusaha Mohammad Jusuf Hamka, selaku pemrakarsa, mengungkapkan kisah di balik penamaan masjid itu dan kenapa Menko Airlangga yang meresmikannya.
BACA JUGA: Menko Airlangga Dengarkan Curhat PKL Penerima Bantuan Pemerintah di Medan
Pria yang akrab disapa Babah Alun itu sebelumnya sudah membangun tiga masjid bergaya oriental di wilayah Jabodetabek. Semuanya diberi nama Masjid Babah Alun.
Saat pembangunan masjid keempat tengah berjalan, Airlangga mengungkapkan ketertarikan. Ketua umum Golkar itu mengaku sudah lama punya niat membangun masjid untuk kedua orang tuanya, Ibu Hartini dan Almarhum Pak Hartarto Sastrosunarto.
BACA JUGA: Menko Airlangga: Kebijakan KUR Bukti Keberpihakan Pemerintah kepada UMKM
Karena mengenal cukup baik keluarga orang tua Airlangga, Jusuf pun tak keberatan. "Pakai saja kalau memang Bapak mau. Tapi, apa Bapak mau masjid yang arsitekturnya oriental seperti ini?" ungkap staf khusus Airlangga di Kementerian Koordinator Perekonomian tersebut.
Airlangga menilai desain arsitekturnya cukup bagus. Namun ia menolak jika masjid yang dibangun Jusuf Hamka diberikan begitu saja. "Waktu itu sambil bercanda beliau bilang, saya nggak mau ambil saya mau akuisisi," kata Jusuf menirukan perkataan Airlangga.
BACA JUGA: Menko Airlangga Sampaikan Pesan Pak Jokowi
Jusuf sempat menolak, tetapi Airlangga tetap tidak mau. Akhirnya disepakati, biaya pembangunan masjid tersebut diganti Airlangga, dan Jusuf Hamka akan membangun masjid baru di tempat lain dengan dana tersebut.
Jusuf yang masih ragu sempat mempertanyakan lagi pada Airlangga apakah dia yakin, mengingat arsitektur masjid yang bergaya oriental bisa menjadi kontroversi.
Namun Airlangga menjawab hal itu tidak menjadi masalah baginya. Mau arsitekturnya bergaya apapun selama tidak melanggar aturan agama dan fungsinya tetap sebagai tempat ibadah umat muslim.
"Beliau bilang, di sinilah kita tunjukkan bahwa pemimpin harus berani menuai keberagaman, dari hal-hal yang kecil dulu," kata Jusuf.
Airlangga pun meminta Jusuf tetap melanjutkan pembangunan masjid bergaya oriental tersebut sesuai rencana. Jusuf mengaku saat itu, dalam hati ia memuji keberanian Airlangga.
"Ternyata, setelah masjid ini diresmikan pada tanggal 8 April, enggak ada tuh yang protes, enggak ada tuh yang nyinyir, enggak ada juga yang ngebully. Malah semua bersyukur, karena semua orang pengguna jalan yang mau ke Jakarta, kadangkala waktunya solat, berhenti di sini, memanfaatkan masjid ini. WC nya bersih, tempat wudhunya bersih, tangganya pun juga berbeda, ada tangga buat pria, tangga buat wanita," tutur Jusuf.
Jusuf juga menceritakan, kalau dana yang diberikan Airlangga untuk mengganti biaya pembangunan masjid berlebih. Namun Airlangga meminta Jusuf mempergunakannya untuk membangun warung pojok halal di dekat masjid.
"Jadi warung pojok halal itu duit dari beliau. Bikinin warung supaya orang yang main kesini bisa ada tempat makan dan minumnya, biar gak jauh-jauh," ujarnya.
Airlangga meyakinkan Jusuf Hamka bahwa masjid tersebut bisa menjadi tempat wisata religi. Karena saat menjadi anggota DPR, Airlangga berasal dari Dapil Bogor, sehingga tahu kalau hal itu akan disukai warga Bogor dan sekitarnya.
"Eh, bener. Alhamdulillah, ini tempat jadi wisata religi. Sabtu-Minggu rame di sini. Orang pada selfie, foto-toto, akhirnya cari makanan-minuman di sini," ujarnya. Namun karena PPKM, masyarakat akhirnya masih dilarang untuk berkumpul-kumpul.
Mengenai nama masjid Jami Tine Tang, Jusuf Hamka mengatakan awalnya masjid tersebut akan dinamai masjid Babah Alun ke 4, "Tapi karena sudah diakuisisi ceritanya, ya tergantung Pak Airlangga dong mau namain apa," ujarnya.
Waktu itu Airlangga menuliskan nama Tine Tang. Jusuf awalnya tidak bertanya lebih jauh perihal nama tersebut.
"Tapi karena banyak yang bisik-bisik nanya, akhirnya saya tanya sama Pak Airlangga. Ternyata Tine itu dari nama Ibu Hartini yang waktu kecil dipanggil Tine, dan Tang itu dari nama panggilan kecil Pak Hartarto," tutur Jusuf.
Jusuf menerangkan, di kalangan Tionghoa jika disambungkan dan dibaca Tien Tang artinya Pintu Surga atau Rumah Tuhan.
"Jadi beliau juga baru tau artinya. Akhirnya sepakatlah namanya masjid Jami Tine Tang. Jadi kalau orang China bilang, masjid Jami Tien Tang, gitu," pungkas Jusuf Hamka. (dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil