jpnn.com, JAKARTA - Lembagai survei Indometer memprediksi Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Ridwan Kamil akan menjadi kandidat kuat pada Pilpres 2024 mendatang. Pasalnya, mereka konsisten bertengger di urutan tiga besar dalam berbagai survei elektabilitas capres yang dirilis setahun terakhir.
Pakar komunikasi politik Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritongan menilai prediksi Indometeri tersebut sangat prematur. Pasalnya, banyak juga hasil survei yang tidak menempatkan ketiga tokoh itu di posisi tiga besar.
BACA JUGA: Survei Indometer: PSI Tembus 5 Persen, Partai Ummat Mengejutkan
Jamiluddin mencontohkan survei Litbang Kompas yang menempatkan Prabowo Subianto dengan elektabiltas tertinggi, disusul Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Sandiaga Uno, Ridwan Kamil, dan AHY.
Menurutnya, perbedaan posisi itu disebabkan berbagai faktor. Namun, dia mengakui bahwa semua lembaga survei menempatkan Prabowo, Ganjar dan RK di posisi enam besar.
BACA JUGA: Survei Capres: Ganjar, Prabowo, RK Capres Unggulan, Anies dan AHY Tak Punya Kesempatan?
"Lembaga survei itu memunculkan nama yang sama dalam peringkat enam besar. Hanya peringkatnya saja yang berbeda," kata Jamiluddin kepada JPNN.com, Sabtu (8/5).
Faktor pertama, kata dia, adalah metodologi survei, seperti alat ukur (instrument) dan sampel yang diteliti.
BACA JUGA: Pembentukan Holding, BUMN Jasa Survei Bidik Pasar Indonesia Timur
"Kalau alat ukur dan sampel yang diteliti berbeda, wajar saja kalau hasilnya juga berbeda," ujar Jamiluddin.
Faktor lain, lanjut mantan dekan IISIP Jakarta itu, waktu penelitian. Dia menyebut, penelitian yang dilakukan oleh empat lembaga survei itu tidak jauh berbeda.
Oleh karena itu, kalau pun hasilnya berbeda tentu tidak signifikan. Hal itu terlihat dengan tetap masuknya nama yang sama dalam enam besar dari empat lembaga survei tersebut.
Ketiga, faktor adanya peristiwa besar yang menyebabkan perubahan elektabilitas seseorang.
Selama kurun waktu April dan awal Mei 2021, kata dia, selain AHY, tidak ada peristiwa besar yang dapat merusak nama baik mereka.
Hanya saja, kata penulis buku Perang Bush Memburu Osama itu, AHY yang tampaknya diuntungkan dengan adanya peristiwa begal terhadap Partai Demokrat.
Terakhir menurutnya, faktor objektifitas peneliti. Menurutnya, faktor ini seharusnya sudah menyatu dalam diri peneliti.
Namun demikian, dalam kenyataannya, masalah objektifitas kerap digadaikan hanya karena tidak independennya peneliti.
"Faktor ini kiranya dapat menentukan perbedaan hasil survei, termasuk peringkat elektabilitas seseorang," ucap Jamiluddin.
Jamiluddin menyatakan, empat faktor tersebut bisa mempengaruhi perbedaan hasil survei, sebagaimana ditunjukkan oleh empat lembaga survei itu.
Dia meminya masyarakat harus cerdas membaca hasil survei agar tidak mudah tergiring oleh hasil survei.
Apalagi, kata dia, belakangan ini ada indikasi hasil survei digunakan untuk menggiring opini khlayak.
"Berhati-hatilah, karena ada saja peneliti yang rela menggadaikan objektifitas demi segepok rupiah," kata Jamiluddin. (cr3/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur & Reporter : Fransiskus Adryanto Pratama