Janda Beranak Dua Tinggal di Kandang Ayam

Ditinggal Suami, Dua Anaknya Terancam Tak Sekolah

Selasa, 06 Maret 2012 – 09:39 WIB

BATAM - Anastasia, 36, janda dua anak, enam tahun tinggal di kandang ayam pinjaman tetangganya. Dua anaknya Yosafat, 8, dan Silvinus, 6, belum sekolah, memerlukan bantuan dermawan Batam.

"Beginilah hidup kami," kata wanita berkulit agak gelap itu kepada Eusebius Sara dari Batam Pos (JPNN Group). Ia tinggal di perkampungan rumah liar Cunting, Tanjunguncang. Hanya ada jalan setapak yang becek jika hujan. Saat hujan lebat, air merendam jalan setapak itu dan merembes, mengalir ke puluhan rumah liar di sekelilingnya.

Sementara tempat tinggal Anastasia adan dua anaknya terletak sekitar 100 meter dari jalan setapak itu. Benar-benar sebuah kandang ayam.  Atapnya bocor di sana-sini. Dindingnya banyak yang lapuk. Sebagian malah terbuka. Angin kencang yang menyertai hujan pagi itu, benar-benar memporak-porandakan kandang tersebut.

Andai kandang itu dihuni ayam, mungkin tak ada yang aneh. Namun isinya, ember berisi baju-baju kotor dan koper yang sudah robek. Di pojok kandang, sejumlah alat masak basah diguyur hujan.

Saat ditemui Batam Pos, ketiganya menahan dingin. Kaos yang mereka kenakan masih basah. Sejak pagi duduk meringkuk di dalam kandang itu, ketiganya tak bisa berlindung dari hujan.

Kandang ayam itupun bukan milik Anastasia. Itu milik Wira, warga ruli Cunting, Tanjunguncang.

Sejak enam tahun lalu, mereka menampati kandang tersebut. "Saya tak tahu harus tinggal di mana lagi. Ini saja sudah beruntung, ada yang berbaik hati ngasih tempat tinggal," ujar Anastasia.

Anastasia asli Flores. Dia meninggalkan kampung halamannya menuju Batam tahun 2000 silam. Beberapa bulan di Batam, Anastasia berkenalan dengan seorang pria satu kampungnya yang bernama Leonardus Davanti. Keduanya saling jatuh cinta. Hanya beberapa minggu sejak mengikrarkan cinta, keduanya langsung sepakat menikah.

"Kami menikah tahun 2000, punya anak tiga. Satunya (putra pertama) meninggal karena Demam Berdarah," ujar Anastasia.

Cerita Anastasia terhenti sejenak. Air matanya menetes. Isak tangisnya terdengar lirih. Ia berusaha menahan air matanya. Namun, makin ditahan, tangisnya makin pecah. Sejumlah tetangganya yang mendengar ceritanya ikut menangis. Keharuan menyelimuti kandang ayam itu.

Pernikahan Anastasia dan Leonardus mulai retak sekitar tahun 2006. Anastasia saat itu baru melahirkan Silvinus. Leonardus yang bekerja di salah satu perusahaan galangan kapal mulai jarang pulang. Awalnya pulang seminggu dua kali. Lalu pulang seminggu sekali. Makin lama, Leonardus cuma pulang sebulan sekali. Alasannya banyak, tak bisa pulang karena cari duit dan lainnya.

Leonardus akhirnya tak pernah pulang lagi. Ia meninggalkan Anastasia, Yosafat yang masih berumur 2 tahun, dan Silvinus yang masih bayi kemerahan. Hingga Yosafat berumur delapan tahun, Leonardus tak pernah menengok Anastasia dan anak-anaknya.

"Tahun 2006 katanya dia (Leonardus) menikah lagi. Kami ditinggalkan begitu saja," ujar Anastasia.

Anastasia tak menuntut. Ia memutuskan membesarkan sendiri anak-anaknya. Setiap hari, ia bekerja apa saja. Kadang menjadi pemulung, kadang bekerja sebagai buruh cuci pakaian. "Bahkan saya pernah gali pasir di parit. Yang penting anak-anak saya bisa makan," katanya.

Hidup Anastasia makin terpuruk setelah rumah mereka tergusur. Hatinya hancur. Ia tak tahu harus tinggal dimana. Untungnya, tetangganya memberikan ia tempat menginap. Namun, lama-lama ia merasa tak enak.

Anastasia memutuskan tinggal di kandang ayam, kandang yang ditinggalinya hingga kini. Meski serba kekurangan, Anastasia mencoba menerima nasibnya itu. Angin dan hujan, bisa sewaktu-waktu datang. Itu tak membuat Anastasia mengeluh. Hingga akhirnya, Anastasia diketahui menderita penyakit jantung.

"Saya pernah satu kali ke dokter, katanya komplikasi jantung tapi gak bisa beli obat. Tak punya uang," katanya.

Angin dan hujan yang mendera tiap malam, membuat penyakitnya makin berat. Namun, karena tak punya uang, ia tak bisa berobat. Padahal, kalau mau, ia bisa saja meminta bantuan saudara-saudaranya di Batam. "Keluarga saya banyak orang sukses tapi gak ada yang perhatikan saya. Saya juga tak mau merepotkan mereka," kata Anastasia.

Meski pasrah, Anastasia mengkhawatirkan nasib anak-anaknya. Yosafat dan Silvinus, hingga kini tak kunjung sekolah. Ketiadaan uang, membuat dua anaknya itu tak pernah mencicipi bangku sekolah. "Saya kasihan dua anak saya ini. Mereka tak mungkin bisa sekolah kalau kondisi saya begini. Jangankan untuk sekolah, untuk makan saja susah," tukasnya.

Soal Leonardus, tak banyak kata yang keluar dari mulut Anastasia. Meski Leonardus masih berada di Batam, katanya, ia tak ingin mengusiknya lagi."Tak apalah biar dia bahagia dengan istri barunya. Biar saya yang menanggung derita ini," ujarnya.(jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KPI Mediasi Demokrat dengan Metro TV dan TV One


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler