Jangan Ada Lagi Pelototan Mata di Danau Toba

Selasa, 22 Maret 2016 – 00:56 WIB
Danau Toba. Foto: Metro Siantar/dok.JPNN

jpnn.com - JAKARTA – Sudah banyak tokoh nasional yang mengingatkan pentingnya menjadikan warga sekitar Danau Toba sebagai masyarakat sadar wisata. Yakni masyarakat yang ramah, menghargai para pelancong.

Yang terbaru dari Arist Merdeka Sirait. Pria kelahiran Pematangsiantar 17 Agustus 1960 itu mengatakan, tidak ada gunanya sarana dan prasarana trasportasi dibangun untuk menggenjot kunjungan wisatawan Danau Toba, jika yang mereka temui di sekitar danau adalah ketidakramahan.

BACA JUGA: Rampung Dibangun, Pelabuhan BauBau Bisa Gairahkan Perekonomian di Sulteng

“Sarana sebaik apa pun, kalau mentalitas masyarakat di sana tidak diubah, ya tidak ada gunanya. Masyarakat harus segera disadarkan, diubah sikapnya menjadi ramah pada tamu-tamu, kepada pelancong,” ujar Arist kepada JPNN kemarin (21/3).

Pria yang juga Ketua Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA) itu menggunakan istilah “ramah lingkungan”. Yang tidak hanya ramah terhadap wistawan, tapi juga menyangkut masalah kebersihan di sekitar Danau Toba, sehingga membuat nyaman siapa pun yang datang.

BACA JUGA: Mantap, Kemenhub Rampungkan Pembangunan 15 Pelabuhan di NTT

Dia membayangkan, rute penerbangan langsung Jakarta-Silangit di awal-awal mungkin selalu penuh. Penumpang itu bisa jadi orang Batak yang pulang kampung, karena memang banyak sekali yang merantau di Jakarta. Atau, memang sebagian besar wisatawan yang mau datang ke Danau Toba.

Nah, kalau yang antusias datang ke Danau Toba ini, dengan penerbangan langsung ke Silangit, jangan sampai begitu tiba ke lokasi wisata yang dituju, yang dirasakan hanya kekecewaan.

BACA JUGA: Besok, Garuda Terbang Perdana ke Silangit

“Pengin cepat ke Danau Toba, sampai sana kecewa karena lingkungan kotor, juga suasana yang tidak ramah. Mereka pasti ingin cepat pulang dan tidak akan mau datang lagi,” ujar Arist.

Dia mengingatkan, wisatawan datang itu pasti untuk senang-senang, refreshing, dan mencari suasana yang nyaman. “Kalau datang dipelototi, ya malaslah,” cetusnya.

Arist mengatakan hal tersebut berdasar pengamatannya saat jalan-jalan di sekitar Danau Toba. 

“Orang mau beli souvenir, dibolak-balik dulu. Penjualnya marah, orang yang pegang-pegang souvenir dipelototi, dipaksa beli. Ini beda jauh dengan di Bali, penjualnya tetap ramah, tetap senyum meski tidak jadi beli. Nah, mari mentalitas seperti itu kita ubah, mari tebarkan senyum untuk tamu-tamu Danau Toba, perlakukan mereka seperti raja,” imbau Arist.

Kritikan lain menyangkut atraksi atau tontotan yang disajikan ke pengunjung Danau Toba. Menurutnya, selama ini atraksi budaya yang ditampilkan membosankan.

“Kalau hanya si Gale-gale, tortor, itu pasti membosankan. Tantangan bagi pemda setempat, bagaimana menyuguhkan aspek budaya menjadi sesuatu yang menarik bagi industri pariwisata. Jangan hanya tortor saja,” ulasnya. (sam/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... MenPAN-RB Dorong Pemprov Aceh Minta Tambahan Kapal


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler