jpnn.com - Masih banyak stigma seputar bunuh diri yang beredar di masyarakat. Salah satunya, keinginan bunuh diri kerap dilekatkan pada kondisi depresi.
Namun, apakah penyebab bunuh diri selalu bisa dikatakan depresi atau ada kondisi kejiwaan lain yang dapat juga memicu bunuh diri?
BACA JUGA: Makin Banyak Wanita Baru Melahirkan Alami Depresi di Masa Pandemi
Bunuh diri tak selalu depresi
Depresi sendiri diartikan sebagai kelainan suasana hati yang menyebabkan perasaan sedih dan kehilangan minat secara terus-menerus.
BACA JUGA: Benarkah Cuka Apel Bisa Turunkan Kolesterol?
Gangguan kesehatan mental ini dapat memengaruhi penderita dalam berpikir dan berperilaku, sekaligus bisa memicu berbagai masalah fisik maupun emosional.
Gejala depresi dapat bervariasi dari ringan hingga berat, antara lain:
BACA JUGA: Lifepack & Jovee Ajak Masyarakat Peduli Penyebab Kematian Kelima di Indonesia
- Perasaan sedih, murung yang terus-menerus.
- Kehilangan minat atau kesenangan dalam aktivitas yang disukai.
- Perubahan nafsu makan (penurunan berat badan atau penambahan berat badan yang tidak terkait dengan diet).
- Kesulitan tidur atau sebaliknya terlalu banyak tidur.
- Merasa tidak berharga atau bersalah.
- Kesulitan berpikir, berkonsentrasi atau mengambil keputusan.
- Pikiran tentang kematian atau bunuh diri.
Dari sederet gejala tersebut, bunuh diri sering sekali diidentikkan dengan gangguan depresi. Apakah benar demikian?
“Orang yang punya pikiran untuk bunuh diri tidak selalu dia alami gangguan depresi," ujar psikolog Ikhsan Bella Persada.
Dia menambahkan, dalam situasi penuh tekanan atau sedang dilanda kekecewaan yang mendalam, seseorang bisa saja punya pemikiran untuk mengakhiri hidup.
Contohnya, ketika seseorang kehilangan orang tersayang atau keluarga dekat, mengalami kegagalan berulang, perasaan tidak berharga karena penolakan dari orang yang penting, termasuk juga bullying.
“Sementara itu, ada juga gangguan kesehatan mental yang memicu pemikiran dan tindakan bunuh diri. Misalnya, gangguan bipolar dan skizofrenia. Jadi, enggak selalu depresi saja,” Ikhsan menegaskan.
Ikhsan mencontohkan, ada penderita skizofrenia paranoid sampai ingin bunuh diri karena lelah “dikejar-kejar” terus oleh pembunuh bayaran yang sebenarnya tidak ada.
Faktor penyebab bunuh diri lainnya juga dapat berupa gangguan makan, seperti anoreksia, serta penyalahgunaan zat.
Selain itu, seseorang dengan riwayat keluarga penyakit mental cenderung memiliki pikiran untuk mengakhiri hidup.(klikdokter)
Redaktur & Reporter : Yessy