jpnn.com, JAKARTA - PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI terus memberikan edukasi kepada masyarakat untuk dapat bertransaksi aman dan nyaman.
Hal tersebut tak lepas dari masih adanya berbagai modus penipuan online atau social engineering.
BACA JUGA: Keunggulan Aplikasi Threads Dibanding Twitter, Simak Nih
Pemimpin Kantor Cabang BRI Malang Sutoyo, Akhmad Fajar mengungkapkan Salah satu modus penipuan melalui permintaan untuk mengklik sebuah file undangan pernikahan berformat APK di WhatsApp (WA).
Hal itu mengakibatkan salah satu nasabah tabungan di Kota Malang, Jawa Timur harus kehilangan saldo di rekeningnya hingga Rp 1,4 miliar.
BACA JUGA: BPIP Meluncurkan Aplikasi Mobile untuk Mudahkan Akses JDIH
"Korban dengan sadar memberikan persetujuan untuk mengizinkan aplikasi tersebut mengakses aplikasi SMS," ungkap Akhmad dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (7/7).
Kejahatan perbankan pun dapat terjadi karena data transaksi perbankan (kode OTP) yang bersifat pribadi dan rahasia dikirimkan melalui SMS. Alhasil, transaksi perbankan melalui mobile banking dapat berjalan sukses.
BACA JUGA: Doku Meluncurkan Aplikasi Pembayaran Terbaru untuk Dukung Digitalisasi UMKM
"Kami telah melakukan investigasi atas pengaduan korban, di mana yang bersangkutan merupakan korban tindak kejahatan penipuan online atau social engineering," katanya.
Akhmad menjelaskan bahwa kejadian tersebut akibat yang bersangkutan telah membocorkan data transaksi perbankan (Kode OTP) yang bersifat pribadi dan rahasia pada pihak yang tidak bertanggung jawab sehingga transaksi dapat berjalan dengan sukses.
Pihaknya sangat menyesalkan kejadian tersebut dan berempati kepada yang bersangkutan. Namun demikian, bank hanya akan melakukan penggantian kerugian kepada nasabah apabila kelalaian diakibatkan oleh sistem perbankan.
Lebih lanjut, Akhmad mengimbau nasabah agar lebih berhati-hati dan tidak mengunduh, menginstal, maupun mengakses aplikasi tidak resmi. Selain itu, nasabah untuk tetap menjaga kerahasiaan data pribadi dan data perbankan kepada orang lain dan pihak yang mengatasnamakan BRI, termasuk memberikan informasi data pribadi maupun data perbankan (nomor rekening, nomor kartu, PIN, user, password, OTP, dsb.) melalui saluran, tautan atau website dengan sumber yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
“Dengan makin beragamnya modus penipuan secara digital, BRI juga menghimbau agar nasabah tidak sembarang meng-install aplikasi dengan sumber yang tidak resmi dan tidak dapat dipertanggung jawabkan. Data atau informasi dapat dicuri oleh para fraudster apabila masyarakat meng-install aplikasi dengan sumber tidak resmi yang dikirimkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab,” ucap Akhmad.
BRI juga mengimbau jika nasabah mendapat notifikasi melalui SMS, surat elektronik atas transaksi yang tidak dilakukan, agar dapat segera menghubungi Contact BRI yang resmi di 14017/1500017.
Nasabah juga diimbau untuk tidak mudah percaya kepada akun-akun social media tidak resmi yang mengatasnamakan BRI, adapun saluran komunikasi resmi BRI (centang biru/verified) hanya dapat diakses nasabah melalui www.bri.co.id, Instagram: @bankbri_id, Twitter: bankbri_id, kontak bri, promo_bri, Facebook: Bank BRI, YouTube: Bank BRI, TikTok: Bank BRI, dan Contact BRI 14017/1500017.
Sejak modus penipuan social engineering ini mulai menyasar nasabahnya pada tahun lalu, BRI terus mengedukasi nasabahnya untuk waspada dengan beragam modus penipuan tersebut dan tetap menjaga kerahasiaan data transaksi.
Tidak hanya di BRI, kejahatan perbankan dengan modus social engineering tersebut juga dapat terjadi di bank manapun.
Oleh karenanya, untuk memerangi kejahatan perbankan tersebut, BRI juga terus proaktif berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk mengungkap dan menangkap pelaku yang terlibat berbagai tindakan kejahatan perbankan yang merugikan nasabah dan masyarakat secara umum.(jpnn)
Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Elvi Robiatul, Elvi Robiatul