jpnn.com, BEKASI - Keberadaan lutung (trancypitecus auratus) di pesisir Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, terancam hilang alias punah.
Perubahan lokasi, perburuan dan ketersediaan makanan serta minimnya perhatian dari pemerintah daerah (Pemda) menjadi penyebab utama merosotnya populasi lutung.
BACA JUGA: Kiai Said Dihina di Facebook, Ansor Bekasi Lapor Polisi
Hewan langka yang dilindungi ini kini tinggal 40 puluhan ekor dari sebelumnya berjumlah ratusan ekor.
Camat Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Fahrurozi mengatakan, satwa ini jumlahnya tinggal 40 ekor saja dari sebelumnya ratusan ekor.
BACA JUGA: Zakir Naik Pastikan Ceramah di Kota Bekasi
”Hewan langka yang dilindungi ini mulai punah karena perubahan lokasi, ” kata Fahrurozi saat dihubungi INDOPOS, Jumat (10/3).
Menurut Fahrurozi, rumah yang selama ini menjadi lokasi perkembangbiakan para lutung itu sudah tidak ada. Sejumlah pohon yang menjadi rumahnya berubah menjadi tumbuhan mangrouve.
BACA JUGA: Survei Stadion, Zakir Naik Mau Ceramah di Bekasi?
“Kalau dulu mereka hidup di pepohonan, sekarang sudah tidak lagi. Lebih banyak lahannya ditumbuhi mangrove,” ujarnya.
Bukan itu saja, kata Fahrurozi, perburuan manusia terhadap Lutung itu masih marak. Para pemburu itu mengincar hewan langka itu semata-mata untuk kepentingan komersil.
“Kebanyakan di air keras untuk dipajang di ruang tamu,” jelasnya.
Bahkan, kata Fahrurozi, kepunahan Lutung itu diketahui setelah tahun 2016 sudah ada empat lutung mati. Penyebabnya, karena mereka tidak mendapat pasokan air sungai. Seluruh hewan itu terpaksa meminum air asin yang bukan konsumsinya.
“Kalau musim kemarau di Muara Gembong air menjadi asin, jadi mereka tidak bisa meminumnya. Jadi pada tahun 2016 lalu ada empat lutung yang mati,” jelasnya.
Dia berharap setelah lokasi tersebut dibebaskan dapat menjadi lokasi khusus bagi habitat lutung agar populasinya terus terjaga.
“Kami sih ingin pembebasan itu secepatnya. Kami juga berharap agar dapat dijadikan lokasi khusus bagi lutung supaya tidak punah karena memang ini kan satu-satunya di Bekasi,” ucapnya.
Selain itu, Fahrurozi mengaku, untuk melestarikannya, berbagai upaya terus dilakukan untuk menjaga populasi lutung. Salah satunya, dengan patroli rutin yang dilakukan oleh anggota kepolisian, imbauan dan larangan berburu juga terus digencarkan di lokasi habitat lutung jawa.
“Kalau nggak diimbau gitu nanti bisa habis, punah. Kalau dibiarkan (perburuan) habis lama-lama,” ujarnya.
Sementara itu, Kapolsek Muaragembong AKP Sigit Sudarmono mengatakan, populasi lutung Muaragembong itu sudah mulai punah. Padahal, hewan berbulu hitam dan berekor panjang termasuk satwa yang dilindungi.
“Hewan itu hampir punah karena perburuan liar,” imbuhnya.
Untuk mengantisipasinya, kata Sigit, pihak kepolisian akan meningkatkan patroli yang menggunakan perahu. Karena lokasi habitat lutung sulit dijangkau dengan kendaraan bermotor.
“Selain untuk mengantisipasi terjadi perburuan liar, patroli menggunakan perahu juga dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya kejahatan di perairan Muaragembong,” ujarnya.
Sementara itu, Pemerhati lingkungan Muara Gembong, Yusuf Maulana mengatakan, keberadaan masyarakat Desa Pantaio Bahagia yang dekat dengan lokasi habitat lutung masih belum peka. Sebab, pertumbuhan penduduk di lokasi tersebut banyak diisi oleh penduduk urban.
“Penduduknya masih cuek, tidak peduli dengan keberadaan satwa langka ini,” jelasnya.
Yusuf menjelaskan, belum ada perhitungan yang pasti atas jumlah lutung tersebut. Namun, keberadan mereka berada di pesisir laut Jawa, yang berhubungan sampai Cirebon dan Banten.
“Tapi jumlahnya paling banyak di Muara Gembong. Kalau di titik wilayah lain, hanya dua atau sampai lima ekor,” imbuhnya.
Sampai sekarang kata dia, belum ada perhatian sama sekali dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Bahkan, Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam sempat mendatangi lokasi Muaragembong, tapi belum ada tindakan. “Padahal, ini adalah identitas dari Lutung Jawa,” tandasnya. (dny)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bikin Geger! Habib Husein Ditemukan Mengambang di Rawa
Redaktur & Reporter : Adil