Jangan Diamkan, Sebulan 15 Tewas di Papua

Jumat, 08 Juni 2012 – 16:49 WIB

JAKARTA – Kaukus Papua yang terdiri dari Anggota DPR dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD)  dari dapil Papua, menilai pemerintah tidak serius mengusut aksi-aksi penembakan terhadap masyarakat di wilayah paling timur Indonesia itu.

“Sebulan terakhir kondisi keamanan Papua semakin meresahkan rakyat terutama di Papua. Penembakan terjadi dimana-mana secara misterius. Korban berjatuhan begitu banyak. Kami himpun data, ternyata dalam sebulan terakhir 15 nyawa (meninggal dunia),” kata Koordinator Kaukus Papua, Paskalis Kossay, didampingi Anggota DPR dapil Papua, Agustina Basik-basik, Peggy Patricia Patipi Muis, Diaz Dwijangge dan Tokoh Masyarakat Papua Murdiono,  saat konfrensi pers, di pressroom DPR, Jumat (8/6).

Kaukus sangat menyayangkan peristiwa yang tejadi di Wamena, Kabupaten Jayawijaya pada 6 Juni 2012.  “Dimana tindakan membabi buta yang dilakukan oleh (oknum) TNI Batalyon 756 Wamena hingga menewaskan 13 warga sipil,” kata Paskalis.

Dia juga menceritakan, kejadian itu dipicu seorang  oknum TNI yang menabrak hingga tewas anak kecil.  Akibatnya, keluarga korban menganiaya seorang oknum TNI hingga tewas dan lainnya kritis.

“Apakah suatu masalah harus diselesaikan dengan menimbulkan masalah baru? Baik TNI dan warga yang membunuh tetap harus ditindak dengan hukum yang berlaku di negara ini, tetapi apakah sebagai pelindung masyarakat harus membunuh orang yang tak berdaya?” kata Paskalis.

Dia juga membeberkan rentetan peristiwa penembakan misterius di Papua. Dimulai dari 1 Mei 2012 korban Thei Karoba di dekat Koramil Abepura-Jayapura. Pada 29 Mei 2012 seorang WNA Jerman Pieter Dietman Helmut di Pantai Base G-Jayapura.

Kemudian 4 Juni 2012 seorang mahasiswa Gilbert Febrian Madika tewas tertembak di Skyland Jayapura. Pada 5 Juni 2012, terjadi lagi dan tidak tanggung-tanggung tiga orang tertembak dalam peristiwa ini.

Yakni satu aparat Praptu Frengky Kune di Entrop dan dua warga sipil Iqbal Rivay dan Hardi Jayanto ditembak di depan Kantor Dinas Perhubungan Jalan Sam Ratulangi.

“Terakhir kemarin 7 Juni 2012, satu orang lagi tewas ditembak polisi di Komplek Yapis Jayapura,” tegas Paskalis yang juga Anggota Komisi III DPR itu.

Dia juga membeberkan peristiwa yang terjadi dua bulan terakhir dan menurutnya diketahui dilakukan oleh aparat baik TNI dan Polri. Dia menjelaskan, pada 5 Mei 2012, lima warga ditembak oleh Brimob di Degeuwo.

Pada 29 Mei aparat  TNI dan Polri melakukan operasi di Distrik Angkaisera, Serui, dengan membakar rumah warga serta menangkap John Nuntian. Pada 4 Juni dua anggota  Komite Nasional Papua Barat (KNPB) Vanuel Taplo dan Jack Miin ditembak mati oleh aparat dan satu lainnya Tanius Kalakmabin kritis di rumah sakit, setelah aksi KNPB dibubarkan di Sentani oleh aparat.

Tanggal 6 Juni 2012, di Wamena 13 warga sipil ditembak aparat sebagai aksi pembalasan yang dilakukan warga terhadap dua anggota yang dikeroyok warga, karena menabrak anak-anak. “Sedangkan 7 Juni di Jayapuram Teju Tabuni ditembak oleh empat orang polisi,” kata Paskalis.

“Penembakan yang dilakukan aparat TNI-Polri sungguh memerihatinkan. Peristiwa seperti ini tidak boleh didiamkan begitu lama. Harus ada langkah penyelesaian secara tuntas. Kami tidak melihat langkah serius yang ditempuh oleh pemerintah, terutama pemerintah daerah di Papua. Terkesan pemerintah membiarkan peristiwa menyakitkan ini,” katanya.

Dia menyesalkan tidak adanya upaya hukum, walaupun terang-terangan dilakukan oleh oknum aparat Polri dan TNI. Terhadap penembakan misterius itu, dinilai tidak ada upaya sungguh-sungguh dari aparat.

“Melalui lembaga terhormat ini, kami ingin sampaikan ke Presiden SBY ambil langkah serius.  SBY selama ini selalu menyatakan akan membangun Papua dengan hati?  Hati yang mana? Hati SBY, hati negara ini ,untuk rakyat Papua, kami ingin tahu sejauh mana bisa mengatasi kasus seperti ini,” katanya. (boy/jpnn)


BACA ARTIKEL LAINNYA... Kantor Polsek Ditembaki OTK, 1 Polisi Terluka


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler