Jangan Lewatkan Festival Jaranan Buto Ya!

Senin, 20 Februari 2017 – 08:59 WIB
Jaranan Buto. Foto: JPG

jpnn.com - jpnn.com - Kota Banyuwangi sedang ramai dengan sejumlah festival kebudayaan.

Kali ini kota yang menjadi pionir dan menjadi destinasi wisata populer Jawa Timur itu akan menggelar Festival Jaranan Buto.

BACA JUGA: Ada Festival Rinca Pekan Depan, Datang Yuk!

Festival itu bakal digelar pada 11 Maret 2016 mendatang.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas didampingi Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi MY Bramuda mengatakan, dalam perhelatan ini akan dihadirkan sebanyak lebih dari 30 grup kesenian.

Masing-masing terdiri dari penari dan penabuh yang akan menghidupkan Lapangan Jajag, Gambiran, Banyuwangi tempat perhelatan tersebut digelar.

"Untuk memajukan pariwisata Banyuwangi tidak hanya melibatkan pemerintahan saja, tapi juga bekerja sama dengan komunitas dan masyarakat setempat. Penyelenggaraan festival ini tidak hanya untuk mendongkrak sektor wisata, tetapi juga sekaligus untuk mewadahi dan menumbuhkan kreativitas rakyat Banyuwangi. Maka dari itu, kami tunggu di Banyuwangi dan nikmati keindahan alam dan budaya kami, ini acara yang sangat menarik," kata Azwar.

Azwar menambahkan, Jaranan Buto adalah tari yang menggunakan properti kuda buatan.

Kesenian ini sepintas mirip dengan kesenian Kuda Lumping, Jaran Kepang atau Tari Jathilan.

Bedanya, properti kuda pada tarian Jaranan Buto yang digunakan tidaklah menyerupai bentuk kuda secara nyata, melainkan berwajah raksasa atau Buto.

Begitu pula dengan para pemainnya yang juga menggunakan tata rias sadis dan menyeramkan layaknya seorang raksasa dengan muka merah, bermata besar, bertaring tajam, berambut panjang dan gimbal.

Bramuda menambahkan, 30 grup bisa saja bertambah sampai nanti hari pelaksananan.

Seni Tari Jaranan Butho tahun ini akan dipentaskan mulai pukul 10.00 hingga pukul 17.00 WIB.

Satu grup biasanya terdiri dari 6-8 orang penari dengan 8-12 orang penabuh musik.

Mereka nantinya yang menari dengan menggunakan replika Kuda Kepang yang terbuat dari kulit lembu yang dipahatkan karakter raksasa.

Tari Jaranan Buto dalam pementasannya diiringi alunan musik seperti kendang, dua bonang, dua gong besar, kempul terompet, kecer (seperti penutup cangkir) yang terbuat dari bahan tembaga dan seperangkat gamelan.

Seni tari jaranan buto dalam perkembangannya memiliki inovasi.

Di antaranya adalah variasi musik pengiring dan tata rias penari, kostum penarinya.

"Klimaksnya para penari yang mentas bisa sampai kesurupan dan asik untuk ditonton," katanya.

Bramuda mengatakan, unsur magis kesurupan memang kerap malah menjadi atraksi yang ditunggu-tunggu pengunjung.

Saat kesurupan penari tersebut tidak sadar dan akan mengejar orang yang menggodanya dengan siulan.

Bahkan saking agresif dan kegilaanya penari yang tak sadarkan diri tersebut mampu memakan kaca, api, ayam hidup dengan mengigit kepalanya hingga ayam tersebut mati.

"Tidak hanya para penari saja yang bisa kesurupan, bahkan para penonton yang berada di sekitar lokasi tak jarang terkena juga. Jadi sangat unik,” katanya.

Namun, jangan panik! kesenian masyarakat paling timur ujung Jawa ini telah dikendalikan pawang yang bertanggung jawab menyadarkan kembali para penari atau penonton yang ikut kesurupan.

"Filosofi yang terkandung merupakan perwujudan upaya manusia untuk menjadikan hawa nafsu angkara murka buto diwujudkan gambaran kesatria yang menaiki sosok buto," tambahnya.

Menurutnya, kesenian ini memiliki beberapa kisah (cerita) dan gerakan tari yang berbeda-beda, sehingga menjadi pementasan yang unik.

Keunikan seni ini meliputi inti cerita, (sinopsis cerita) kostum penari, dan iringan gamelan yang berbeda dengan kesenian jaranan secara umum.

Kesenian Jaranan Buto sendiri adalah akulturasi kesenian jaranan Sendrewi, Pegon dengan budaya lokal Banyuwangi.

Menpar Arief Yahya yang asli Banyuwangi itu mengapresiasi kinerja Bupati Azwar yang sangat konsisten dan fokus pada festival dan kegiatan pariwisata itu.

"Banyuwangi adalah contoh kabupaten yang serius membangun sektor pariwisata dan sukses. Kita tiada hari tanpa bicara pariwisata di Banyuwangi," kata Arief.

Pariwisata kota yang berjuluk " The Sunrise of Java" memang sedang cemerlang.

Bahkan Mantan Dirut Telkom itu sudah menobatkan Banyuwangi sebagai penyelenggara event pariwisata terbaik di Indonesia tahun lalu.

Ada 72 event pariwisata yang akan diselenggarakan di Banyuwangi tahun ini.

"Karena itu dalam seminggu ada lebih dari satu kegiatan," jelasnya.

Kunjungan wisatawan semakin meningkat. Pada 2013, turis lokal mencapai 1.057.952 orang, tumbuh 22% dibanding 2012 sebesar 860.831 orang.

Lalu di 2014 kunjungan wisatawan domestik mencapai 1.459.670 orang dan turis asing 30.681 orang, naik 39,5 persen dari 2013.

Pada 2016 malah lebih dahsyat lagi. Hingga November 2016, Banyuwangi sukses menjaring 75.000 wisman dari target 45.000 orang.

Sedangkan untuk wisatawan dalam negeri sudah mencapai 2,7 juta dari target 2,3 juta pengunjung.

Untuk 2017, target wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Banyuwangi adalah 100.000 orang.

Semantara target wisatawan domestik adalah 300 ribu orang.

Ekonomi Banyuwangi pun tumbuh sangat baik. Berdasarkan survei independen, belanja turis asing di Banyuwangi sebesar Rp 2 juta per hari per orang.

Itu artinya, dari wisatawan asing saja sudah menghasilkan devisa kurang lebih Rp 52 miliar.

Banyuwangi memang belum terkoneksi dengan international airport. Wisman masuk via Bali atau Surabaya.(flo/jpnn)

 


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler