Jangan Lihat Asal Negara Datangnya Vaksin Covid-19, Cobalah Pahami Manfaatnya

Selasa, 19 Januari 2021 – 10:44 WIB
Wakil Ketua Tim Dokter Kepresidenan dr Abdul Muthalib saat menyuntikkan vaksin Covid-19 ke lengan kiri Presiden Joko Widodo di Istana Negara Jakarta, Rabu (13/1). Foto: YouTube/Sekretariat Presiden

jpnn.com, JAKARTA - Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Prof. Zullies Ikawati, menyebut vaksinasi adalah bentuk yang menyerupai infeksi. Namun, infeksinya tidak membahayakan.

Menurutnya, jika infeksi akan menimbulkan gejala berat, tetapi vaksin tidak sampai seperti itu karena dilakukan dengan metode atau cara yang terukur.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Kondisi Kesehatan Rizieq Mengkhawatirkan, Anies Tersinggung? Kemenkumham Diserbu

 Menurut Prof. Zullies Ikawati, vaksinasi tersebut sifatnya spesifik. Terkait dengan tingkat efikasi/kemanjuran, menurutnya, bisa dipengaruhi oleh kondisi tempat uji klinis.

Dengan vaksinasi tersebut akan berimplikasi pada berkurangnya risiko orang terinfeksi virus. Namun demikian harus tetap melakukan protokol kesehatan, karena masih tetap ada resiko meski sudah divaksin.

BACA JUGA: Tetap Jaga Protokol Kesehatan, Butuh 3 Bulan Bentuk Antibodi Baru setelah Terima Vaksin Covid-19

“Covid-19 tentu saja harus spesifik juga, jadi harus ada vaksin khusus untuk covid-19,” tutur Prof. Zullies pada dalam Webinar Pengajian PP Muhammadiyah baru-baru ini.

Dia menjelaskan, cara kerja vaksin yang diberikan berupa injeksi ke dalam tubuh akan memicu untuk meningkatkan antibodi.

BACA JUGA: Di India, Petugas Kebersihan jadi Orang Pertama yang Terima Suntikan Vaksin Covid-19

Antibodi akan bertahan dalam beberapa waktu tertentu, sehingga ketika seseorang terpapar virus, tubuhnya telah siap melawan dan mengeliminasi virus yang masuk.

“Kalaupun misalnya tetap terinfeksi, maka biasanya jumlah virus yang tereplikasi itu bisa lebih kecil, karena sebagian pasti bisa dilawan oleh tubuh kita,” imbuhnya.

Dengan demikian, diharapkan gejala covid-19 akan lebih ringan. Merujuk Peraturan Menteri (Permen) Menkes tahun 2020, Prof Zullie menyebut di Indonesia dalam penggunaan vaksin covid terdapat beberapa jenis. Namun untuk tahap pertama, Indonesia menggunakan vaksin dari Sinovac Biotech Ltd.

Vaksin dari Sinovac ini memakai teknologi atau platform virus yang diinaktivasi (dimatikan), vaksin yang diproduksi oleh Sinovac ini menggunakan metode klasik atau yang sudah biasa digunakan untuk membuat vaksin.

“Virus yang diinaktivasi, dimana secara umum efek sampingnya rendah karena kita juga berangkat dari berbagai penelitian terkait dengan vaksin-vaksin yang sudah ada, yang menggunakan platform sama efek sampingnya rendah,” terang Prof Zullie.

Teknologi tersebut sudah dikuasai oleh PT Bio Farma sebagai satu-satunya produsen vaksin di Indonesia sehingga dengan alih teknologi dari Sinovac Biotech Ltd, ke depan Indonesia bisa memproduksi vaksin sendiri dan diedarkan untuk mencukupi kebutuhan masyarakat Indonesia.

Terkait dengan pemilih vaksin yang diproduksi oleh Sinovac, Prof Zullie menyebut hal ini sebagai usaha pemerintah Indonesia untuk melakukan alih teknologi.

Itu agar ke depan Indonesia tidak bergantuung pada negara lain dalam pengadaan virus.

“Jangan dilihat China-nya dulu. Karena virus ini berasal dari sana, tentu mereka lebih responsive terhadap tindakan yang harus dilakukan, sehingga mereka sudah menghasilkan vaksin terlebih dahulu,” ujarnya.

Menurut Guru Besar Farmasi Universitas Gadjah Mada ini, dasar pemilihan vaksin adalah dengan mempertimbangkan efikasi/kemanjuran dan keamanan (efek samping).

Terkait dengan pemilihan Pemerintah Indonesia terhadap vaksin dari Sinovac karena memiliki efikasi 65,3 persen, dengan keamanan baik dengan kejadian KIPI 0,1 persen.

Bahkan dia menyebut tak semua yang telah divaksin menggunakan vaksin dari Sinovac tidak mengalami efek samping. (ngopibareng/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler