jpnn.com, PALU - Pasukan TNI dan Polri yang tergabung dalam Satgas Tinombala masih memburu kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso pimpinan Ali Kalora yang diduga melakukan pembunuhan terhadap empat orang dalam satu keluarga di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu, Provinsi Sulawesi Tengah, Prof Dr H Sagaf S Pettalongi MPd menyatakan kepada semua pihak di Indonesia secara khusus Sulteng, untuk tidak memberikan ruang kepada kelompok MIT.
BACA JUGA: Setara Institute Kutuk Tindakan Biadab Komplotan Teroris Mujahidin Poso
"Semua komponen yang ada di Indonesia secara umum, terkhusus untuk Sulawesi Tengah, mulai dari pemerintah, TNI dan Polri, umat beragama, tokoh agama, organisasi keagamaan, dan masyarakat, harus bersatu padu melawan gerakan radikalisme dan terorisme oleh MIT," ujar Prof Sagaf S Pettalongi MPd, di kota Palu, Senin (30/11), menanggapi aksis kekerasan yang dilakukan oleh kelompok MIT di Kabupaten Sigi.
Prof Sagaf mengatakan, kekerasan berupa pembunuhan yang dilakukan oleh kelompok MIT di Kabupaten Sigi, merupakan tindakan biadab, tidak berkeprimanusiaan. Karena itu, perbuatan tersebut tidak dapat ditolerir.
BACA JUGA: Analisis Brigjen TNI Farid Makruf Soal Teroris Mujahidin yang Membantai Satu Keluarga di Sigi
Selain itu, perbuatan kekerasan berupa pembunuhan empat warga Desa Lembantongoa, merupakan tindakan yang bertentangan dengan agama apapun.
"Tidak ada agama yang menganjurkan pemeluknya untuk membunuh orang lain, yang tidak se-keyakinan, sependapat," ucap dia menegaskan.
BACA JUGA: Berita Duka: Budianti Kadidaa Meninggal Dunia akibat COVID-19
Atas sejumlah aksi kekerasan yang telah dilakukan oleh kelompok MIT, Prof Sagaf mengajak kepada semua pihak agar tidak membantu kelompok MIT. Dengan tidak memberikan kelompok MIT bantuan makanan, informasi dan sebagainya.
Prof Sagaf juga mengemukakan bahwa langkah deradikalisasi sebagai bentuk pencegahan tumbuh dan berkembangnya faham radikalisme dan terorisme perlu digencarkan oleh pemerintah dan tokoh agama, serta ormas keagamaan, di Sulteng.
Upaya memutus mata rantai penyebaran faham radikalisme dan terorisme ini sangat penting dilakukan.
Prof Sagaf juga mengajak kepada semua pihak untuk mendukung penuh pihak TNI-Polri dalam upaya memberantas terorisme di Indonesia dan di Sulteng.
"Kita harus dukung Polri dan TNI, dalam memberantas terorisme dan radikalisme, salah satunya dengan tidak membocorkan langkah strategis pihak TNI dan Polri, kepada kelompok MIT," ujarnya.
Berkaitan dengan itu, Satuan Tugas TNI-Polri Operasi Tinombala terus memburu terduga pelaku kekerasan di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, yang diduga dilakukan oleh kelompok sipil bersenjata Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso, pimpinan Ali Kalora.
"Sekarang sedang kami pelajari dengan pengintaian kemudian lewat lain sebagainya. Kami berusaha terus mengejar mereka," kata Komandan Korem 132/Tadulako, Brigadir Jenderal TNI Farid Makruf.
Ia mengatakan personel TNI yang terlibat dalam Satgas Tinombala dilengkapi pasukan mengejar, intel, dan pasukan Satgas teritorial.
"Tugas kami adalah memperkuat pasukan Tinombala yang saat ini dipimpin oleh Bapak Kapolda dan saya sebagai wakilnya dan sejauh ini menurut saya sinergitas TNI-Polri sangat efektif sehingga membuat kelompok MIT Poso terdesak sehingga mereka merasa terancam dan melakukan jalur yang lain," tutur-nya.
Ia pun mengimbau kepada semua pihak dan masyarakat untuk bisa bekerja sama agar perburuan terhadap kelompok sipil bersenjata MIT Poso bisa segara berakhir dan masyarakat bisa beraktivitas dengan tenang.
"Saya mengimbau, tolonglah masyarakat jangan lagi membantu mereka dengan menyiapkan bahan makanan, menyiapkan informasi dimana keberadaan pasukan TNI-Polri yang mengejar mereka," imbuh-nya berharap.
"Itu (beru informasi) setop sudah, karena bisa dilihat bagaimana kekejaman MIT itu melakukan tindakan kekerasan, membunuh, membakar orang, merampok dan membakar rumah, itu sangat keterlaluan," kata Danrem Tadulaku. (antara/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur & Reporter : Soetomo