jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Boni Hargens mengatakan, dinamika politik di Tanah Air ditandai berbagai guncangan yang cukup melelahkan dan meresahkan sejak 2016 lalu.
Politik identitas menjadi arus utama ketika oposisi politik kehilangan akal sehat untuk mengevaluasi dan mendelegitimasi pemerintahan Presiden Joko Widodo. Menurutnya, suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) dijadikan komoditas untuk meraih dukungan politik.
BACA JUGA: Program KB Harus Jadi Gerakan Seluruh Kalangan Masyarakat
“Alhasil, masyarakat terbelah. Dikotomi yang kejam atas dasar SARA tidak hanya mengganggu jalannya pemerintahan, tapi juga mengancam masa depan ke-Indonesia-an yang sudah dibangun para pendiri bangsa,” ujar Boni di Jakarta, Senin (11/6).
Menurut Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) ini, kondisi makin diperparah dengan kehadiran dan serangan ideologi dari kelompok radikal yang ingin menerapkan NKRI Syariah.
BACA JUGA: Jangan Gampang Terhasut Melakukan Persekusi
"Cukup melelahkan, tapi sampai saat ini dan sampai kapan pun, NKRI akan tetap kuat. Masyarakat merupakan kekuatan yang tak terkalahkan oleh permainan kotor para pecundang politik," katanya.
Boni menilai masyarakat merupakan modal terbesar yang tak bisa digadai untuk kepentingan kekuasaan yang temporer. Karena itu, kerja keras BIN, TNI dan Polri patut diapresiasi setinggi-tingginya.
BACA JUGA: Program Penanggulangan Bencana Harus Berbasis Masyarakat
“Bahkan dalam momen menjelang Lebaran ini, aparat tetap sibuk bekerja keras menjaga masyarakat dan bangsa,” kata Boni.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Boni: Penghakiman Publik kepada Oposisi Akan Terbukti
Redaktur : Tim Redaksi