jpnn.com - KATA orang, liburan adalah masa petualangan, masa yang tepat bagi anak untuk mengenal hal-hal baru.
Namun studi Oliver James, psikolog anak, justru menemukan bahwa anak sesungguhnya mendambakan konsistensi dan repetisi ketika melalui waktu liburan mereka.
BACA JUGA: Long Weekend, Jasa Marga Prediksi 3 Kendala Lalin di Tol Jakarta-Cikampek
Apalagi bagi anak-anak yang masih belia, mereka membutuhkan rasa aman yang bisa terpenuhi manakala mereka berada di tempat yang mereka kenal dengan baik (dekat secara emosional).
Di tempat semacam itulah anak sudah mengidentifikasi apa yang mereka inginkan, sukai, dan apa yang ingin dijauhi.
BACA JUGA: Libur Panjang, Jakarta Sepi Bogor Padat
"Jadi, wahai ayah bunda, senantiasa amati tanda-tanda stres anak ya. Takar kadar petualangan agar tetap bisa dilalui anak secara adaptif. Pahami bahwa anak butuh adaptasi, dan masing-masing anak punya pola serta tempo adaptasinya masing-masing," kata Henny Roesmiati, Sekjen Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) dalam pernyataan resminya, Jumat (23/6).
Dia menambahkan, banyak orang berpikir, tugas dari sekolah akan memberikan manfaat maksimal liburan bagi anak.
BACA JUGA: Long Weekend, Ruas Tol Jakarta-Cikampek Diprediksi Padat Hingga Jumat Malam
Faktanya, waktu belajar anak sudah sangat panjang. Apalagi berkat internet, jam belajar tidak lagi sebatas di sekolah.
Belajar, terlebih yang berfokus pada kognisi, seolah aktivitas tak berkeputusan. Itu meletihkan bahkan memuakkan.
"Karena itulah, wahai papa mama, lebih baik jika selama liburan anak dibebaskan dari tugas sekolah. Biarkan anak lebih asyik dengan aktivitas motoriknya. Bebaskan anak dari keterkungkungan berpikir bahwa yang nomor satu adalah sekolah, sekolah, dan sekolah," bebernya.
Kesalahan persepsi masyarakat lainnya adalah liburan merupakan pesta kuliner.
Kenyataannya, di samping kecelakaan lalu lintas, gangguan pencernaan adalah masalah utama yang membuat anak-anak masuk ke instalasi kesehatan.
Terlebih bagi anak yang sudah ikut berpuasa Ramadan, makan jor-joran begitu datang liburan bisa membuat organ dalam terguncang.
Atas dasar itu, Henny mengimbau para ortu menjadi panutan bagi anak tentang pola makan sehat dan kandungan makanan halal bernutrisi.
"Plus, cuci tangan dengan sabun ya," pungkasnya. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Libur Paskah, Pembangunan Proyek LRT dan Jalan Tol Dihentikan Sementara
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad