Jangan Sampai Konflik Membesar, Jangan Ada Balas Dendam

Minggu, 19 Juli 2015 – 05:55 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Kecaman dari publik pun terus mengalir terhadap kasus pembakaran masjid dan kios di Tolikara, Papua. Salah satunya, Ketua Komisi Perlindungan Anak dan Indonesia Asrorun Niam Sholeh.

Menurutnya, insiden tersebut bisa menimbulkan trauma bagi anak-anak yang sedang belajar menjalankan ibadah.

BACA JUGA: Laskar Santri: Jangan Nodai Idul Fitri dengan Aksi Anarki

"Alih-alih penuh suka cita, hati anak-anak itu malah dihantui oleh rasa takut, tercekam, bahkan trauma," terangnya.
    
Karena itu, pihaknya meminta penegak hukum menindak tegas pelaku pembakaran ke meja hijau. Dia pun meminta agar pemerintah segera melakukan rehabilitasi korban terutama anak-anak untuk menanggulangi trauma yang dialami.
    
Ketua Komisi VIII DPR RI Saleh Partaonan Daulay ikut mengeluarkan kecaman. Tindakan tersebut dinilai melukai perasaan umat Islam dimanapun. Apalagi, hal tersebut terjadi di hari suci yang seharusnya dirayakan seluruh umat islam di dunia.

"Saya jelas terkejut mendengar berita kemarin. Ini di luar nalar sosial masyarakat. Selama ini kan umat Islam terus menghormati perayaan hari besar agama-agama lain," ungkapnya.
    
Meski begitu, dia tetap mengimbau agar umat islam tetap tenang dalam menyikapi insiden tersebut. Menurutnya, aksi balas dendam hanya akan merugikan Indonesia dalam berbagai aspek. Tak hanya aspek sosial, investor pun bakal takut masuk pasar Indonesia jika konflik tersebut terus menyebar.
    
"Indonesia kan punya citra negara demokrasi termasuk toleransi agama. Kalau konflik terus membesar nanti kekuatan diplomasi kita berkurang," jelasnya.
    
Direktur Jenderal Bina Masyarakat Islam Kementerian Agama Indonesia Machasin menyatakan, pemuka agama harus mengambil peran aktif dalam menenangkan masing-masing unsur agama. Menurutnya, hal tersebut bisa menjadi pembelajaran untuk mengedepankan dialog dalam hubungan antaragama.
    
"Lumrah jika orang yang lebih dulu tinggal terganggu dengan symbol pendatang. Harusnya ada diskusi dan kepekaan yang disimpan oleh semua pihak. Tuan rumah harus menyambut baik tamu, tamu harus peka terhadap adat tuan rumah," ujarnya. (bil/idr/byu/ken)

BACA JUGA: Ini Pernyataan Sikap Istana terkait Rusuh Tolikara

 

BACA JUGA: Antisipasi Serangan Balasan!

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tiga Poin Surat Edaran GIDI Diduga Penyebab Utama Rusuh Tolikara


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler