JAKARTA - Anggota Komisi III DPR RI, Bambang Soesatyo menilai ââ¬â¹identitas para penyerbuan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Cebongan di Sleman, Yogyakarta, bukanlah isu yang utama.
Keprihatinan semua elemen rakyat lebih tertuju pada fakta pembantaian oleh belasan orang bersenjata yang sangat terlatih terhadap warga negara yang tidak berdaya. Lebih menyedihkan lagi karena tak satu pun instrumen kekuatan di negara ini yang mampu mencegahnya.
"Pembantaian itu tak hanya mempertontonkan brutalitas, tetapi juga memperlihatkan kehendak untuk bertindak semena-mena, tidak peduli lagi dengan sistem hukum di negara ini. Martabat negara dan para pemimpinnya benar-benar sudah direndahkan," ujar Bambang, Minggu (24/3).
Akibatnya menurut Bambang, sebagian masyarakat kini mulai cemas, karena khawatir aksi pembantaian di Sleman itu akan menjadi preseden.
"Di lain waktu, aksi pembantaian serupa bisa terjadi di tempat lain untuk alasan yang lain pula," kata dia.
Itu sebabnya, politisi Partai Golkar tersebut mendesak agar negara dan semua perangkat hukumnya tidak lemah menyikapi tragedi pembantaian di LP Cebongan itu.
Sebab, taruhannya bukan hanya citra negara di panggung pergaualan antarbangsa, melainkan juga kadar kepercayaan rakyat terhadap penyelenggara negara.
"Jika rakyat sampai pada kesimpulan bahwa negara lemah menyikapi tragedi pembantaian itu, keadaan bisa saja menjadi semakin tak terkendali," terangnya.
Dikatakan Bambang, siapa pun pelakunya harus ditindak sesuai hukum yang berlaku. Sanksi yang berat diperlukan agar muncul efek jera. Polri kembali ditantang untuk menyelidiki dan mengungkap para pelaku pembantaian itu.
Karena itu, Bambang menyarankan agar Polri membangun sinergi dengan Kementerian Hukum dan Ham (Kemenkumham). Selain itu lanjutnya, sikap dan instruksi presiden dalam merespon pembantaian tersebut akan menjadi daya gedor tersendiri.
"Sangat penting jika presiden memerintahkan sinergi antarinstitusi yang lebih luas untuk menyelidiki tragedi pembantaian Sleman. Artinya, tak sekadar melibatkan Polri dan Kemenkumham," tandasnya.
Seperti diberitakan, penyerbuan berdarah yang berlangsung sangat cepat terjadi di Lapas Cebongan, Sleman Yogyakarta. Empat orang tewas diberondong sekelompok orang tidak dikenal.
Keempat korban tewas tersebut adalah orang-orang yang diduga mengeroyok dan membunuh anggota Kopassus Sertu Heru Santosa Selasa (19/3) lalu. Empat orang tewas tersebut adalah Dicky Sahetapi alias Dicky Ambon, Dedi, Ali, dan YD alias Johan. (gil/boy/jpnn)
Keprihatinan semua elemen rakyat lebih tertuju pada fakta pembantaian oleh belasan orang bersenjata yang sangat terlatih terhadap warga negara yang tidak berdaya. Lebih menyedihkan lagi karena tak satu pun instrumen kekuatan di negara ini yang mampu mencegahnya.
"Pembantaian itu tak hanya mempertontonkan brutalitas, tetapi juga memperlihatkan kehendak untuk bertindak semena-mena, tidak peduli lagi dengan sistem hukum di negara ini. Martabat negara dan para pemimpinnya benar-benar sudah direndahkan," ujar Bambang, Minggu (24/3).
Akibatnya menurut Bambang, sebagian masyarakat kini mulai cemas, karena khawatir aksi pembantaian di Sleman itu akan menjadi preseden.
"Di lain waktu, aksi pembantaian serupa bisa terjadi di tempat lain untuk alasan yang lain pula," kata dia.
Itu sebabnya, politisi Partai Golkar tersebut mendesak agar negara dan semua perangkat hukumnya tidak lemah menyikapi tragedi pembantaian di LP Cebongan itu.
Sebab, taruhannya bukan hanya citra negara di panggung pergaualan antarbangsa, melainkan juga kadar kepercayaan rakyat terhadap penyelenggara negara.
"Jika rakyat sampai pada kesimpulan bahwa negara lemah menyikapi tragedi pembantaian itu, keadaan bisa saja menjadi semakin tak terkendali," terangnya.
Dikatakan Bambang, siapa pun pelakunya harus ditindak sesuai hukum yang berlaku. Sanksi yang berat diperlukan agar muncul efek jera. Polri kembali ditantang untuk menyelidiki dan mengungkap para pelaku pembantaian itu.
Karena itu, Bambang menyarankan agar Polri membangun sinergi dengan Kementerian Hukum dan Ham (Kemenkumham). Selain itu lanjutnya, sikap dan instruksi presiden dalam merespon pembantaian tersebut akan menjadi daya gedor tersendiri.
"Sangat penting jika presiden memerintahkan sinergi antarinstitusi yang lebih luas untuk menyelidiki tragedi pembantaian Sleman. Artinya, tak sekadar melibatkan Polri dan Kemenkumham," tandasnya.
Seperti diberitakan, penyerbuan berdarah yang berlangsung sangat cepat terjadi di Lapas Cebongan, Sleman Yogyakarta. Empat orang tewas diberondong sekelompok orang tidak dikenal.
Keempat korban tewas tersebut adalah orang-orang yang diduga mengeroyok dan membunuh anggota Kopassus Sertu Heru Santosa Selasa (19/3) lalu. Empat orang tewas tersebut adalah Dicky Sahetapi alias Dicky Ambon, Dedi, Ali, dan YD alias Johan. (gil/boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hendardi Curiga Pelaku Oknum Kopassus
Redaktur : Tim Redaksi