Jangan Sepelekan Dampak Alergi

Senin, 13 Januari 2020 – 01:33 WIB
Dari kiri: Zakiudin Munasir dan Cristophe Lay dalam Syneo Symposium yang diselenggarakan Minggu (12/1). Foto: Dok Pri

jpnn.com, JAKARTA - Ahli gizi Zakiudin Munasir mengatakan, dampak alergi tidak boleh dianggap remeh. Menurut dia, dampak alergi tidak hanya berhenti pada gejala yang dialami, tetapi juga berpengaruh pada kualitas hidup anak dan akan menjadi beban orang tua dalam hal biaya penangananya.

Oleh karena itu, dibutuhkan tindakan pencegahan mulai identifikasi faktor risiko seperti riwayat keluarga hingga pemberian nutrisi yang tepat untuk mendukung sistem imun yang lebih baik.

BACA JUGA: Danone-Aqua Panen Anugerah Proper Emas dan Hijau

“Hal ini karena nyatanya, semua orang bisa mengalami alergi, tetapi dengan tingkat risiko yang berbeda-beda.” ujar Zakiudin dalam Syneo Symposium di Jakarta, Minggu (12/1).

Zakiudin menjelaskan, jika kedua orang tua mengalami alergi, risiko anak mengalami alergi dapat meningkatkan hingga 80 persen.

BACA JUGA: Danone-Aqua Salurkan Bantuan untuk Korban Banjir Jabodetabek

“Anak tanpa riwayat alergi di keluarga sekalipun masih berisiko menderita alergi sebesar 5-15 persen”, tambah Zakiudin.

Selain dampak kesehatan, tingginya beban biaya yang diakibatkan oleh kondisi alergi makin menekankan pentingnya tindakan pencegahan. Secara umum, terdapat empat sumber beban biaya yang dialami oleh pasien dan keluarga dalam kondisi alergi.

Yakni, biaya pengobatan, biaya tambahan terkait nutrisi pengganti, penghindaran alergen, biaya konsultasi, hingga biaya imunoterapi.

Sementara itu, peneliti dari National University of Singapore Christophe Lay menjelaskan, keseimbangan mikrobiota saluran cerna berperan penting mendukung sistem imun yang baik dan melindungi anak dari risiko alergi.

Mikrobiota saluran cerna merupakan kondisi yang diturunkan dari ibu kepada anaknya secara turun temurun.

Keseimbangan mikrobiota saluran cerna juga dapat terganggu akibat faktor lingkungan seperti metode kelahiran, asupan nutrisi, hingga penggunaan antibiotik.

“Nutrisi yang dikonsumsi anak, terutama pada masa 1000 hari pertama kehidupan berperan penting dalam mendukung keseimbangan mikrobiota di saluran cerna,” kata Lay.

Dia menambahkan, penelitian baru-baru ini menemukan bahwa syneo atau sinbiotik, kombinasi prebiotik scGOS | lcFOS 9:1 dan probiotik B.breve M16V secara klinis terbukti mendukung perbaikan kolonisasi Bifidobakterium.

“Selain itu, juga kondisi fisiologis saluran cerna pada bayi dengan kelahiran sesar hingga menurunkan kejadian eczema yaitu manifestasi gejala alergi yang umum terjadi di awal kehidupan,” lanjut peneliti di Danone Nutricia Research, Singapura, itu.

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang DKI Jakarta Rini Sekartini selaku penyelenggara acara menjelaskan, Syneo Symposium membahas strategi nutrisi yang dibutuhkan untuk mencegah kasus alergi pada anak.

Dia menjelaskan, Syneo Symposium membahas situasi terkini dari kondisi alergi di dunia, faktor risiko, strategi nutrisi, hingga dampak terhadap tumbuh kembang dan kualitas hidup anak.

“Hal ini penting diketahui oleh para dokter anak dan tenaga kesehatan lainnya untuk meminimalkan potensi anak mengalami kondisi alergi dan dampaknya di kemudian hari,” ujar dia. (jos/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler