jpnn.com, SURABAYA - Kanker bisa menyerang siapa pun. Tak kenal usia. Perjuangan melawan kanker tidaklah mudah. Namun, mereka, pejuang kanker, tidaklah sendiri.
Sebagai bentuk peringatan Hari Kanker Anak Internasional yang jatuh pada 15 Februari, Yayasan Kasih Anak Kanker (YKAKI) mencanangkan aksi #Berani Gundul.
BACA JUGA: Terapi Anjing Bisa Membantu Anak-anak Penderita Kanker
Acara bertajuk Berani Gundul Lawan Kanker pada Anak itu dihelat di Pakuwon Trade Center (PTC) kemarin (24/2).
Sesuai tagline, kegiatan tersebut membuka kesempatan bagi khalayak yang ingin memberikan donasi. Caranya mencukur gundul rambut mereka.
BACA JUGA: Wujud Syukur Kemerdekaan ala ICMI DIY
Ketua Yayasan Kasih Anak Kanker Surabaya (YKAKI) Anisah Mahsunah menyatakan, acara tersebut merupakan puncak peringatan Hari Kanker Anak Internasional. Sebelumnya, mereka memulai rangkaian kegiatan pada 15 Januari.
Kegiatan yang dilakukan, antara lain, pemeriksaan gigi anak dan keluarga, penggalangan donasi ke sekolah-sekolah dan pusat pembelajaran di enam agama, hingga nonton bareng film Coco untuk anak-anak penderita kanker.
BACA JUGA: Terima Kasih Dokter Telah Berikan Kado Lebaran Untuk Pasien Kanker..
Berani Gundul adalah aksi keempat dari YKAKI. Kenapa harus mencukur rambut sampai habis sebagai bentuk dukungan?
"Karena rambut merupakan mahkota. Ibarat mengatakan bahwa mahkota pun kami berikan dengan sepenuh hati. Jangan merasa sendiri," terang ibu tiga anak itu.
Kegiatan itu bersifat spontanitas. Siapa saja yang berpartisipasi dapat langsung mendaftarkan diri. Donasi bersifat sukarela tanpa ada batas minimum.
Alternatif lain, para calon donatur bisa membeli kupon akses senilai Rp 10 ribu atau mencukur rambut dengan melakukan donasi minimal Rp 50 ribu.
Mereka juga bisa berdonasi dengan cara membeli kalender ultah yang diproduksi oleh para penderita kanker di bawah naungan YKAKI.
Atrium PTC pun kemarin mendadak jadi salon. Deretan kursi potong rambut berjajar menghadap panggung.
Di sanalah para donatur akan mengikhlaskan mahkotanya. Hingga pukul 13.30 kemarin, sudah ada 30 orang yang berpartisipasi.
Donatur didominasi kaum adam. Meski demikian, jumlah terus bertambah lantaran aksi berlangsung hingga pukul 20.30.
Sembari mengantre cukur atau hanya melihat, para pengunjung mal dihibur dengan aksi panggung anak-anak YKAKI.
Pasien anak dengan kanker menampilkan bakat masing-masing.
Mulai menyanyi, menari, akapela, bermain musik, hingga membaca puisi. "Pinternya!" "Bangga!" dan "Hebat!" adalah selentingan kata yang terucap di tengah kerumunan. Yang lain mengungkapkan rasa kagum dengan tepuk tangan.
Dina Hape adalah salah seorang dermawan yang merelakan rambutnya untuk digunduli.
Perempuan kelahiran Surabaya 1958 itu tampak bersemangat. Tertawa memamerkan tampilan barunya.
"Ini adalah gundul kedua. Gundul pertama saat bisa menginjakkan kaki di Vatikan pada 2016," katanya. Itu merupakan wujud syukurnya saat pensiun dalam keadaan sehat.
Purnawirawan polwan tersebut memang identik dengan rambut cepak. Mengenakan blus, syal hitam, dan kacamata mirror, dia berfoto-foto. Kini rambutnya kembali hilang.
Gundul lagi. Bedanya, ada dua alasan. Yakni, rasa syukur atas kesehatan diri sendiri dan empati terhadap orang lain.
"Pede aja. Gundul itu seksi kok," tuturnya, lantas tersenyum. Tangannya di pinggang, kakinya menyilang bak model di hadapan kamera.
Aksi Berani Gundul merupakan bentuk empati pada penderita kanker yang akan mengalami kerontokan setelah menjalani kemoterapi.
Tak jarang, saat gundul, mereka minder. Padahal, kondisi gundul bukan hal yang harus ditakutkan.
"Saat gundul itu, kamu (penderita) sedang berjuang!" tambahnya.
Adanya aksi tersebut diharapkan dapat membangun rasa percaya diri pasien kanker anak. (esa/c6/jan/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia