jpnn.com - JAKARTA - Memiliki anak yang sehat dan cerdas merupakan dambaan setiap orang tua. Untuk mewujudkan cita-cita itu, orang tua harus jeli dalam memberikan benteng kesehatan bagi putra-putri mereka.
Jika sehat, anak akan bisa beraktivitas secara maksimal untuk menunjang tumbuh kembangnya. Salah satu langkah yang perlu dilakukan adalah memberikan proteksi sedari lahir, baik melalui asupan gizi seimbang atau pun memberikan imunisasi.
BACA JUGA: Mau Jadi TKI? Tolong Belajar Bahasa Asing Dulu
Dengan imunisasi, anak akan terlindungi dari wabah dan tercegah kemungkinan terjadinya kematian karena suatu penyakit. Sejatinya imunisasi didasarkan pada paradigma sehat sebagai upaya promotif dan preventif. Sayangnya belakangan, pelaksanaan imunisasi ternodai dengan peredaran vaksin palsu.
Namun Kementerian Kesehatan mengimbau para orang tua untuk tidak khawatir. Berdasarkan temuan Bareskrim Polri, hasil uji laboratorium BPOM, dan Satuan Tugas Penanggulangan Vaksin Palsu terkini menunjukkan, temuan vaksin palsu di lapangan ternyata isinya adalah vaksin Hepatitis B dengan kadar sangat rendah.
BACA JUGA: Pentolan ISIS Pernah Rencanakan Serangan Roket ke Singapura
Menurut Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kementerian Kesehatan, dr Jane Soepardi, MPH, Dsc, kasus vaksin palsu meski tidak diharapkan namun dari temuan yang ada justru melegakan. Sebab, cairan dalam vaksin palsu tersebut adalah vaksin yang biasa diterima oleh anak.
“Jadi, dampaknya apa? Kalau vaksin ini ternyata sudah jelek sekalipun, berarti isinya cuma air saja. Tetapi kalau cairan tersebut masih bagus, ya itu adalah vaksin Hepatitis B,” ujarnya dalam saran pers Kemenkes, Jumat (5/8).
BACA JUGA: Camilan Bikini Beredar, Pemerintah Diminta Segera Bertindak
Lantas, bagaimana jika anak sampai berkali-kali disuntik vaksin Hepatitis B? “Jangan khawatir. Vaksin adalah dosis terkecil yang bisa memberikan antibodi kepada anak. Jadi maksimumnya itu tidak ada dosisnya,” ujar dr Jane.
Selain itu orang tua tidak perlu khawatir karena Kemenkes telah melakukan aksi cepat tanggap dengan membuka posko vaksin ulang mulai Senin 18 Juli 2016 yang dilakukan secara serentak. Di sisi lain Satuan Tugas Penanggulangan Vaksin Palsu telah bekerja untuk menangani kasus yang menyita perhatian publik itu.
Kemenkes juga sudah melakukan langkah konkret dalam menangani kasus vakin palsu. Antara lain bekerja sama dengan Bareskrim Polri untuk mengetahui rumah sakit mana saja yang menggunakan vaksin palsu.
Kemenkes juga berkoordinasi dengan BPOM untuk memeriksa kandungan dalam vaksin palsu, sekaligus menggiatkan pengawasan terhadap anak-anak di daerah yang menjadi lokasi peredaran vaksin palsu. Bahkan Kemenkes sudah menurunkan tim khusus untuk secara langsung mengidentifikasi dan mengumpulkan fakta–fakta di fasilitas layanan kesehatan baik rumah sakit atau pun klinik yang diduga terkait dengan peredaran vaksin palsu.
Untuk itu Kemenkes mengimbau masyarakat bila mencurigai adanya penyebaran vaksin palsu di daerah tertentu untuk segera melaporkannya kepada polisi serta mengarahkan anak yang dicurigai pernah menerima vaksin palsu ke layanan kesehatan terdekat milik pemerintah untuk diimunisasi ulang.
Imunisasi ulang penting untuk dilakukan karena berguna untuk memberikan perlindungan menyeluruh terhadap penyakit-penyakit yang berbahaya. Dengan imunisasi, tubuh bayi atau anak dirangsang untuk memiliki kekebalan, sehingga tubuhnya mampu bertahan melawan serangan penyakit berbahaya.
Adapun penyakit yang rawan mengincar bayi antara lain saluran pernapasan akut, polio, kerusakan hati, tetanus, campak dan banyak penyakit berbahaya yang memiliki risiko kematian yang tinggi. Bahaya bagi bayi yang tidak diimunisasi dapat berakibat fatal. Banyak penelitian imunologi dan epidemiologi di berbagai negara membuktikan bahwa bayi atau balita yang tidak diimunisasi secara lengkap tidak mempunyai kekebalan spesifik terhadap penyakit berbahaya.
Buah hati pun akan mudah tertular penyakit. Secara luas bisa menularkan penyakit hingga menjadi wabah yang mampu menyebabkan banyak kematian dan cacat.
Selain itu dr Jane juga mengingatkan, di tengah derasnya pemberitaan mengenai vaksin yang diduga palsu, terdapat informasi yang luput dari pandangan masyarakat. Yakni mengenai konsep herd immunity atau kekebalan komunitas
Makna konsep itu adalah dalam suatu komunitas di sebuah daerah tertentu yang memiliki cakupan universal child immunization (UCI) tinggi atau lebih dari 90 persen dapat tercipta kekebalan bagi anak-anak dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Sehingga jika dalam suatu komunitas terdapat segelintir anak-anak yang tidak mendapatkan imunisasi, maka akan tetap mendapatkan kekebalan terhadap penyakit karena dilindungi oleh kekebalan dari anak-anak lainnya,
Dengan demikian, sekelompok masyarakat yang berada di wilayah dengan cakupan imunisasi dasar lengkap (UCI lebih dari 90 persen) terlindungi dengan herd immunity. Ini menjadi bukti bahwa imunisasi itu sangat penting karena mampu melindungi, tidak hanya bagi buah hati namun juga anak-anak dan masyarakat sekitarnya.
Karena itu dr Jane juga memberikan tips kepada para orang tua, untuk mengecek vaksin yang diberikan kepada anak masih layak atau tidak. Hal itu bisa dilihat dari vaccine vial monitor (VVM) atau kertas yang tertempel pada botol vaksin. VVM merupakan sebuah lingkaran yang bisa dijadikan indikator berwarna putih atau hitam.
Jika masih putih, maka vaksin tersebut masih bagus. Kalau sudah terpapar suhu tinggi, maka vaksinnya sudah rusak. “Nah ini yang diketahui petugas dan orang tua, jadi kalau vaccine vial sudah berwarna hitam tidak boleh dipakai,” ujarnya.
Pada kesempatan terpisah, Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K), terus mengingatkan masyarakat untuk tetap tenang dan mengimbau untuk melakukan vaksin ulang bagi yang tervalidasi serta tetap melaksanakan rangkaian imunisasi wajib bagi buah hati di fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes) pemerintah. Hal ini dikarenakan vaksin pengadaan pemerintah untuk program nasional imunisasi dasar lengkap dijamin keamanannya.
“Vaksin yang diadakan oleh pemerintah dinyatakan tidak dipalsukan. Vaksin yang diberikan oleh pemerintah ini gratis dan kami jamin vaksin yang digunakan oleh RS pemerintah asli,” tegas Menkes.
Kemenkes juga meminta para orang tua dapat merujuk ke posko baik di puskesmas atau rumah sakit pemerintah yang tersebar di sejumlah titik wilayah DKI Jakarta, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi untuk mendapatkan layanan vaksin ulang jika putra dan putri mereka tervalidasi vaksin palsu. Perlu diketahui, vaksin yang digunakan pemerintah itu adalah vaksin asli dari PT Bio Farma yang berpusat di Bandung.
Tahun 2016, vaksin imunisasi yang disediakan pemerintah meliputi sembilan jenis. Yaitu vaksin Hepatitis B Rekombinan, BCG, Trivalen Oral Polio Vaccine (OPV), Bivalen Oral Polio Vaccine, Inactivated Polio Vaccine (IPV), Campak, Difteri Tetanus (DT), Tetanus Difteri (Td), dan Pentavalen DPT-HB-Hib. Seluruh jenis imunisasi ini tersedia di fasyankes pemerintah.
Produk Biofarma merupakan vaksin berskala internasional. Vaksin Bio Farma itu tidak hanya digunakan di Indonesia, namun digunakan di lebih dari 130 negara di dunia yang memilih menggunakan vaksin produksi Bio Farma. Mutu vaksin Bio Farma pun diakui oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO). Di dunia terdapat 200 pabrik vaksin, namun yang diakui hanya 20 termasuk Bio Farma. Bahkan Bio Farma menjadi satu-satunya produsen vaksin di Asia Tenggara.(adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Diperiksa Kasus Ipul, Siap Beberkan Sengketa Golkar
Redaktur : Tim Redaksi