jpnn.com - JAKARTA - Memiliki anak yang sehat dan cerdas merupakan dambaan setiap orangtua. Untuk mewujudkan cita-cita itu, orangtua harus jeli dalam memberikan benteng kesehatan bagi anak.
Jika sehat, maka anak akan bisa beraktivitas secara maksimal untuk menunjang tumbuh kembangnya.
BACA JUGA: Ratusan Pegawai Kantor Otoritas Bandara Medan Lakukan Tes Urine
Salah satu langkah yang perlu dilakukan adalah memberikan proteksi sedari lahir, baik asupan gizi seimbang dan memberikan imunisasi.
Dengan imunisasi, anak akan terlindungi dari wabah dan tercegah kemungkinan terjadinya kematian karena suatu penyakit.
BACA JUGA: Djan Faridz Belum Habis, Sibuk Keliling Indonesia Kumpulkan Kekuatan
Sejatinya imunisasi didasarkan pada paradigma sehat sebagai upaya promotif dan preventif. Sayangnya belakangan, pelaksanaan imunisasi ternodai dengan peredaran vaksin palsu.
Namun Kementerian Kesehatan mengimbau para orangtua untuk tidak khawatir. Berdasarkan temuan Bareskrim Polri, hasil uji laboratorium BPOM, dan Satuan Tugas Penanggulangan Vaksin Palsu terkini menunjukkan, temuan vaksin palsu di lapangan ternyata isinya adalah vaksin Hepatitis B dengan kadar sangat rendah.
Menurut Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kementerian Kesehatan dr Jane Soepardi, MPH, Dsc, meski tidak dibenarkan namun setidaknya temuan terkini tersebut melegakan. Karena ternyata cairan dalam vaksin palsu tersebut adalah vaksin yang biasa diterima oleh anak.
BACA JUGA: Fadli Sebut MKD Kompak Serahkan Kursi Ketua ke Gerindra
“Jadi, dampaknya apa? Kalau vaksin ini ternyata sudah jelek sekalipun, berarti isinya cuma air saja. Tetapi kalau cairan tersebut masih bagus, ya itu adalah vaksin Hepatitis B. Lalu orang jadi takut, loh nanti ini anak berkali-kali disuntik Hepatitis B, jangan khawatir. Vaksin adalah dosis terkecil yang bisa memberikan antibodi kepada anak. Jadi maksimumnya itu tidak ada dosisnya,” ujar dr Jane.
Orangtua tidak perlu khawatir karena Kemenkes telah melakukan aksi cepat tanggap dengan membuka posko vaksin ulang mulai Senin 18 Juli 2016 yang dilakukan secara serentak. Di sisi lain Satuan Tugas Penanggulangan Vaksin Palsu telah bekerja untuk menangani kasus vaksin palsu.
Langkah konkret yang telah dilakukan Kementerian Kesehatan dalam menangani kasus vakin palsu, yakni bekerja sama dengan Bareskrim Polri untuk mengetahui rumah sakit mana saja yang menggunakan vaksin palsu, berkoordinasi dengan Bareskrim Polri dan BPOM untuk dapat memeriksa kandungan dalam vaksin palsu tersebut, menggiatkan surveilans terhadap anak-anak di lokasi-lokasi terutama pada daerah yang disangka terjadi penyebaran vaksin.
Selain itu, Kemenkes juga menurunkan tim khusus untuk secara langsung mengidentifikasi dan mengumpulkan fakta – fakta di fasyankes (rumah sakit dan klinik) yang diduga terkait dengan peredaran vaksin palsu.
Kemenkes mengimbau, bila ada kecurigaan penyebaran vaksin palsu di daerah tertentu, maka segera melaporkannya kepada polisi serta mengarahkan anak yang dicurigai pernah menerima vaksin palsu ke layanan kesehatan terdekat milik pemerintah untuk diimunisasi ulang.
Imunisasi ulang penting untuk dilakukan karena pemberian imunisasi berguna untuk memberikan perlindungan menyeluruh terhadap penyakit-penyakit yang berbahaya.
Dengan imunisasi, tubuh bayi atau anak dirangsang untuk memiliki kekebalan, sehingga tubuhnya mampu bertahan melawan serangan penyakit berbahaya.
Adapun penyakit yang rawan mengincar bayi antara lain penyakit saluran pernapasan akut, polio, kerusakan hati, tetanus, campak dan banyak penyakit berbahaya yang memiliki risiko kematian yang tinggi.
Bahaya bagi bayi yang tidak diimunisasi dapat berakibat fatal. Banyak penelitian imunologi dan epidemiologi di berbagai negara membuktikan bahwa bayi atau balita yang tidak diimunisasi secara lengkap tidak mempunyai kekebalan spesifik terhadap penyakit berbahaya.
Buah hati akan mudah tertular penyakit, secara luas bisa menularkan penyakit hingga menjadi wabah yang mampu menyebabkan banyak kematian dan cacat.
dr Jane juga mengingatkan, di tengah derasnya pemberitaan mengenai vaksin yang diduga palsu, terdapat informasi yang luput dari pandangan masyarakat, yakni mengenai konsep herd immunity atau kekebalan komunitas.
Konsep ini menerangkan bahwa dalam suatu komunitas pada sebuah daerah tertentu yang memiliki cakupan UCI (Universal Child Immunization) tinggi (> 90%) dapat tercipta kekebalan bagi anak-anak dari Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).
Sehingga jika dalam suatu komunitas terdapat segelintir anak-anak yang tidak mendapatkan imunisasi maka akan tetap mendapatkan kekebalan terhadap penyakit karena dilindungi oleh kekebalan dari anak-anak lainnya.
Dengan demikian, sekelompok masyarakat yang berada di wilayah dengan cakupan imunisasi dasar lengkap, yakni UCI lebih dari 90 persen terlindungi dengan herd immunity tersebut.
Ini menjadi bukti bahwa imunisasi itu sangat penting karena mampu melindungi, tidak hanya bagi buah hati namun juga anak-anak dan masyarakat sekitarnya.
Pada kesempatan terpisah, Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K), terus mengingatkan masyarakat untuk tetap tenang dan mengimbau untuk melakukan vaksin ulang bagi yang tervalidasi serta tetap melaksanakan rangkaian imunisasi wajib bagi buah hati di fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes) pemerintah.
Hal ini dikarenakan vaksin pengadaan pemerintah untuk program nasional imunisasi dasar lengkap dijamin keamanannya.
“Vaksin yang diadakan oleh pemerintah dinyatakan tidak dipalsukan. Vaksin yang diberikan oleh pemerintah ini gratis dan kami jamin vaksin yang digunakan oleh RS pemerintah asli,” tegas Menkes.
dr Jane memberikan tips bagi orangtua, untuk mengecek vaksin yang diberikan kepada anak masih layak atau tidak. Hal itu bisa dilihat dari Vaccine Vial Monitor (VVM) atau kertas yang tertempel pada botol vaksin.
Vaccine Vial Monitor merupakan sebuah lingkaran yang bisa dijadikan indikator berwarna putih atau hitam. Jika masih putih maka vaksin tersebut masih bagus. Kalau sudah terpapar suhu tinggi, maka vaksinnya sudah rusak.
“Nah ini yang diketahui petugas dan orangtua, jadi kalau Vaccine Vial sudah berwarna hitam tidak boleh dipakai,” ujarnya.
Bagi orangtua dapat merujuk ke posko baik di puskesmas atau rumah sakit pemerintah yang tersebar di sejumlah titik wilayah DKI Jakarta, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi untuk mendapatkan layanan vaksin ulang, jika tervalidasi vaksin palsu. Dalam situasi maraknya vaksin palsu, dr Jane mengimbau agar para orangtua memberikan imunisasi ke puskesmas dan RS pemerintah.
Perlu diketahui, lanjutnya, vaksin yang digunakan pemerintah itu adalah vaksin asli dari PT Bio Farma yang berpusat di Bandung.
Tahun 2016, vaksin imunisasi yang disediakan Pemerintah meliputi sembilan jenis, yaitu vaksin Hepatitis B Rekombinan, BCG, Trivalen Oral Polio Vaccine (OPV), Bivalen Oral Polio Vaccine, Inactivated Polio Vaccine (IPV), Campak, Difteri Tetanus (DT), Tetanus Difteri (Td), dan Pentavalen DPT-HB-Hib. Seluruh jenis imunisasi ini tersedia di fasyankes pemerintah.
Produk Biofarma merupakan vaksin berskala internasional. Vaksin Bio Farma itu tidak hanya digunakan di Indonesia, namun digunakan di lebih dari 130 negara di dunia yang memilih menggunakan vaksin produksi Bio Farma. Mutu vaksin Bio Farma pun diakui oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Di dunia terdapat 200 pabrik vaksin, namun yang diakui hanya 20 termasuk Bio Farma. Bahkan Bio Farma menjadi satu-satunya produsen vaksin di Asia Tenggara.
Pastikan buah hati Anda terlindungi dengan imunisasi, demi mewujudkan anak yang sehat dan menghantarkan masa depannya yang gemilang.
Untuk informasi lebih lanjut seputar pembangunan kesehatan dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline (kode lokal) 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id. (jpg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gedung DPR Sudah Kembali ke Warna Semula, Pemicunya Tetap Akan Diusut
Redaktur : Tim Redaksi