Jaringan Teroris Solo Didoktrin Benci Polisi

Kamis, 06 September 2012 – 17:01 WIB

JAKARTA - Jaringan teroris Solo yang menargetkan polisi sebagai sasaran teror bukannya tanpa alasan. Menurut salah satu tersangka dalam jaringan itu, Bayu Setiyono, ia dan rekannya mendapat ajaran untuk membenci polisi dari tokoh yang mengajarkan agama pada mereka.

"Kenapa sasaran kami polisi, karena salah satu pimpinan kami, ikhwan itu mengupas dari buku karangan Ustadz Abdurahmman, di situ dia bilang bunuhlah aparat polisi, karena aparat polisi sering menzolimi ikhwan-ikhwan," terang Bayu dalam video testimoninya yang ditayangkan dalam jumpa pers di Markas Besar Polri, Jakarta Selatan, Kamis (6/9). Namun Bayu tak merinci maupun menyebut nama ikhwan yang mengajarkan kebencian pada polisi itu.

Menurut Bayu, polisi bukan hanya menangkap ikhwan atau tokoh teroris pendahulu mereka, tapi juga melakukan penganiayaan terhadap orang-orang tersebut. Oleh karena itu, niat mereka untuk membunuh polisi makin kuat.

"Mereka juga sering menangkap ikhwan-ikhwan yang sedang latihan takrim di gunung atau di  hutan. Makanya di situ pula kami merencanakan pembunuhan seorang polisi," paparnya.

Setelah mendapatkan ajaran  membenci polisi, Bayu cs pun mulai merencanakan aksi mereka. Pada 16 Agustus 2012, ia mengaku mendapat pesan singkat dari Farhan yang menjadi komandan lapangan untuk merencanakan penembakan terhadap polisi. Bayu ditugaskan melakukan survei untuk aksi 17 Agustus 2012 di pos pengamanan Lebaran di Glembekan, Solo.

"Kita pulang sekitar pukul 01.00 dini hari (17 Agustus). Saya di-sms lagi sama Farhan, disuruh ngecek. Saya ngecek di situ (target) sudah siap sehingga Farhan dan Firman bisa melakukan penembakan. Setelah itu jam 1.30 dini hari, dia melakukan penembakan. Eksekutornya Farhan karena dia punya senjata api," papar Bayu.

Setelah penembakan itu, kata Bayu, kelompoknya merencanakan teror kedua pada 18 agustus 2012. Lagi-lagi, Bayu yang diminta melakukan survei di pos pengamanan Lebaran di Gladak, Solo, Jawa Tengah.

Setelah mengamati kegiatan di pos itu, Bayu juga ditugaskan mengawasi aksi Farhan dan Muchsin yang akan melemparkan granat ke pos pengamanan tersebut pada pukul 21.00 Wib. "Pimpinan kami bilang mendekati Lebaran banyak polisi di pos-pos tersebut. Ternyata benar, di pos Galadak lumayan banyak polisi,"papar Bayu.

Pada penyerangan polisi ketiga kalinya 30 Agustus lalu, kata Bayu, ia tak lagi ditugaskan oleh Farhan. Ia menyatakan, kemungkinan yang melakukan penembakan terhadap Bripka Data di pos polisi Singosaren adalah Firman dan Farhan.

"Perencanaan penembakan di Matahari Singosaren, saya tidak ada kontak sama Firman, atau Farhan atau Muchsin. Setahu saya dari penembakan yang di Singosaren si Farhan dan Firman. Dari ciri-ciri poster tubuh, orangnya, motornya memang dua orang itu," pungkas Bayu.(flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... DPR Tuding BNPT Terlalu Lebay

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler