Astuti, bukan nama sebenarnya, sesungguhnya sudah merasakan perubahan perilaku suaminya selama tiga tahun.

Tapi Astuti memilih mengabaikannya dan mempercayai suaminya.

BACA JUGA: Kata Rendy Kjaernett, Seharusnya Syahnaz Sadiqah Minta Maaf Kepada Lady Nayoan

"Ya namanya suami, dan aku enggak melihat sendiri [perselingkuhannya] kan, jadi belum percaya ... padahal banyak teman yang suka bilang ketemu suamiku di sana, di sini, ... kebiasaannya pun berubah."

Perubahan kebiasaan suaminya yang paling drastis adalah ia tidak lagi menginformasikan detil perjalanannya saat ke luar kota. 

BACA JUGA: Isu Myanmar Jadi Agenda Pertemuan Para Menlu ASEAN dan Australia di Jakarta

Sampai pada tahun 2014, kecurigaan perempuan yang berprofesi sebagai jurnalis ini memuncak.

"Dia bilang mau pergi tugas kantor ke Kalimantan Timur padahal aku tahu enggak ada proyek kantornya di sana," kata Astuti.

BACA JUGA: Pemegang WHV Asal Malang Korban Kecelakaan Meninggal Dunia Setelah Lima Hari Kritis

Setelah dia mengungkapkan kecurigaannya, Astuti menceritakan suaminya kemudian mengubah tujuan perjalanannya ke Batam, tanpa memberitahu jam penerbangan, tempat menginap, dan sampai kapan ia akan berada di sana.

Pagi itu setelah suaminya berangkat, Astuti kemudian berusaha mencari tahu bukan hanya detil perjalanan sang suami, tapi juga apakah laki-laki yang saat itu telah 13 tahun dinikahinya pergi tak sendiri.

Astuti lantas menghubungi maskapai penerbangan dengan dalih meminta bantuan akses cek in untuk suaminya. Dari situlah Astuti mengetahui nomor dan jam penerbangan ke Batam, kapan suaminya akan kembali ke Jakarta, dan ... dengan siapa ia pergi.

Singkat cerita, dengan bantuan teman-teman Astuti, si suami terpergok dengan perempuan lain di sebuah hotel di Batam pada pukul 2 dini hari. 

Penggerebekan yang melibatkan aparat setempat itu berujung pelaporan ke polisi dan akhirnya berakhir di meja hijau.

"Sebagai wartawan, aku merasa beruntung punya semacam privilege karena networking yang luas ... terpikir juga minta bantuan profesional semacam detektif, tapi waktu itu aku enggak tahu harus nyari ke mana," tutur Astuti.Mencari bantuan profesional

Mila sedang mengandung saat ia merasa keseharian suaminya berubah.

Tapi dari semua kebiasaan yang berubah, hal yang paling mencurigakan Mila adalah saat suaminya tetap pamit pergi ke kantor, padahal saat itu Indonesia sedang pandemi dan si suami adalah ASN yang diharuskan bekerja dari rumah.

"Padahal kan bahaya, karena sedang [wabah] COVID dan saya sedang hamil ... tapi setiap saya tanya, jawabnya hanya selewat dan pasti akhirnya marah-marah, ... suatu malam kami sudah mau tidur, gara-gara saya tanya itu, dia marah dan langsung keluar, terus teleponan."

Mila mengaku tidak diberi tahu saat bertanya kepada sang suami, dengan siapa ia berbicara di telepon. Tapi kecurigaannya seperti terjawab saat ada teks WhatsApp yang masuk ketika suaminya sedang terlelap.

"Saya baca, isinya cuma ... 'Pah, besok 306 ya, aku udah minta di situ' ... saya mikir ini apa ya, feeling saya ini hotel, mau ngikutin tapi gimana, saya sedang hamil dan [wabah] COVID, jadi takut ke mana-mana."

Malam selanjutnya Mila menunggu si suami tertidur agar ia bisa mengecek isi telepon genggamnya.

Akhirnya ia menemukan bahwa laki-laki yang saat itu sudah lima tahun dinikahinya punya kloning WhatsApp.

"Jadi WA-nya ada dua ... pokoknya panjang [percakapan dengan wanita lain] di sana, rasanya malam itu saya mau bangunin dia, tapi saya tahu paling dia cuma akan marah-marah lagi."

Alih-alih membangunkan suaminya, malam itu Mila menghabiskan waktu berseluncur di internet "mencari cara menghadapi orang yang berselingkuh" sampai ia menemukan jasa detektif Mr Jack.

Mila kemudian mengubungi Mr Jack untuk mengetahui bagaimana cara kerja detektif perselingkuhan yang dijalankannya, termasuk biayanya.

"Saya enggak langsung mengiyakan, karena harus melihat kondisi keuangan dulu ... biayanya hampir 200 [juta] sampai dapat bukti, tapi kemudian saya didukung oleh keluarga besar."

Upaya Mila tidak sia-sia. Melalui jasa Mr Jack, ia jadi tahu ke mana suaminya sering menghabiskan waktu, dengan siapa, dan akhirnya mendapat bukti perselingkuhan berupa foto-foto.

Namun, berbeda dengan Astuti, Mila akhirnya tidak menceraikan suaminya.

"Ia minta maaf, orangtuanya juga minta maaf, ... dia minta kami mulai lagi dari nol," kata Mila.

"Saya sudah memaafkan, tapi enggak mungkin lupa ... susah untuk saya percaya lagi." Jasa detektif swasta perselingkuhan

Mr Jack yang disebut-sebut Mila sebagai Private Investigator alias detektif partikelir yang membantunya dikenal luas sebagai Jack's Angels, pemilik Bisnis Detektif Swasta Perselingkuhan.

Kepada ABC Indonesia, Jack yang bukan adalah nama asli, mengatakan bahwa bisnisnya sudah berjalan sejak tahun 1997, namun baru muncul di internet pada tahun 2014.

Menurut Jack, permintaan akan penyelidikan kasus perselingkuhan yang ditanganinya terus bertambah dari tahun ke tahun, dengan permintaan terbanyak ditanganinya selama pandemi COVID-19.

"[Pandemi menjadi] kesempatan bagi target yang licik untuk bilang ke pasangannya, 'Eh maaf saya kena COVID, saya mau isolasi mandiri' tapi bukan di tempat isolasi, [melainkan] di hotel sampai bisa berbulan-bulan," katanya.

"Kalau hari-hari biasa [kasusnya] itu cinta segitiga, orang LDR [hubungan jarak jauh], lalu yang mengakunya sibuk di kantor ternyata pulangnya di hotel."

Ketika menjalankan misinya, Jack biasa ditemani oleh delapan sampai sembilan orang, yang mengawasi target dengan kendaraan berbeda-beda agar tidak dicurigai.

Ia juga tidak hanya 'all out', tapi juga berpikir 'out of the box', misalnya dengan memasang kamera pengintai di sejumlah barang yang tidak mudah ditebak atau diduga orang.

Berpusat di Jakarta, bisnis perseorangan tersebut kini memiliki 400 agen penyelidikan penuh dan paruh waktu di seluruh kota Indonesia dan luar negeri.

Harga yang ditawarkan kepada klien beragam, sesuai dengan aktivitas dan mobilitas dari pasangan klien, mulai dari 10 juta hingga ratusan juta.

"Misalnya, pasangan klien hanya bekerja biasa, kendaraannya bermotor, ya enggak mungkin saya kasih harga sampai puluhan juta, dan maaf tapi untuk orang naik motor kan istilahnya jarang banget untuk ke tempat yang wah," katanya.

"Tapi yang menengah, orang pakai mobil, pasti mobilitasnya akan lebih tinggi. Dia masuk tol, masuk mall, masuk apartemen, hotel, dan terburuknya adalah ke luar kota, dari Jakarta ke Surabaya, dan sekarang kan tolnya panjang, jadi segala kemungkinan bisa terjadi."

Puluhan tahun menjalani pekerjaannya, ia mengaku merasa "muak" karena harus menyaksikan kenyataan orang-orang yang sudah "bersumpah di hadapan Tuhan dan negara membuat suatu ikatan pernikahan" melanggar janji tersebut.

Terutama bila hal tersebut dilakukan oleh pasangan klien yang adalah figur publik, mulai dari politikus, artis, hingga tokoh agama.

"Yang bikin saya muak itu ketika menyelidiki orang yang di luar dugaan, yang dipuja oleh sejumlah rakyat Indonesia," katanya.

"Semacam, Anda kagum sama seseorang, ibaratnya enggak mungkin [melakukan hal yang tidak senonoh], ternyata berbuat sesuatu yang Anda sendiri enggak percaya.

"Dan itu bukan sekali saya lihat, tetapi puluhan orang."Bukti untuk pengadilan

Agen detektif perselingkuhan lain yang menggunakan nama samaran Angel mengatakan bahwa kasus perselingkuhan semakin banyak sejak berkembangnya teknologi internet dan media sosial.

"Tingkat perselingkuhan semakin tinggi karena media sosial," kata pemilik bisnis Detektif Angel yang sudah beroperasi sejak 2003 tersebut.

"Semakin banyak celah untuk mereka berinteraksi dengan orang-orang yang tidak dikenal."

Angel mengatakan kebanyakan kliennya memakai bukti perselingkuhan berupa foto atau pun video yang disediakan perusahaannya untuk bukti di pengadilan.

"Karena memang bukti konkret itu [dipakai] untuk harta gono-gini, untuk hak asuh anak, untuk persidangan ketika diminta," katanya.

"Karena mereka ibaratnya mau perang tapi mau ada bukti, dan tanpa bukti, itu sama saja seperti fitnah."

Untuk mengumpulkan bukti ini, Angel memakai agen di lapangan yang menurutnya jumlahnya sudah mencapai 650 orang dan sudah mengikuti pelatihan.

Menurutnya, agen lapangan juga "harus cerdas dan cepat beradaptasi."

"Ada pelatihannya, cara mengambil gambar seperti apa supaya tidak mencolok dan menarik orang lain untuk melihat, ada trik-triknya," kata Angel.

"Mereka harus multifungsi, bisa jadi apapun dan mau mengikuti instruksi yang saya arahkan, ibaratnya mau jadi apapun, jadi pedagang, ODGJ, PSK, harus dijalankan."

Pekerjaan yang bisa menghasilkan pendapatan hingga minimal 50 juta rupiah tersebut tentunya bukan tanpa risiko.

"Tantangannya ya memang kalau misalkan kita mengikuti [target] yang memiliki ajudan. Itu tingkat kesulitannya besar, karena risikonya … taruhannya pasti nyawa," katanya.

Menurutnya, detektif swasta diperlukan untuk menangani kasus ranah pribadi, yang "tidak bisa dikerjakan oleh pihak berwajib."

"[Para klien] membutuhkan orang yang bisa dipercaya dengan masalah pribadi mereka tanpa orang lain tahu," katanya.

"Makanya [jasa kami dibutuhkan untuk] kasus masalah rumah tangga, atau misalnya mereka punya masalah rumah tangga selain perselingkuhan yang mereka takut mencolok.

"Misalnya aib keluarga tercium, kan mereka malu."Intuisi dan kemandirian perempuan

Meski akhir cerita Mila dan Astuti berbeda, keduanya punya pesan yang senada.

"Intuisi perempuan, apalagi seorang istri, itu enggak pernah salah. Jadi kalau kamu baca gelagat [aneh] sejak awal, langsung tanya, jangan dibiarin ... siapa tahu suami kita masih ketolong, mungkin khilaf atau masih pada tahap perempuannya yang menggoda", ujar Mila.

"Percaya saja enggak cukup, kita juga harus melakukan sesuatu, ... jangan seperti aku yang kecolongan [perselingkuhan] dari 2011 baru ketahuan 2014 karena aku mungkin mengabaikan insting ... padahal seharusnya aku perhatikan," tambah Astuti.

Selain soal intuisi, Mila juga mengatakan saat ini ia berusaha mandiri secara finansial.

"Jadi kalau sampai kejadian lagi, setidaknya saya sudah siap secara finansial."

BACA ARTIKEL LAINNYA... Besaran Pengembalian Pajak di Australia akan Turun Tahun Ini

Berita Terkait