jpnn.com - jpnn.com - Warga binaan yang ada di dalam Lapas Abepura, Jayapura, setiap hari mendapatkan asupan makanan yang cukup bergizi.
Lantas bagaimana pihak Lapas menyiapkan kebutuhan makan sehari-hari bagi penghuni Lapas yang mencapai ratusan orang ini?
BACA JUGA: Luar Biasa, Ini Lapas Bukan Sembarang Lapas
Elfira - Abepura
Rabu (22/2) pagi, sekira pukul 09.15 WIT, Cenderawasih Pos (Jawa Pos Group) berkesempatan untuk melihat aktifitas di dapur Lapas Abepura yang berlokasi di Jalan Kesehatan 2 Kelurahan Yobe Distrik Abepura ini.
Awalnya sempat tidak diizinkan untuk masuk meliput dengan alas an tertentu, mengingat Lapas adalah lembaga yang begitu sensitif dari segi pengamanan.
Namun setelah menjelaskan panjang lebar terkait maksud dan tujuan kedatangan, Tim Cenderawasih dipersilakan masuk dan melihat secara langsung dapur Lapas dan antrean warga binaan dan tahanan saat mengambil jatah makan mereka.
Bell berbunyi saat jarum jam berada di angka 11.10 WIT, pertanda waktu makan siang telah tiba bagi penghuni Lapas Abepura.
Setiap regu dipersilahkan mengambil jatah makan siang mereka dengan cara mengantre satu per satu.
“Antre-antre, mana tempat makanananya? Hati-hati, ini untuk berapa orang,” ujar petugas dapur kepada para penghuni Lapas.
Sinurmanto, Koordinator Dapur Lapas tak henti-hentinya mengawasi anak buahnya dan sesekali mengatakan semua penghuni Lapas yang berjumlah sebanyak 434 Narapidana dan Tahanan harus kebagian jatah makan.
Entah itu sarapan pagi, makan siang ataupun makan malam.
“Di sini (Lapas.red) sehari makannya tiga kali, sarapan pagi pukul 09.00 WIT, siang pukul 12.00 Wit dan malam pukul 17.00 WIT dengan menu makan yang berbeda-beda setiap harinya,” kata Sinurmanto.
Menurutnya, untuk menu makan Napi bervariasi tiap harinya, mulai dari nasi dengan lauk daging sapi, daging ayam, ikan segar, ikan asin, telur, tempe, kacang ijo, buah-buahan dan sayur mayor.
Menu makanan tersebut diatur setiap harinya dan berputar dalam siklus 10 hari. Artinya setelah 10 hari kembali kepada menu awal.
“Pagi sarapanya dengan kacang ijo, makan siangnya atau malam setiap hari berbeda-beda. Jika siang lauknya ikan maka makan malam lauknya daging ayam, intinya setiap hari lauknya berbeda-beda,” terangnya.
Makanan yang dimasak kata Sinurmanto, sebanyak 5 karung beras ukuran 50 kg per harinya, telur 434 butir, daging 22 kg disesuaikan dengan banyaknya penghuni lapas dan bumbu dapur setiap harinya segar.
Misalnya masak hari ini maka bahan dapurnya dibeli hari ini juga di pasar.
Begitu juga dengan sayur mayurnya, namun bukan petugas lapas yang belanja semua bahan itu, melainkan pihak rekanan.
“Dengan makanan yang kami berikan, saya rasa itu memenuhi standar gizi mereka. Berada di luar belum tentu mereka makan enak seperti ini dan makanan sesuai dengan porsi yang telah diatur oleh Pemerintah,” terangnya.
Di balik lezatnya masakan di dapur Lapas, tentu ada orang-orang hebat yang bekerja keras.
Kata Sinurmanto sebanyak 15 orang juru masak di Dapur Lapas dan itu dibagi dalam 3 sesi.
Ada yang masak untuk sarapan pagi, masak untuk makan siang dan masak untuk makanan malam.
“Juru masak adalah para tahanan sendiri, mereka kami ambil sesuai dengan keputusan sidang dan tentunya sudah dilatih memiliki kemampuan untuk kerja bisa diatur kebersihanya. Tak ada perempuan, semuanya adalah laki-laki dengan umur yang masih muda,” terangnya.
Lelaki bertubuh semampai ini mengatakan, setelah sarapan pagi selesai maka regu masak siang siap-siap untuk memasak menu makanan siang.
Begitu juga setelah antrean makan siang selesai regu masak malam siap-siap untuk memasak di dapur, begitu terus setiap hari.
Sedang Iron salah satu Juru Masak di Dapur Lapas mengatakan 4 bulan sudah ia menjadi tukang masak untuk teman-temanya di Lapas.
Anak muda ini merasa bangga dipercaya memasak untuk makan teman-temanya. Meski dia harus bangun dini hari ketika mempersiapkan makan pagi.
“Sayakan bagian masak sarapan paginya mbak, jadi saya selalu bangun pukul 01.00 Wit untuk menyiapkan apa yang mau dimasak. Mengantuk sih ia, namun karena sebuah tanggung jawab maka saya selalu melaksanakanya dengan senang hati,” terangnya.
Pihak Lapas juga benar-benar menyiapkan mereka agar begitu keluar bisa menjadi warga masyarakat yang baik.
“Saat berada di lapas kami benar-benar menggembleng mereka, sehingga ketika kembali ke lingkunganya mereka sudah tahu apa yang harus dilakukan. Pelatihan kami berikan seperti pelatihan daur ulang sampah, kerja di bengkel milik Lapas, membuat lemari dan hal positif lainya,” kata Sinurmanto yang didampingi Kepala Kesatuan Pengamanan Lapas Abepura Hamka Abdullah. (*/tri)
Redaktur & Reporter : Soetomo