Menurutnya, Pemerintah Jateng melalui Balitbang mulai mengembangkan budidaya tanaman sirih pada tahun 2012. Untuk sementara, daerah yang sudah mulai menanam hingga berhasil panen antara lain, Cilacap, Batang, Pemalang, dan Klaten. Ia mengungkapkan, bahwa tanaman itu memiliki nilai ekonomi tinggi, sehingga bisa mengangkat ekonomi di wilayah Jateng. Adapun jenis tanaman yang saat ini dikembangkan adalah, sirih hijau. Sebab, jenis sirih itu lebih mudah perawatannya dan tidak mudah terserang hama.
"Tanaman sirih bisa hidup diberbagai jenis tanah di Indonesia. Ketinggian tanah mulai dari 0 meter sampai dengan 800 meter dari permukaan air laut. Saat ini baru ada 11 negara yang mulai mengembangkan tanaman itu," cetusnya.
Dirinya tak menampik, kebutuhan daun sirih di wilayah Pantura saat ini masih belum tercukupi. Hal itu karena pasokan dari petani masih minim. Yakni sekitar satu ton per hari. Padahal kebutuhannya, bisa mencapai delapan ton per hari. "Wilayah Pantura, masih didominasi dari Pemalang, dan Batang. Sedangkan untuk Tegal dan sekitarnya, masih minim. Bahkan belum ada yang memasoknya," imbuhnya.
Dia berharap, petani Tegal mampu membudidaya tanaman obat itu. Karena peluang untuk mengembangkan pertanian tersebut, masih sangat dibutuhkan. Dia menyebutkan, harga daun sirih saat ini antara Rp 1.200 per kilogram hingga Rp 1.500 per kilogram. "Sirih mempunyai efek farmakologi antiradang. Sehingga bisa digunakan untuk meredakan batuk, merangsang saraf pusat, meredakan sifat mendengkur, mencegah ejakulasi prematur, dan peluruh kentut. Sifat kimiawinya, bisa menimbulkan rasa hangat dan pedas," terangnya. (yer)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ratusan Peluru Ditemukan, Isu Teroris Merebak
Redaktur : Tim Redaksi