Jawa Bakal Makin Sering Kena Bencana

Dipicu Kepadatan Penduduk dan Disparitas Pembangunan

Senin, 05 Maret 2012 – 07:46 WIB

JAKARTA - Ini peringatan bagi warga yang tinggal di Pulau Jawa. Mereka mesti lebih siap menghadapi bencana. Sebab, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan kalau pulau yang ditinggali 59 persen penduduk negeri ini tersebut bakal kerap mengalami bencana.

Alasannya sederhana, pulau Jawa makin padat. Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho kepada Jawa Pos mengatakan kalau kepadatan penduduk berbanding lurus dengan meningkatnya bencana. Fakta menunjukkan, sejak 2002 hingga sekarang, lebih dari 50 persen bencana ada di Jawa. "Di masa mendatang bisa tambah besar," ujarnya.

Di tahun ini saja, jelas Sutopo, hingga Maret, sudah ada 2.066 bencana yang menyambangi Indonesia. Dari jumlah tersebut, sebanyak 40 persen atau 827 bencana terjadi di Jawa. Beberapa bencana yang sering terjadi adalah banjir, longsor, kekeringan hingga putting beliung.

Bagaimana dengan bencana yang terjadi karena faktor alam seperti gempa bumi, gunung meletus, atau tsunami" Sutopo memang mengatakan kalau faktor manusia tidak sebagai pemicu utama. "Tren bencana itu memang stabil. Tapi, padatnya penduduk bisa memicu korban dan kerugian yang sangat besar," imbuhnya.

Bertambahnya penduduk juga ikut menambah potensi kerusakan alam. Sutopo menyebut kalau kerusakan alam juga terkonsentrasi di Jawam pulau yang populasinya mencapai 129 juta jiwa itu. Mau tidak mau, masyarakat akhirnya mendirikan pemukiman di tempat-tempat yang rawan bencana.

Faktor kerusakan lingkungan bukan isapan jempol. BNPB mencatat hutan di Jawa diperkirakan tidak lebih dari 13 persen dari total luas pulau yang mencapai 126.700 kilometer persegi. Padahal, idealnya adalah 30 persen dari luasan wilayah.

Daya dukung lingkungan yang melemah memicu terjadinya tiga macam krisis, yaitu krisis air, pangan dan energi. "Sudah terbukti saat ini, watak hidrologi sungai-sungai di Jawa sudah berubah dan mudah terjadi banjir serta kekeringan," ungkapnya.

Dalam kondisi seperti itu, kata Sutopo, analisis risiko bencana menjadi faktor penting dalam perencanaan pembangunan. Maklum, bencana adalah salah satu faktor penghambat pembangunan.

Kalau analisis resiko tidak disertakan, dikhawatirkan beberapa daerah di Jawa bakal keteteran saat menghadapi bencana. Sebab, bencana menyusutkan kapasitas produktif dalam skala besar dan berakibat kerugian finansial. Belum lagi dampak negative-sum game, yaitu wilayah yang terkena bencana mengalami kemunduran ekonomi sedangkan yang tidak terkena bencana tidak mengalami kemajuan ekonomi.

Lebih lanjut dia menjelaskan, faktor lain mengapa Jawa makin rentan terhadap bencana adalah disparitas pembangunan ekonomi antar daerah di Jawa dan luar Jawa terlampau besar. Bisa dilihat dari indikator makro, yaitu kontribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Untuk Pulau Jawa, dia menyebut PDRB-nya terhadap nasional dengan minyak dan gas mencapai 60,12 persen. Sedangkan tanpa minyak dan gas menembus 64,78 persen. Hanya 40 persen yang tersebar di luar Jawa. "Ini yang menyebabkan urbanisasi terus meningkat," tandasnya.

Solusinya, dia berharap ada pemerataan penduduk dan kesejahteraan di kawasan luar jawa. Diharapkan, hal itu bisa memicu agar orang-orang tidak melulu datang ke Jawa untuk mengadu nasib. Kalau sudah merata, dia yakin lambat laun bencana juga bakal tidak sering terjadi di Jawa. (dim/ttg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Komisi XI Harus Mencontoh Pemilihan Anggota KPK


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler