jpnn.com, JAKARTA - Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG Dodo Gunawan menjawab fenomena embun es di kawasan Dieng, Jawa Tengah, beberapa hari yang lalu.
Menurut dia, fenomena tersebut memiliki kaitan dengan berlangsungnya musim kemarau.
BACA JUGA: Waspada Cuaca Hari Ini, BMKG Beri Peringatan Serius
"Fenomena embun es di Dieng saat musim kemarau sangat dimungkinkan terjadi," kata dia, Minggu.
Terlebih secara lokasi, Dieng berada di dataran yang cukup tinggi di mana suhu udara cukup dingin, dan tingkat tutupan awan sudah jarang saat masuk musim kemarau.
BACA JUGA: Terungkap Identitas Mayat Perempuan yang Tergeletak di Jalan, Ternyata
"Sehingga pada malam hari yang tidak tertutup awan, suhu udara akan sangat dingin sekali karena radiasi balik dari bumi dengan leluasa menuju angkasa tanpa adanya pantulan dari awan."
"Sehingga bumi akan menjadi dingin sekali dan seluruh lapisan di mana yang mengandung uap air itu karena suhu minus yang biasanya disertai adanya frost atau embun membeku," kata Dodo.
BACA JUGA: J Nekat Bawa Kabur Istri Tetangganya Sendiri, Ujungnya Begini
Dia menjelaskan suhu udara sampai menjadi minus atau di bawah nol derajat Celcius dipengaruhi kondisi awan yang sudah sangat tidak ada, bahkan clear seperti itu di malam hari.
"Suhu bumi, karena tidak ada radiasi tentunya pada malam hari tidak ada matahari, justru energi bumi yang memancar meradiasikan kembali tanpa ada pemantulan dari awan khususnya, sehingga dia menjadi minus menjadi dingin bahkan bisa sampai minus," kata Dodo melanjutkan.
Adanya fenomena embun es ini tidak hanya terjadi di Dieng, tetapi juga wilayah lainnya yang berada di pegunungan.
Embun beku tersebut berdampak pada warga yang memiliki usaha tani, menyebabkan gagal panen.
Dodo mengimbau agar para petani di pegunungan mengatur musim tanam dan tetap memperhatikan kondisi cuaca, agar segera dilakukan panen sebelum embun es merusak tanaman.
Dia menjelaskan saat ini 35 persen dari zona musim di seluruh wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau.
Sementara itu, beberapa wilayah di Sumatera dan Jawa masih terdapat beberapa wilayah yang belum memasuki kemarau.
Oleh karena itu, fenomena La Nina yang menyebabkan curah hujan yang masih cukup.
Kondisi La Nina akan menuju normalnya diprakirakan pada Agustus, menuju netral pada Oktober, November, dan Desember.
"Jadi, tidak hanya BMKG yang membuat perkiraan terkait La Nina ini, tetapi beberapa badan meteorologi dunia membuat prakiraan La Nina dan sebagian besar mengindikasikan saat ini kondisinya yang lemah akan menuju pada fungsi netral," ujar Dodo. (antara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hamdalah, Kabar Baik Untuk Ratusan Guru Honorer
Redaktur & Reporter : M. Rasyid Ridha