Jejak 3 Alumni IPB Membangun Negeri dari Pelosok

Senin, 11 Oktober 2021 – 10:01 WIB
Sekolah di pedalaman. Foto: JPG

jpnn.com, JAKARTA - Tiga alumni Institut Pertanian Bogor angkaran ke-33 mencoba menebarkan semangat membangun negeri meskipun di daerah terpencil.

Pengalaman ketiga alumni IPB tersebut, yakni Sadikin, Kustini, dan Arum Rahayu tersiar dalam diskusi virtual Dialog 7.

BACA JUGA: Akademisi IPB: Kelapa Sawit Harus Jadi Bagian Aset Nasional

Mereka memberikan sumbangsih besar dari bidang masing-masing yang berbeda satu sama lain.

Sadikin yang alumni Agronomi Budidaya Pertanian merupakan seorang agropreneur berbasis konservasi.

BACA JUGA: Polisi Buru Pembuang Mayat Bayi di Tumpukan Sampah, Siap-Siap Saja!

Dia membuka Seladang Kafe yang mengusung konsep "kafe di tengah kebun kopi" di Aceh.

"Saya bukan owner tetapi farmer, petani kopi yang kebetulan ada kafe di dalamnya. Rahasia di kafe saya itu ada tiga yaitu tidak ada rahasia itu rahasianya," ungkap Sadikin, dalam keterangan tertulis, Senin.

BACA JUGA: Yamaha WR 155 R Tampil Makin Segar, Sebegini Harganya

Dia membuka Seladang Cafe setelah perenungan panjang tentang konsep kafe ngopi di kebun kopi selama 13 tahun.

Sadikin membutuhkan waktu 3 tahun untuk berdiskusi bersama sang istri yang berprofesi sebagai pengacara.

Ide membuka kedai kopi di tengah kebun kopi juga sempat disampaikan kepada sang ibu. Tetapi, komentar yang diberikan ibu di luar dugaan.

"Tidak ada orang gila yang mau ngopi di kebun kopi," kata Sadikin menirukan ucapan ibunya.

Sadikin tetap pada pendirianya. Sejak 2013, dia berhasil merealisasikan mimpinya dengan mengubah kebun kopi menjadi Taman Kopi untuk mengembangkan kopi konservasi dan wisata kopi di Kabupaten Bener Meriah, Gayo, Aceh.

Lewat usaha itu, Sadikin ingin mengenalkan Kopi Gayo tidak hanya sekadar soal cita rasa dan varietas, tetapi dari hulu ke hilir.

Sejak kopi ditanam hingga terhidang serta membangun brand dengan mengungkap histori di balik kopi kepada para pencinta kopi.

Selain itu, dia juga memperkenalkan konsep yang ramah lingkungan. Sehingga usaha kopi itu bisa sekaligus untuk konservasi lingkungan.

Melayani dengan Hati

Selanjutnya Kustini yang merupakan dokter hewan alumni Fakultas Kedokteran Hewan IPB membagikan pengalamannya.

Dia mengawali karier bukan sebagai dokter hewan tetapi di laboratorium.

"Saya tidak punya target dalam karier, mengalir saja dengan tetap memberikan yang terbaik. Bekerja dengan hati, dengan tulus. Biarkan Allah yang memberikan ganjarannya dan orang di sekitar saya yang menilai, baik itu atasan, maupun rekan-rekan seprofesi," kata dia.

Prinsip tersebut mengantarkan Kustini bersama timnya meraih penghargaan Abdi Baktitani 2021.

Penghargaan tersebut diberikan pada unit pelayanan publik berprestasi, dalam hal ini UPTD RSH DKPP Provinsi Jawa Barat.

Sebagai pelayan masyarakat yang setiap hari bertemu dengan berbagai karakter orang, Kustini berpegang pada mottonya "Melayani dengan Sepenuh Hati dan Bekerja dengan Ikhlas".

Orang-orang yang datang ke RS Hewan tidak hanya mereka yang mampu, tetapi banyak orang-orang tulus yang menyelamatkan hewan tak bertuan di jalanan dan tidak memiliki cukup uang untuk pengobatan.

Mengajar di Pelosok Kalimantan

Terakhir, Arum Rahayu juga menceritakan pengalamannya sebagai guru di SMPN Satu Atap-1 Danau Sembuluh Desa Paren, Seruyan, Kalimantan Tengah.

Pertama kali dia berkenalan dengan kondisi Kalteng yaitu saat melakukan PKL (Praktik Kerja Lapang) ketika masih kuliah.

Setelah lulus dari IPB pada 2002, Arum kembali ke Kalimantan dan mengawali karier di sebuah perusahaan.

Dia mendapat tawaran untuk mengajar di sekolah milik perusahaan hingga 2008.

Pada 2008, Arum mengambil AKTA IV di Sekolah Tinggi di Sampit dan lulus tes CPNS pada 2009. Dia lalu ditempatkan di sebuah sekolah yang baru dirintis dan saat itu baru berjalan enam bulan.

Pilihan Arum untuk mengabdi di pelosok Kalimantan, sempat tidak didukung orang tuanya.

Namun, berkat dorongan dari para kakaknya, pada akhirnya orangtua merestui pilihan hidup Arum.

Salah satu sumber kebahagiaan bagi Arum menjalani profesinya adalah ketika menyaksikan murid-muridnya berhasil 'menjadi orang'. Bahkan ada di antara mereka yang sekarang mejadi rekan sejawat Arum.

Tawaran untuk berkarier pada jabatan struktural ditolak secara halus.

Saat ini, Arum sudah merasakan hidup yang nyaman bersama keluarga dan memperoleh ketenangan batin dalam menjalani profesi sebagai guru. (rdo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mas Nadiem Tulis Surat Terbuka untuk Guru Honorer di Lombok, Isinya Bikin Mewek


Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler