Jelang Olimpiade Tokyo 2020, Eng Hian Minta Greysia dan Apriyani Tidak Tegang

Rabu, 09 Juni 2021 – 09:10 WIB
Greysia Polii (kiri) dan Apriyani Rahayu. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Ganda putri bulu tangis Indonesia Greysia Polii dan Apriyani Rahayu bertekad untuk menyumbang medali Olimpiade Tokyo 2020 untuk Indonesia.

Pelatih Kepala Ganda Putri Eng Hian meminta keduanya untuk tidak merasa tertekan dan terus menjaga ekspektasi.

BACA JUGA: Pengakuan Greysia Polii Setelah Ikut Vaksinasi Covid-19

"Untuk sisi fisik, mereka sudah siap, tetapi ini, kan, turnamen besar di olahraga bukan hanya bulu tangkis dan digelar pun hanya empat tahun sekali," katanya di Pelatnas Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Cipayung, Jakarta Timur, Selasa (8/6).

Pria yang akrab disapa Didi itu mengaku sedang memberikan perhatian lebih pada persiapan non-teknis.

BACA JUGA: Kabar Terbaru soal Persiapan Pebulu Tangkis Jelang Olimpiade Tokyo

"Saya buat serileks mungkin seperti turnamen biasa saja," lanjut Didi.

Selain itu, PBSI juga meminta bantuan psikolog untuk mendampingi pasangan atlet tersebut hingga pertandingan dimulai.

BACA JUGA: Inilah 11 Pebulu Tangkis Indonesia yang Tembus Olimpiade Tokyo

"Agar kondisi mental mereka tetap bagus dan terjaga, juga agar mereka selalu bisa mengikis ketegangan," tutur Didi. 

Peraih medali perunggu Olimpiade Athena 2004 membagikan ceritanya yang merasa tegang saat menjalani Olimpiade Tokyo 2020.

Menurutnya, ketegangan bukan saja dirasakan saat berada di lapangan tapi juga sebelum tidur. Didi berharap Greysia dan Apriyani tidak mengalami ketegangan seperti itu.

"Itu yang saya tidak mau terjadi pada mereka, terutama Apri yang baru kali ini turun di Olimpiade," ucap Didi.

Turnamen terakhir yang diikuti Greysia dan Apriyani ialah Yonex Thailand Open Toyota Thailand Open pada Januari lalu.

Saat ini, mereka berada di peringkat keenam dunia.

Sebelumnya, pasangan itu batal bertanding di All England karena dipaksa pulang, sementara Malaysia Open dan Singapore Open juga batal akibat kondisi Covid 19.

"Pasti ada pengaruhnya pembatalan turnamen-turnamen itu, terutama untuk kondisi mentalnya," ujar pelatih berusia 44 tahun itu.

Dia mengaku batalnya beberapa kompetisi itu membuatnya sulit memprediksi kekuatan lawan. Meski begitu, dia memperkirakan persaingan yang sengit akan datang dari Jepang, China, dan Korea.

"Persiapan untuk Greys/Apri dari dua minggu lalu saya masih fokus ke peningkatan strength dan endurance. Fokus stabilisasi daya tahan, konsistensinya untuk bermain dengan durasi yang lebih lama," kata Didi.

"Dua minggu ke depan baru nanti akan ada perubahan ke pola pergerakan dan spsesifik akurasi. Kira-kira tiga minggu sebelum hari-H baru fokus ke strategi dan kompetisi," katanya. (mcr9/jpnn)


Redaktur & Reporter : Dea Hardianingsih

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler