Jelang Pilkada, Guru Honorer jadi Primadona

Senin, 07 Desember 2020 – 04:30 WIB
Ribuan Guru Honorer Demo Istana. Ilustrasi. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Heru Purnomo mengungkapkan, saat ini guru honorer menjadi primadona bagi para calon kepala daerah.

Masing-masing pasangan calon dan tim suksesnya berusaha meraih simpati guru honorer untuk mendapatkan suara.

BACA JUGA: Ini Kabar Gembira untuk Guru Honorer Madrasah dan Pendidikan Agama Islam

Yang disesalkan Heru, guru-guru honorer ini hanya dijadikan alat politik. Ketika kursi kekuasaan sudah di tangan, guru honorer dilupakan dan diabaikan hak-haknya mendapatkan kesejahteraan hidup yang layak.

Peran guru honorer dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia menurut Heru, sangat strategis. Sebab, banyak wilayah di Indonesia masih mengalami kekurangan guru.

BACA JUGA: Soal Rencana Pernikahan Ayu Ting Ting dan Aditya Jayusman, Pihak WO Bilang Begini

Namun, pemerintah tidak punya cukup anggaran untuk menggaji mereka dengan layak atau mengangkatnya jadi guru PNS.

Di sejumlah daerah, rasio guru-murid masih di bawah standar yang ditetapkan pemerintah sendiri. 

BACA JUGA: Pilkada 2020 jadi Momentum Emas Masyarakat, URINDO Ajak Warga Jangan Golput

"Ini yang membuat mereka mempekerjakan guru-guru itu dengan sistem kontrak berjangka dan hal ini sudah berlangsung bertahun-tahun," kata Heru, Minggu (6/12). 

Sistem itu sebenarnya sudah ditentang para buruh dalam dunia industri.

Ironisnya, sistem ini justru dijalankan pemerintah, di mana dunia pendidikan memakai sistem perburuhan. Akibatnya ketika ada sengketa antara guru dengan pihak  pemberi kerja, seperti pihak yayasan, penyelesaiannya tidak menggunakan UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Namun menggunakan UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Dia melanjutkan, padahal penyelesaian masalah guru honorer sejatinya bukan soal mengangkat atau tidak mengangkat mereka jadi pegawai.

"Pemerintah daerah dan pusat secara umumnya tidak memiliki konsep yang jelas dalam menyelesaikan masalah guru honorer," kritik Heru.(esy/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler