jpnn.com, JAKARTA - Jelang ramadan, stok sembako di sejumlah daerah melimpah. Harganya pun relatif stabil tidak ada kenaikan luar biasa seperti tahun-tahun sebelumnya.
Bahkan untuk komoditas beras, harganya cenderung turun.
BACA JUGA: Mengatasi Dampak Covid-19, Kemensos Siap Salurkan Bansos Sembako di Jabodetabek
Contohnya di Manado, beras membramo ukuran 5 kilogram harganya turun dari Rp 53 ribu menjadi Rp 50 ribu.
Demikian juga tepung terigu turun dari Rp 9.500 menjadi Rp 9000 per kilogram.
BACA JUGA: Go-Jek Bagikan Sembako untuk Mitra Driver
Untuk minyak goreng kemasan 2 liter, sedikit mengalami kenaikan dari Rp 24 ribu menjadi Rp 24.500.
Sedangkan gula pasir, dari Rp 12.900 naik menjadi Rp 18.500 per kilogram.
BACA JUGA: Ketua Komplotan Maling Sembako Ditembak Mati
Demikian juga di Tasikmalaya. Sembako relatif stabil dan stok aman. Yang naik hanya gula pasir Rp 18 ribu perkilogram.
Di Tangerang Selatan juga relatif stabil. Seperti pantauan di Aneka Buana Cirendeu, harga gula pasir masih Rp 13.900 per kilogram.
Sedangkan beras tidak ada kenaikan. Contohnya beras Setra Ramos 10 kilogram Rp 120 ribu.
Meski harga sembako stabil dan pasokan aman, tetapi pembeli kurang.
Hal ini diungkapkan salah satu petugas Aneka Buana.
"Ya lebih sepi dibandingkan bulan lalu. Mungkin karena banyak yang kesulitan ekonomi," ujar petugas yang menolak dipublikasikan namanya kepada JPNN, Sabtu (18/4).
Sama halnya di Manado. Menurut Rukia Dukalang, ketua Kerukunan Wanita Islam (KWI) Masjid Annur Teling Atas Manado, pasokan sembako melimpah.
Indikatornya terlihat saat dirinya akan membeli sembako untuk bantuan bagi 150 anggotanya.
"Saya beli 2 karung gula ukuran 62 kilogram, 150 beras kemasan 5 kg, 2 karung terigu, 150 minyak goreng kemasan 2 liter tetap dikasih. Karyawannya bilang stok banyak, mau beli lebih 3 karung ada barangnya," ungkap Rukia.
Dia membandingkan dengan tahun lalu, sepekan jelang ramadan, harga sembako naik tajam. Itu pun pasokannnya terbatas.
"Alhamdulillah, ini enggak ada batasan pembelian. Cuma yang beli sepi. Mungkin banyak yang takut keluar rumah. Bisa juga banyak yang kesulitan dana karena kan sudah sebulan di rumah. Kasihan juga para pedagang dilarang jualan makanya tidak ada pendapatan lagi," tandasnya. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad