BACA JUGA: Menelusuri Aset Jaksa Cirus Sinaga
Selain Jembatan Suramadu yang kini berdiri kukuh, ada pesan moral yang dia buat secara gigih ketika terbaring di intensive care unit (ICU) Rumah Sakit Darmo, Surabaya, selama tujuh bulan.SURYO EKO P.-TITIK ANDRIYANI
BEBERAPA lembar kertas HVS ukuran folio tertumpuk di meja
BACA JUGA: Tugas Paramedis di UGD Buruh Migran
Membacanya harus diraba-raba dengan pelanBACA JUGA: Kenangan Manis saat Masih Rukun dengan SBY
Ya, itulah salah satu warisan Pak Noer, panggilan HMNoerTulisan mirip steno yang ditorehkan dengan spidol hitam itu berisi pesan-pesan moral pembuatnya saat berjuang melawan penuaan
Masyhudi, salah seorang ajudan Pak Noer, mengungkapkan, selama di rumah sakit, Pak Noer memang minta disediakan kertas putih dan spidol di dekat pembaringanDengan sisa-sisa tenaga yang dimiliki, sesepuh Madura kelahiran 13 Januari 1918 itu berusaha menuliskan sesuatu di atas kertas tersebut
"Sejak mengalami gangguan berbicara, beliau aktif menulis pesan di kertas ini," tutur Masyhudi di rumah duka kemarin (16/4).
Masyhudi menunjukkan lima lembar pesan yang ditulis Pak Noer pada 24 November 2009 pukul 09.00Tulisan itu, kata Masyhudi, merupakan beberapa wasiat yang ditulis suami Mas Ayoe Siti Rachma tersebutDi antaranya, berbunyi, "Kalau aku meninggal, ampunilah dosa2 (dosa-dosa, Red) ku, ya Allah." Kemudian, di bawahnya tertulis, "Salatkan aku di masjid Sampang, tempat keluarga berkumpul."
Terbaca pula tulisan tangan Pak Noer, "Kalau aku meninggal, makamkan di keluarga Sampang." Menurut Masyhudi, pesan itu menunjukkan bahwa almarhum ingin dekat keluarga di Sampang"Masih banyak pesan yang ditulis Pak Noer yang mengingatkan agar kita jangan melupakan salat."
"Kalau dikumpulkan, tulisan-tulisan Pak Noer ini bisa sampai lima rim (500 lembar, Red)," ujar ajudan yang telah mendampingi mantan anggota Dewan Pertimbangan Agung sekitar 19 tahun itu.
Lantaran Masyhudi sangat lama mendampingi tokoh karismatik itu, dia sampai hafal dan paham apa yang diinginkan Pak NoerTak terkecuali tulisan "akar rumput"-nya di lembar-lembar kertas tadiPadahal, tulisan itu tak berstrukturNamun, pria 39 tahun tersebut mampu menerjemahkan rangkaian-rangkaiannya
"Alhamdulillah, saya mampu menerjemahkan apa yang diinginkan beliau dalam tulisan-tulisan tersebutSaya tidak tahu, apakah orang lain juga bisa melakukannya," ujar pria asal Pare, Kediri, itu.
Masyhudi belum tahu hendak diapakan tulisan berharga peninggalan Pak Noer tersebutDia hanya ingin agar wasiat-wasiat penting tokoh yang disegani masyarakat Jawa Timur itu bisa diabadikanEntah dimuseumkan atau disimpan dalam arsip keluarga.
"Semua bergantung pada pihak keluargaKalau saya melihat, tulisan-tulisan beliau ini sangat berharga, khususnya bagi keluarga," jelas bapak dua anak itu.
Menurut Masyhudi, Pak Noer adalah sosok yang tak mengenal kata menyerahMeski kemampuan fisiknya mulai menurun, dia tak lantas pasrah begitu sajaPenggagas pembangunan Jembatan Suramadu itu tetap berusaha selalu mengikuti perkembangan "di luar" dengan membaca berita di koran atau melihat tayangan di televisiKalau toh kesulitan dalam pembacaan, para asistennya akan membantuPak Noer memiliki empat asistenSelain Masyhudi, juga ada Muid Lazuardi, Frizwan SFaizal Razak, dan NanangMereka siap membacakan berita di koran setiap kali Pak Noer memintanya.
"Meski suka baca berita politik, Pak Noer paling tidak suka berita politisi yang menyerang politisiBahkan, empat hari sebelum meninggal saya lihat beliau membaca berita soal makelar kasus Gayus Tambunan," ujar Masyhudi
Berkat kedekatannya dengan mantan orang nomor satu di Jatim itu, Masyhudi mampu menyelesaikan kuliah S1 di Universitas Muhammadiyah SurabayaPadahal, dia sempat dropout saat kuliah di program D3 Universitas AirlanggaTapi, Pak Noer memintanya untuk kuliah lagi hingga selesai S1.
"Kuliah saya dibiayai beliauSaya malah sempat ditawari untuk meneruskan kuliah S2," kenangnya
Masyhudi menambahkan, pelajaran yang bisa dipetik dari Pak Noer adalah perhatiannya yang tinggi terhadap kepentingan masyarakatMisalnya, kendati harus duduk di kursi roda, dia hampir tidak pernah menolak undangan
"Tidak peduli siapa yang mengundang, beliau pasti datang dan tepat waktu," puji MasyhudiKesan yang sama juga diungkapkan Direktur RS Darmo Imam dr Soewono SpPDImam menuturkan, Pak Noer dirawat di RS Darmo sejak 21 September 2009"Saya ingat betul, beliau dibawa ke sini (RS Darmo) saat Lebaran," ujarnya
Tiga hari setelah masuk ke rumah sakit, Pak Noer kemudian dipindah ke ICU hingga meninggal kemarinTotal tujuh bulan Pak Noer dirawat di rumah sakit tersebutKetika itu, kata Imam, kondisi Pak Noer memburuk.
Imam tidak bersedia menyebut penyakit bapak delapan anak, 21 cucu, dan enam cicit tersebut"Karena saya nggak berhak memberi tahuAda etika yang harus saya hormati," terangnya
Yang pasti, penyakit Pak Noer berhubungan dengan usianya yang sudah lanjutSistem pernapasannya mulai tergangguKarena itu, begitu masuk ICU, dia harus mendapat bantuan alat pernapasan (respirator)Hal itu disebabkan kekuatan otot pernapasannya yang berkurangUntuk mengurangi timbunan lendir di tengorokannya, Pak Noer juga harus mengenakan alat tracheotomy
Kendati penyakit degeneratif menjadi faktor penyebab Pak Noer tutup usia, Imam mengatakan, "gubernur Jatim sepanjang masa itu" memiliki jantung yang cukup kuat"Untuk ukuran seusia beliau, jantungnya cukup kuat," jelasnya
Yang pasti, kata Imam, tim dokter RS Darmo telah berupaya semaksimal mungkin merawatnyaPak Noer mendapat penanganan yang baik oleh tim dokter yang dipimpin Prof Abdus SyukurTim itu beranggotakan dokter ahli penyakit dalam, THT, paru, hingga fisioterapi.
Menurut Imam, Pak Noer memiliki daya juang yang tinggiJuga memiliki daya ingat yang kuatDia selalu ingat jadwalnya mengonsumsi obatSehari-hari juga berkomunikasi dengan menulis di secarik kertasKetika ada tamu yang berkunjung, hal pertama kali yang dia tulis adalah meminta kursi untuk tamunya"Beliau sangat menghargai setiap tamu yang datang," ujarnya
Sehari-hari Pak Noer juga banyak menghabiskan waktunya dengan tidurKendati demikian, dia tidak pernah lupa salat lima waktuMas Ayoe Siti Rachma, istrinya, juga selalu setia mendampingi"Tiap hari Bu Noer tidur di rumah sakit, tidak pernah meninggalkan suaminya," jelas Imam.
Daya juang yang tinggi juga diakui Dr David Sontani Perdanakusuma, rekan kerja anak ketiga Pak Noer, Prof dr MSjaifuddin Noer SpBPDavid termasuk yang rajin menjenguk Pak Noer
Menurut calon rektor Unair itu, daya tahan tubuh Pak Noer cukup kuat"Semangatnya luar biasaTiap ada tamu pasti diladeninya," ucap David ketika melawat di rumah duka
Sebagai seorang dokter, David paham kondisi kesehatan Pak Noer bisa semakin memburuk seiring bertambahnya usiaNamun, David melihat keinginan Pak Noer untuk bertahan hidup amat tinggi"Saya salut kepada beliau," tandasnya(*/ari)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Koleksi Bangkai Mobil Perang untuk Kemanusiaan
Redaktur : Auri Jaya