Jemaah Islamiyah (JI), kelompok teroris yang dituduh di balik bom Bali tahun 2002, membubarkan diri setelah pimpinannya mengambil keputusan untuk beralih ke "entitas baru yang berfokus pada pendidikan."
Enam belas anggota senior JI telah mengeluarkan pernyataan pada tanggal 30 Juni yang mengumumkan pembubaran diri mereka, sebagaimana dirujuk dalam laporan Institut Analisis Kebijakan Konflik Indonesia (IPAC) yang diterbitkan pada hari Kamis (04/07) kemarin.
BACA JUGA: Kalah Bikin Penasaran, Menang Tetap Merasa Kurang
"Mereka menegaskan komitmen mereka terhadap Republik Indonesia, niat mereka untuk mematuhi hukum Indonesia dan keputusan mereka untuk memastikan bahwa kurikulum dan materi pengajaran di sekolah berasrama (pesantren) yang berafiliasi dengan JI sejalan dengan Islam," bunyi laporan tersebut.
Laporan tersebut memuat pernyataan lengkap JI, diikuti tanda tangan, nama, dan sejarah kriminal singkat 16 pemimpinnya.
BACA JUGA: Dunia Hari Ini: Mantan Ketua KPU Hasyim Asyari Terbukti Melakukan Tindakan Asusila
Pernyataan tanggal 30 Juni, yang direkam dalam video dan dibacakan oleh Abu Rusdan, adalah sebagai berikut:
1. Menyatakan pembubaran Al-Jamaah Al-Islamiyah dan kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
BACA JUGA: Indonesia Alami Salah Satu Serangan Siber Terbesar, Apa Artinya?
2. Menjamin kurikulum dan materi ajar terbebas dari sifat, sikap tatharuf dan merujuk kepada paham ahlussunnah wal jamaah.
3. Membentuk tim pengkajian kurikulum dan materi ajar.
4. Siap untuk terlibat aktif mengisi kemerdekaan sehingga bangsa Indonesia menjadi bangsa yang makmur dan bermartabat.
5. Siap mengikuti peraturan hukum yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia serta berkomitmen dan konsisten untuk menjalankan hal-hal yang merupakan konsekuensi logisnya.
6. Hal-hal yang berkaitan dengan kesepakatan di atas akan dibicarakan dengan negara, cq: Densus 88 Antiteror Mabes Polri.
Bogor, 24 Dzulhijjah 1445 Hijriah, bertepatan dengan 30 Juni 2024.
Dikatakan bahwa organisasi tersebut terinspirasi oleh ideologi organisasi jihad ekstremis Sunni Al-Qaeda, yang berakar pada gerakan Darul Islam di Indonesia yang memimpin pemberontakan negara Islam pada pertengahan tahun 1900-an.
JI telah ditetapkan sebagai organisasi teroris dalam daftar Keamanan Nasional Australia sejak 27 Oktober 2002, dua minggu setelah pengeboman klub malam di Bali, dan kemudian didaftarkan ulang sebanyak tujuh kali.
Kelompok ini dituduh mendalangi beberapa serangan paling mematikan di Indonesia, namun yang paling terkenal adalah tiga pengeboman pada malam tanggal 12 Oktober 2002.
Serangan tersebut menewaskan 209 orang, termasuk 88 warga Australia, dan melukai sekitar 250 orang.
Dua bom meledak di tempat hiburan malam di Pantai Kuta yang ramai dikunjungi turis di Bali saat orang-orang, dan bom ketiga dijatuhkan di dekat konsulat Amerika Serikat di Denpasar.
Menurut laporan Polisi Federal, insiden tersebut menjadi momentum "kehilangan nyawa terbesar di Australia sejak Perang Dunia II" dan satu-satunya kehilangan nyawa Australia terbesar dalam aksi teror.
Secara keseluruhan, orang-orang dari 22 negara tewas dalam pengeboman tersebut.Masa depan sisa anggotanya masih belum jelas
Awal tahun ini, dua pria Malaysia dijatuhi hukuman kurungan karena ikut terlibat dalam pengeboman tersebut.
Ini dilakukan setelah mereka berada dalam tahanan AS di kamp penahanan Teluk Guantanamo yang terkenal kejam – yang dulunya digunakan untuk menahan tersangka terorisme terkemuka – selama 18 tahun.
Tiga pelaku bom Bali, Imam Samudra dan saudara laki-lakinya, Amrozi dan Mukhlas, dieksekusi oleh regu tembak di Indonesia pada tahun 2008, lima tahun setelah mereka dijatuhi hukuman.
Motivasi JI untuk membubarkan organisasi tersebut saat ini belum sepenuhnya dipahami, namun laporan IPAC mengatakan kecenderungan kelompok tersebut untuk melakukan kekerasan ekstremis telah lama beralih ke tujuan "intelektual."
"Meskipun diperlukan tindakan keras pemerintah dari tahun 2019 hingga 2023 dan penangkapan ratusan anggota JI untuk memaksa para pemimpin ini menghadapi kenyataan pahit: eliminasi atau kerja sama."
Laporan JI menambahkan kemunculan kelompok sempalan "memang mungkin tidak akan terjadi dalam waktu dekat."
"JI mempunyai sejarah perpecahan… namun ini pertama kalinya sekelompok pemimpin senior secara terbuka mengumumkan perubahan strategis," tambah laporan itu.
"Jika ada oposisi, mungkin perlu waktu untuk mengkristal dan menemukan pemimpin yang bisa membuat organisasi alternatif bisa berjalan."
Tidak jelas tindakan apa yang akan diambil oleh anggota jaringan lainnya.
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menolak mengomentari perkembangan tersebut, namun mengatakan pihaknya berencana untuk segera mengadakan konferensi pers.
Artikel ini diproduksi oleh Hellena Souisa dari laporan ABC News.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dunia Hari Ini: Tiongkok Berduka Atas Kematian Pemain Badminton Zhang Zhijie