SURABAYA - Proses identifikasi jenazah penumpang Air Asia QZ 8501 terus membuahkan hasil. Tim DVI Polda Jatim berhasil mengungkap lagi tiga identitas jasad penumpang pesawat bertipe airbus A 320-200 yang dinyatakan hilang pada Minggu (28/12) itu.
"Setelah bekerja pagi, siang, malam alhamdulillah ada tiga nama lagi dari hasil rapat rekonsiliasi. Semuanya warga Indonesia," ujar Kapolda Jatim Irjen Pol Anas Yusuf kemarin (2/1).
Menurut dia, jasad pertama dengan label B002 dipastikan atas nama Grayson Herbert Linaksita. Dia adalah warga Surabaya berusia 11 tahun.
Lalu, identitas jenazah bernomor B004 atas nama Khairunisa Haidar Fauzi. Salah seorang pramugari Air Asia berusia 22 tahun. Selanjutnya, jenazah dengan label peti B006 atas nama Kevin Alexander Soetjipto. Yakni seorang pemuda umur 20 tahun asal Malang.
Dengan keberhasilan pengungkapan tiga nama jenazah itu, saat ini total ada empat jenazah yang teridentifikasi pada hari ketiga. Sebelumnya, jasad Hayati Lutfiah Hamid juga sudah diumumkan sebagai korban pertama yang berhasil diidentikasi. Perempuan warga Sawotratap, Gedangan, Sidoarjo itu telah dimakamkan pada Kamis (1/1).
Sementara itu, Kabiddokkes Polda Jatim Kombespol Budiyono menambahkan, pihaknya sempat menemui kesulitan saat mengidentifikasi Grayson. Padahal, jenazah Grayson tiba bersamaan dengan Hayati. Namun, Hayati lebih dulu teridentifikasi. Sebab, Tim DVI kekurangan data pendukung. Tim harus melakukan metode identifikasi berlapis.
Mulai dari metode primer dengan pemeriksaan detail struktur gigi hingga sidik jari. Kemudian metode pencocokan data medis seperti usia, jenis kelamin, dan tinggi badan. "Akhirnya kami putuskan. Tidak terbantahkan lagi itu Grayson," kata Budiyono.
Pada jenazah Khairunisa, pemeriksaan gigi dan sidik jari tidak ada masalah. Dia juga memiliki ciri fisik khusus berupa tahi lalat di pundak kiri. Selain itu, ada barang miliknya yang menempel di badan saat ditemukan. Yakni seragam pramugari Air Asia. Bahkan, termasuk pin dan papan nama masih ada di badan jenazah. "Ada perhiasan yang dipakai. Itu juga dikenali keluarga," ujar Budiyono
Identifikasi paling mudah diakui Budiyono pada jenazah Kevin. Laki laki asal Malang itu data sidik jarinya ada di Mabes polri. Karena itu, nama dan foto sudah ada di data kepolisian. Tim DVI pun langsung memastikan jenazah itu adalah Kevin.
Budiyono memastikan, hasil kerja Tim DVI tidak perlu diragukan. Sebab, mereka telah melaksanakan tugasnya dengan maksimal. Tugas itu antara lain melaksanakan patologi forensik, odontologi, DNA forensik, antropologi, dan forensik klinik. Proses tersebut sudah berdasar standar interpol. Termasuk telah sesuai dengan UU No. 36 Tahun 2009 Pasal 82 Tentang Pelayanan Kesehatan Pada Bencana. Tim dokter yang beranggotakan 30 orang juga sudah ahli pada bidangnya. Mereka berasal dari RSUD dr Soetomo, Unair, UGM, UB, dan UI.
Menurut Budiyono, total sudah delapan jenazah yang diidentifikasi di RS Bhayangkara. Perinciannya, pada Rabu (31/12) ada dua jasad yang dibawa dari Pangkalan Bun menuju Surabaya. Sedangkan pada Kamis (1/1), ada enam orang yang telah dibawa ke Kota Pahlawan untuk identifikasi. Dari jumlah itu, masih ada empat yang belum terungkap. Lalu empat lainnya sudah teridentifikasi dan diserahterimakan pada keluarga Jumat (2/1).
Menurut dia, identifikasi pada jenazah yang tenggelam di air memang bukan perkara mudah. Budiyono mengatakan, belum teridentifikasinya jenazah salah satunya lantaran belum lengkapnya data ante mortem dan post mortem. Karena itu Tim DVI meminta keluarga melengkapi data fisik. Misalnya ciri khusus korban. "Tim ante mortem masih mencari data yang bisa dijadikan dasar investigasi," ucap Budiyono.
Hingga kemarin, Tim DVI masih terus berupaya mengungkap empat jenazah yang belum teridentifikasi. Termasuk telah bersiap untuk mengidentifikasi sepuluh jenazah baru yang datang kemarin malam. (riq/nir)
BACA JUGA: DPR Awasi Pemenuhan Hak Keluarga Korban AirAsia QZ8501
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mabes Polri Perintahkan Tim DVI Percepat Idenfitikasi Korban AirAsia
Redaktur : Tim Redaksi