Jenazah Mako Tabuni Dibawa ke Sentani

Korban Amuk Massa KNPB, Edy Karapa Belum Meninggal

Sabtu, 16 Juni 2012 – 07:42 WIB

JAYAPURA-Setelah menjalani visum dan otopsi di Rumah Sakit Bhayangkara, Kota Jayapura, jenazah Ketua I Komite Nasional Papua Barat (KNPB) yang tewas ditembak aparat saat dilakukan  penangkapan di Perumnas III Waena, Kamis (14/6) pagi lalu akhirnya dibawa ke rumah duka di Pos 7 Sentani, Kabupaten Jayapura,  Jumat (15/6) sekitar pukul 10.00 WIT dengan pengawalan ketat aparat keamanan.

Pantauan Cenderawasih Pos (Grup JPNN) di Kamar Mayat RS Bhayangkara, sebelum jenazah dibawa ke Pos 7, sejumlah keluarga dan kerabat Mako Tabuni yang datang ke RS Bhayangkara dan sempat diberi kesempatan untuk melihat jenazah Mako Tabuni sebelum dimasukkan ke peti jenazah yang sudah disiapkan petugas.

Setelah jenazah Mako Tabuni dimasukkan ke dalam peti jenazah, kerabat almarhum menyematkan topi kebesaran adat ke kepala Mako Tabuni, yang turut disaksikan Kapolda Papua Irjen Pol. Drs. BL. Tobing.

Setelah penyematan topi kebesaran adat, seluruh keluarga dan kerabat yang hadir langsung mendoakannya. Isak tangis pun mewarnai prosesi ini. Setelah jenazah Mako Tabuni didoakan, peti langsung ditutup dan selanjutnya dimasukkan ke dalam mobil jenazah RSUD Abepura yang akan membawanya ke rumah duka.

Sebelum jenazah Mako Tabuni dimasukkan ke mobil jenazah, lebih dulu dilakukan penyerahan secara resmi oleh Kapolda Papua kepada pihak keluarga. Di depan para keluarganya, Kapolda meminta pihak keluarga bisa menerima kondisi ini, dan berharap semua proses pemakaman bisa berjalan aman dan lancar,  dan pihaknya siap membantu mengamankan proses pemakamannya.

Sementara itu, Michael Pahabol, mewakili keluarga Mako Tabuni, meski Mako Tabuni telah meninggal, namun pihaknya belum bisa menerima proses kematiannya, karena tidak seharusnya mekanisme penangkapan Mako Tabuni harus ditembak hingga mati.

Jika memang hanya untuk menangkapnya, kata Michael, mengapa  proses penangkapannya tidak dengan cara melumpuhkan saja, sehingga dengan kejadian ini, polisi telah mengambil nyawa Mako Tabuni dengan tidak hormat, sehingga wajar jika keluarga belum bisa menerima kematiannya.

Setelah itu, jenazah Mako Tabuni dibawa menuju Sentani dengan diiringi para keluarga dan kerabatnya. Saat mobil jenazah melewati jalan raya Abepura hingga Waena, terlihat situasi jalan agak lengang. Kendaraan angkutan umum tidak beroperasi,   karena hampir semua pedagang memilih menutup tokonya, termasuk perkantoran dan perbankkan juga menutup sementara aktivitasnya.

Beberapa saat kemudian setelah mobil pembawa jenazah Mako Tabuni menuju Sentani, secara berangsur-angsur pertokoan dan perkantoran yang tadinya ditutup, mulai dibuka kembali, termasuk kendaraan angkutan umum juga kembali beroperasi.

Di tempat terpisah, Kabid Humas Polda Papua AKBP Johannes Nugroho Wicaksono kepada Cenderawasih Pos mengatakan saat jenazah Mako Tabuni yang tertembak di bagian paha dan perut tersebut dibawa ke rumah duka di Pos 7 Sentani, pihak keamanan baik satuan lalu lintas maupun Dalmas melakukan pengawalan sampai ke rumah duka di Pos 7 Sentani.

Saat disinggung apakah penembakan yang dilakukan oleh anggotanya sudah sesuai prosedur" Kabid Humas menegaskan, penembakan itu sudah prosedur, sebab pada saat penangkapannya, jelas ada aksi perlawanan yang mengancam nyawa anggota.

Sementara terkait senjata yang didapat dari tangan Mako Tabuni, pihaknya sudah mengirimkannya ke Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Mabes Polri guna dilakukan persamaan dengan barang bukti yang sudah dikumpulkan oleh Puslabfor pada aksi-aksi penembakan sebelumnya.

"Diperkirakan dalam minggu ini akan mendapat hasil, apakah jenis senjata sama dengan senjata yang dilakukan oleh para aksi teror yang terjadi belakangan ini," ujarnya.

Kabid Humas menjelaskan, alasan aparat untuk menangkap Mako Tabuni ialah karena yang bersangkutan terkait kasus pengeroyokan dan pengrusakan yang terjadi beberapa waktu lalu. "Ia juga diduga kuat terlibat dalam peristiwa teror penembakan. Namun itu semua juga masih menunggu keterangan saksi ahli," paparnya.

Pihaknya optimis, tim khusus yang dibentuk Polda Papua akan mampu menangkap dan membongkar semua dalang aksi teror yang terjadi akhir-akhir ini. "Tim masih akan terus bekerja menangkap para pelaku yang diduga melakukan aksi penembakan yang identitasnya juga sudah kami ketahui," tegasnya.

Sementara dari rentetan kasus penembakan ini, pihak Kepolisian masih memeriksa 8 orang yang tiga di antaranya diduga sebagai pelaku yang terlibat dalam penembakan warga Jerman, dan ketiganya sudah diamankan oleh pihak Kepolisian.

Disinggung soal kasus pengrusakan dan pembakaran yang terjadi di Perumnas III Waena pascapenembakan Mako Tabuni, Johannes menyatakan, hingga saat ini belum ada pelaku yang berhasil ditangkap oleh aparat.

"Kita belum mengamankan pelaku pengrusakan maupun pelaku penganiayaan 4 warga sipil di Perumnas III itu. Kami masih melakukan olah TKP guna mencari petunjuk yang mengarah kepada para pelaku. Selain itu, kami juga sudah memeriksa sejumlah saksi," katanya.

Kabid Humas mengatakan, aparat Kepolisian juga masih melakukan pengamanan di lokasi pembakaran dan pengrusakan di Perumnas III Waena agar tidak terulang kasus yang sama.  "Kami perkirakan para pelaku kabur ke arah hutan," ujarnya.

Johannes juga menghimbau, kepada setiap warga untuk tetap melakukan aktivitas seperti biasa, baik itu aktivitas bekerja, bersekolah ataupun aktivitas lainnya. Sebab aparat Kepolisian akan menjamin keamanan bagi warganya.

Sementara terkait empat 4 korban penganiayaan oleh massa KNPB saat melakukan aksi pembakaran dan pengrusakan di Perumnas III Waena, yaitu Edy Karapa (39) Dosen Uncen, Indra Irianto (18), Zafar Marzuki dan  Abdul Azis, semuanya saat ini masih dirawat intensif di rumah sakit. "Keadaan mereka ada yang kritis dan ada juga yang mengalami luka bacok, dan mereka semua masih dalam perawatan medis di rumah sakit," katanya.

Sementara itu, terkait pemberitaan sebelumnya yang menyatakan bahwa salah satu warga yang menjadi korban amuk massa KNPB, Edy Karapa telah meninggal, ternyata itu diklarifikasi oleh pihak rumah sakit maupun pihak keluarga korban, sebab pada kenyataannya, Edy Karapa yang merupakan Dosen Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura ini belum meninggal, namun masih dirawat intensif di Rumah Sakit Dian Harapan, Waena.

Kepala Sekretariat dan Humas Rumah Sakit Dian Harapan Waena, Eduard Dumatubun,SH kepada Cenderawasih Pos menegaskan, korban amuk massa KNPB, bernama Edy Karapa saat dibawa masuk ke rumah sakit ini memang sangat kritis, namun berkat kerja keras tim medis, Edy Karapa masih tertolong dan kini dalam perawatan intensif.

Ketika Cenderawasih Pos mencoba melihat kondisi korban, pihak keluarga sempat marah karena korban masih hidup namun diberitakan telah meninggal, sehingga pihak keluarga meminta agar berita tersebut diluruskan.

Pihak keluarga juga melarang Cenderawasih Pos untuk mengambil gambarnya karena pihak keluarga sendiri masih trauma dengan dengan peristiwa kekerasan yang menimpa korban. (mud/ro/ren/fud)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Cairkan Gaji ke-13, Pemkot Palembang Rogoh Rp58,7 Miliar


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler