jpnn.com - JAKARTA - Kapolri Jenderal Badrodin Haiti segera memasuki masa pensiun akhir Juli 2016. Bahkan, kini penggantinya sudah diproses. Yakni Kepala BNPT Komjen Tito Karnavian.
Haiti menjabat sebagai Kapolri sejak 17 April 2015. Alumnus Akademi Kepolisian 1982 itu mengaku banyak suka duka selama menjabat sebagai orang nomor satu di Korps Bhayangkara.
BACA JUGA: Wah..PPP Siap Bantu Daerah Melawan Pemerintah Pusat
Lantas ke mana mantan Kapolda Banten, Jawa Timur, Sumatera Utara dan Sulawesi Tengah itu akan berkarier setelah pensiun?
Tidak banyak hal yang ingin dilakukan Haiti. Jenderal bintang empat kelahiran Paleran, Umbulsari, Jember, Jatim, 24 Juli 1958 ini ingin santai-santai saja.
BACA JUGA: Mbak Puan pun Masih Terpesona Foto Bung Karno
"Saya mau umrah, haji, momong cucu. Santai-santai menikmati dan menata pola hidup yang sehat," kata Haiti usai buka puasa bersama di Mabes Polri, Senin (20/6). "Makan teratur, tidur teratur dan olahraga teratur," timpalnya.
Ia menegaskan, tidak ada rencana untuk masuk menjadi anggota partai politik. Namun bukan berarti ia tidak ingin berorganisasi. "Saya mau kerja sosial yang tidak terikat," tegasnya.
BACA JUGA: Dari Jakarta ke Brebes Hanya Tiga Kali Bayar Tol
Sejak menjadi anggota Polri hingga pensiun dengan jabatan prestisius sebagai Kapolri, banyak suka duka yang dialaminya. Namun, kata Haiti, setiap permasalahan tentu harus diselesaikan satu persatu. "Ada kegaduhan, konflik internal bagaimana harus kita selesaikan," jelasnya.
Dia mengatakan, kalau fokus dalam bekerja dan menjalankan tugas tentu setiap permasalahan yang dihadapi ada jalan keluarnya. "Solusi yang bisa kita selesaikan sama-sama menerima," ujar Haiti.
Selama ini, kata dia, tidak ada permasalahan antarlembaga. Kalau ada, kata dia, sudah diselesaikan dengan baik. "Apa masih ada? Tidak ada. Antara penegak hukum baik, TNI juga baik," katanya.
Haiti juga sudah memerintahkan perwira tinggi Polri mendukung Tito yang diusulkan Presiden Joko Widodo sebagai Kapolri.
Dia menegaskan, pencalonan Tito tidak merusak budaya pengkaderan di Polri. "Tidak, tidak ada seperti itu," katanya.
Meskipun Tito terbilang muda yakni jebolan Akpol 1987, itu tidak mengganggu soliditas internal Polri. Sebab, kata Haiti, dalam Undang-undang nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian calon Kapolri ialah pati aktif, memperhatikan jenjang karier dan kepangkatan.
Menurut dia, Tito sudah menjalani karier yang cukup. Mulai dari operasional, pembinaan, pendidikan, fungsi-fungsi di Polri. "Kemampuan teknis profesi itu dikuasai," ungkapnya.
Tito juga menguasai kemampuan manajerial. Jenjang kepangkatan juga sudah memenuhi syarat. "Komjen atau bintang tiga itu sudah memenuhi syarat. Tidak ada di situ (UU) disebutkan syarat senioritas," paparnya.
Dia sudah memerintahkan pati Polri untuk mendukung apa keputusan Presiden Jokowi. "Saya pikir tidak ada masalah. Yadi saya sudah mengarahkan bahwa kepentingan institusi harus diutamakan daripada pribadi atau kelompok," tuntasnya.
Menurut dia, masyarakat setiap hari menunggu karya polisi. Oleh karenanya Polri harus tetap mengabdi dan solid. "Kapolri bisa berganti tetapi pelaksanaan tugas tidak boleh tergangu," katanya. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Susi: Tiongkok Geram, Kita juga Bisa Geram!
Redaktur : Tim Redaksi