Jenderal Tito: Polisi Saja Sudah Stres apalagi Politik, Banyak Musuhnya

Senin, 17 Juli 2017 – 13:51 WIB
Jenderal Tito Karnavian. Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mencecar Kapolri Jenderal Tito Karnavian soal keinginannya pensiun dini dari Korps Bhayangkara. Komisi yang membidangi hukum dan keamanan ini heran seorang Kapolri bisa membuat pernyataan seperti itu.

“Beredar bahwa Muhammad Tito Karnavian berencana pensiun dini. Ini membuat kami juga sangat terkaget-kaget,” kata anggota Komisi III DPR Fraksi Partai Golongan Karya (Golkar) Adies Kadir saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Kapolri Tito, Senin (17/7).

BACA JUGA: Tak Percaya Temuan Polisi soal Pembacok Hermansyah? Tunggu Saja di Pengadilan

Adies ingin orang nomor satu di korps berbaju cokelat itu menjelaskan, apakah informasi yang diketahuinya dari media massa ini hoaks atau bukan. “Kami mohon penjelasannya terkait dengan isu ini, apakah benaran atau hoaks isu ini,” ujar Adies.

Tito Karnavian meluruskan informasi itu. Dia mengatakan, mungkin ada salah tangkap maksud dari pernyataannya tersebut. “Sedikit saya ceritakan, mungkin salah tangkap,” katanya.

BACA JUGA: Polri Sebenarnya Tak Inginkan Pemblokiran Telegram, Tapi...

Dia menjelaskan, jelang hari Bhayangkara beberapa media massa mengajukan untuk wawancara kepadanya. Tito mengaku hanya menerima dua media saja. Yakni, Kompas TV dan Tv One.

Tito pun mengaku hanya ingin diwawancara langsung oleh pemimpin redaksinya. “Karena kalau doorstop, cara tangkapnya beda tidak sama. Sehingga wawancara ada dua, satu Budiman Tanuredjo (Kompas), dan Karni Ilyas (Tv One) di hari berikutnya,” ujar Tito.

BACA JUGA: Telegram Jadi Saluran Komunikasi Favorit Teroris

Menurut Tito, Budiman saat itu mengajukan berbagai macam pertanyaan. Mulai dari isu arus mudik, hingga persoalan internal Polri. Pada pertanyaan terakhir, lanjut Tito, Budiman menanyakan ihwal pengangkatannya sebagai Kapolri yang saat itu usianya tergolong masih muda.

“Apakah Pak Tito masih jadi Kapolri terus sampai 2022? Saya ingin menjelaskan isu yang menjadi trigger dari pertanyaan itu,” katanya.

Saat itu, Tito mengaku mengaku langsung menjawab secara jujur bahwa hati kecilnya tidak ingin menjadi Kapolri sampai 2022, dengan alasan tidak sehat untuk organisasi.

Menurut dia, organisasi membutuhkan penyegaran-penyegaran maupun pimpinan baru. “Saya terlalu lama, kreativitas saya bisa menurun. Saya memberi kesempatan yang lain untuk jadi Kapolri. Saya sampaikan menjadi kapolri pekerjaan terstres karena ini Polri terbesar di dunia setelah Tiongkok,” ujarnya.

Selain itu, Tito menegaskan, lama-lama menjabat Kapolri juga tidak bagus untuk kesehatan. Karenanya, dia menyatakan akan pensiun sebelum masuk masanya di 2022.

“Lalu ditanya apakah akan masuk ke politik? (Saya jawab) polisi saja sudah stres apalagi politik, banyak musuhnya,” ungkap Tito.

Jadi, kata dia, keesokan hari setelah wawancara itu maka berhembuslah isu pensiun dini tersebut.

“Bukan saya yang buat isu itu, Pak Budiman bertanya, saya menjawab,” katanya. “Saya secara pribadi ingin memberi contoh, kalau enam tujuh tahun (menjabat) terlalu panjang.”

Tito juga mengaku bingung. Karenanya, dua hari kemudian dia mengundang sekitar 40 pemimpin redaksi untuk memberikan penjelasan lagi. “Ya tapi, kira-kira begitu, tapi masih bergulir,” katanya.

Anggota Komisi III DPR Fraksi Gerindra Wenny Warouw mengingatkan jangan menganggap pertanyaan soal pensiun dini itu sederhana.

Dia curiga, pernyataan Tito itu ingin menyampaikan sebuah pesan misalnya untuk terjun ke dunia politk.

“Bapak jangan menganggap pertanyaan tadi sesederhana itu. Mungkin bapak menyampaikan pesan kepada seseorang?” kata Wenny.

Tito pun menegaskan bahwa tidak ingin terjun ke dunia politik. “Saya tidak tertarik ke politik. Itu jawaban saya sekarang, insyaallah akan tetap seperti itu,” ungkapnya. (boy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Polri Bagi-bagi Hadiah Lewat Bhayangkara Run


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler