Jengkel, Petani Ramai-ramai Buang Tomat ke Tempat Sampah

Sabtu, 16 Juli 2016 – 00:53 WIB
Tomat. Ilustrasi Foto: Metro Siantar/dok.JPNN.com

jpnn.com - SUKAU – Jengkel karena harga tomat terjun bebas, para petani di Lampung Barat terpaksa membuang hasil panenannya ke tempat sampah. 

Tumpukan tomat yang masih segar teronggok di sisi jalan provinsi Pekon Tanjungraya, Kecamatan Sukau.

BACA JUGA: Siap-Siap Pengadilan Agama Dibanjiri Pasangan Cerai

Menurut Sunardi, salah seorang petani di Pekon Hanakau, tomat kini hanya dihargai Rp 800/ per kilogram (kg). Harga ini jeblok dibanding pekan lalu yang Rp 1.000 per kg. Dia menjelaskan, dengan harga Rp 800 per kg saja, petani masih kesulitan mencari agen yang mau membeli. 

’’Kalau murah tapi laku tentunya masih dapat uang juga. Tapi kalau seperti ini, sudah harganya murah, agen-agen pun tak ada yang mau menampung. Jadi terpaksa kami biarkan saja tomat busuk di batangnya,” ujarnya kepada Radar Lambar (Jawa Pos Group) kemarin. 

BACA JUGA: Arus Balik, Volume Kendaraan di Tol Cipali Turun 11 Persen

Karena itu pula, lanjut Sunardi, ada petani yang membuang hasil panen tomat lantaran kecewa. 

“Kondisi buah yang bagus itu sengaja dibuang oleh petani yang kecewa buah tomatnya tidak ada yang membeli setelah dibawa ke pasar,” katanya. 

BACA JUGA: Penerbangan Citilink Dialihkan Sementara Ke Surabaya

Dia menjelaskan, kondisi jebloknya harga tomat bukan sekali ini saja dialami petani. Pada tahun sebelumnya harga juga sempat anjlok. “Tahun lalu sengaja tomat puluhan ton dibuang ke sungai dan drainase,”katanya. 

Salah seorang agen sayur di Pekon Hanakau yang enggan disebutkan namanya mengatakan, ditingkat pedagang pengecer saja tomat hanya ditawarkan Rp2.000- 3.000/kg. Itupun sudah jenis tomat pilihan. 

“Artinya, harga di tingkat petani sudah pasti jauh di bawahnya, paling tinggi Rp800 per kg, tentu dengan harga tersebut, untuk bisa pulang modal saja sulit, apalagi berharap untung,” ungkapnya. 

Terlebih, lanjutnya, permintaan tomat dari luar daerah seperti dari Bandarlampung, Sumatera Utara dan pulau Jawa relatif tergolong minim. “Mudah-mudahan pemerintah bisa membantu mencarikan jalan keluar buat kami, hal ini terjadi sejak mau lebaran hingga sekarang,” katanya. (edi/lus/rnn/c1/wdi/sam/jpnn) 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tanah di Malasari Bergeser, Ketua DPRD Bogor Janji Relokasi Korban


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler