JAKARTA - Terjungkalnya bursa Asia khususnya indeks Nikkei Jepang, turut menyeret indeks harga saham gabungan (IHSG) jatuh ke zona merah pasca rebound. Pada perdagangan Kamis (23/5), IHSG terkoreksi 86,59 poin (1,66 persen) ke level 5.121,4. Pelemahan IHSG juga diikuti indeks LQ45 yang terperosok 15,30 poin (1,74 persen) ke level 864,87.
Perdagangan di bursa berjalan sangat ramai, dengan frekuensi 210.543 kali transaksi, pada volume 7,31 lembar saham, senilai Rp 9,80 triliun. Aksi jual bersih investor asing sebesar Rp 720,6 miliar memaksa semua sektor pendukung IHSG terjerembab ke zona merah. IHSG pun tak mampu mempertahankan level tertingginya di posisi 5.213,66 poin pada sesi pertama perdagangan.
Head of Research PT MNC Sekuritas Edwin Sebayang mengatakan kejatuhan indeks Nikkei sebesar 1.143 poin (7,32 persen) ke level 14.484, ditengarai memanfaatkan penurunan data industri manufaktur Tiongkok pada Mei 2013. "Sebenarnya posisi turunnya Nikkei ini sudah ditunggu oleh para pelaku pasar. Karena Nikkei sejak awal 2013 hingga closing Rabu (22/5), sudah naik lebih dari 50 persen, atau kenaikan tertinggi di antara bursa utama dunia," jelasnya.
Sehingga, tutur Edwin, pelemahan IHSG kemarin dinilai cukup wajar dan tidak perlu memicu kekhawatiran berlebihan terhadap kinerja fundamental bursa saham Indonesia. Bahkan, ia mengaku seharusnya Nikkei masih bisa terjadi penurunan yang lebih dalam lagi.
"Jatuhnya IHSG sendiri sebenarnya hanya bersifat psikologis, bukan fundamental. Ini dikarekan struktur ekonomi masing-masing negara (Indonesia-Jepang) berbeda," terangnya.
Pada perdagangan hari ini, Edwin memproyeksi IHSG bakal bergerak di kisaran support 5.089 poin dan resistance 5.188 poin.(gal)
Perdagangan di bursa berjalan sangat ramai, dengan frekuensi 210.543 kali transaksi, pada volume 7,31 lembar saham, senilai Rp 9,80 triliun. Aksi jual bersih investor asing sebesar Rp 720,6 miliar memaksa semua sektor pendukung IHSG terjerembab ke zona merah. IHSG pun tak mampu mempertahankan level tertingginya di posisi 5.213,66 poin pada sesi pertama perdagangan.
Head of Research PT MNC Sekuritas Edwin Sebayang mengatakan kejatuhan indeks Nikkei sebesar 1.143 poin (7,32 persen) ke level 14.484, ditengarai memanfaatkan penurunan data industri manufaktur Tiongkok pada Mei 2013. "Sebenarnya posisi turunnya Nikkei ini sudah ditunggu oleh para pelaku pasar. Karena Nikkei sejak awal 2013 hingga closing Rabu (22/5), sudah naik lebih dari 50 persen, atau kenaikan tertinggi di antara bursa utama dunia," jelasnya.
Sehingga, tutur Edwin, pelemahan IHSG kemarin dinilai cukup wajar dan tidak perlu memicu kekhawatiran berlebihan terhadap kinerja fundamental bursa saham Indonesia. Bahkan, ia mengaku seharusnya Nikkei masih bisa terjadi penurunan yang lebih dalam lagi.
"Jatuhnya IHSG sendiri sebenarnya hanya bersifat psikologis, bukan fundamental. Ini dikarekan struktur ekonomi masing-masing negara (Indonesia-Jepang) berbeda," terangnya.
Pada perdagangan hari ini, Edwin memproyeksi IHSG bakal bergerak di kisaran support 5.089 poin dan resistance 5.188 poin.(gal)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Semen Baturaja Segera Melantai di Bursa
Redaktur : Tim Redaksi