jpnn.com - TIMIKA - Konflik berdarah di Kota Timika sejak Selasa (24/5) kemarin akhirnya reda. Setelah melalui pertemuan maraton selama 8 jam, kedua kelompok warga yang terlibat konflik sepakat berdamai, Jumat malam (27/7) sekitar pukul 23.00 WIT.
Pertemuan dipimpin Ketua DPRD Mimika Elminus Mom dan dihadiri Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw dan Danrem 174/ATW Brigjen TNI A Marzuki dan Wakil Bupati Kabupaten Mimika, Yohanes Bassang.
BACA JUGA: Belum Bayar!! Bandara Dipalang Pohon Pisang dan Kayu
Kesepakatan damai tersebut menghasilkan enam pasal kesepakatan, yang intinya kedua belah pihak tidak melakukan konflik atau pertikaian lagi. Nah, setidaknya kesepakatan damai ini akan mengakhiri derita para pengungsi korban konflik.
Selama konflik, warga terkena imbasnya, baik yang berdomisili di sekitar ruas Jalan Budi Utomo Timika (pusat konflik), bahkan di sekitarnya. Dan beberapa rumah warga dibakar, sehingga warga yang lain memilih mengungsi ke pos pengungsian, meninggalkan harta benda demi keselamatan jiwa keluarga.
BACA JUGA: 18 Media Jepang Famtrip ke Banyuwangi Terkesan
Warga memilih keluar dari rumah dan memilih mengungsi ke kerabat-kerabat dan juga gereja-gereja. Seperti warga yang mengungsi di Lanud Timika, di Gedung Wira Lanud Timika.
Penelusuran Radar Timika, Jumat (27/5), terlihat ibu-ibu bersama anak-anak di pos pengungsian ini. Dari data yang didapatkan, ada warga yang sudah menempati pos ini dari hari Rabu (25/5) lalu. Terlihat sekitar 30-an ibu bersama beberapa anak mereka di sana.
BACA JUGA: 18 Media Jepang Famtrip ke Banyuwangi Terkesan
Salah seorang pengungsi Merianti, yang tinggal di belakang Lapangan Jayanti, pada Rabu (25/5) lalu dirinya dan dua orang anaknya mengungsi ke Lanud bersama beberapa keluarga lainnya dengan beberapa kepala keluarga mengungsi di pos pengungsian ini.
Pengungsi berjumlah 50 kepala rumah tangga. Pengungsi berdatangan dari Jalan Busiri, Sempan dan belakang Lapangan Jayanti. Berkumpul bersama dalam satu ruangan yang disediakan. Pengungsi yang mulai berkurang pada hari Kamis (26/5). Ada keluarga yang memilih pulang. Karena ingin berteduh di dalam rumah sendiri. Akan tetapi ada pula kembali pada sore harinya, karena kondisi kembali mencekam.
Jerniati salah seorang pengungsi, yang rumahnya telah terbakar, dengan nada sedih mengatakan, rumah yang menjadi tempat berteduh dari hujan dan teriknya matahari telah rata dengan tanah.
Harapan satu-satunya hanya hewan peliharannya, itulah harta yang saat ini dimiliki. Dirinya berharap pemerintah daerah dapat menolongnya. Karena dirinya bingung setelah konflik ini selesai, dirinya dan anaknya tidak punya tempat berteduh lagi.
Dengan mata berkaca-kaca, Jerniati mengatakan dirinya berharap kepada pemerintah setempat, mengatasi masalah ini agar cepat terselesaikan dan dapat menolong dirinya dan beberapa warga lain yang rumahnya terbakar.
Jerniati dan yang lain berterima kasih kepada pihak Lanud Timika, yang siap menampung mereka pada pos pengungsian ini. Dan juga membantu menyediakan makanan dan minuman. (rex/yoshi ohee/suharli/adk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Garuda Buka Rute Medan Kuala Namu-Singapura
Redaktur : Tim Redaksi