Jero Wacik Dorong IPP bertenaga Alternatif

Resmikan PLTU Paiton Terbaru

Rabu, 06 Juni 2012 – 05:50 WIB

SURABAYA - Pengoperasian secara resmi PLTU Unit III Paiton oleh PT Paiton Energy Company membawa angin segar bagi industri pembangkit listrik di Indonesia. Power plant yang memasok 815 Mega Watt (MW) listrik untuk PLN tersebut dinilai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik sebagai langkah besar untuk pasokan listrik alternatif. PLTU dengan daya produksi generator terbesar di Indonesia tersebut diharapkan menjadi cikal bakal investasi Independent Power Plant (IPP) bertenaga non-BBM lainnya.
      
Jero menyatakan, PLTU ketiga milik Paiton Energy itu memberikan sumbangsih 2,7 persen bagi kapasitas sistem kelistrikan di daerah Jawa Madura Bali (Jamali) yang kini menjadi 29.231 MW. 'Kami mendukung langkah Paiton Energy yang membangun pembangkit listrik bertenaga non-BBM. Karena, hal itu sesuai dengan visi pemerintah untuk mengurangi penggunanan BBM,' ungkapnya dalam acara peresmian PLTU Paiton.
      
Dia sangat menghargai realisasi proyek yang sangat cepat. PLTU Unit III yang seharusnya beroperasi secara komersial 22 April 2012 ternyata maju menjadi 18 Maret 2012. "Dengan situasi tersebut, kami bisa menghemat dana hingga Rp 1,1 trilyun. Pehitungan itu jika dibanding dengan pengeluaran PLN membeli pembangkit listrik dengan BBM," tambahnya.

Dia mengharapkan hasil kerja tersebut menjadi contoh bagi investor yang tertarik mendirikan perusahan IPP. Jero mengaku akan terus mendorong investor untuk membangun power plant alternatif di Indonesia.

"Memang, investor lebih tertarik pada PLTU yang memakai batu bara sebagai bahan bakar. Tapi, meski batu bara bukan energi terbarukan kami bisa menghemat banyak anggaran pemerintah," tegasnya.

Tarif yang diterapkan oleh pembangkit listrik BBM, jelas dia, adalah USD 35 Cent per Kilo Watt/Hour (KWH). Sedangkan, tarif pembelian untuk PLTU hanya berkisar di angka USD 4-7 Cent per KWH. "Dengan situasi tersebut, ongkos produksi kami masih Rp 1.200 per kwh. Padahal, kami menjual hanya Rp 729 per KWH dan sisanya disubsidi," katanya.

Upaya yang dilakukan Pemerintah, papar Jero, untuk mendorong investor di bidang IPP adalah melakukan insentif. "Salah satunya, kami akan memudahkan perizinan usaha termasuk dengan proses eksplorasi oleh investor," ucapnya.

Kemudian, Jero juga menjanjikan tarif pembelian yang lebih mahal daripada rata-rata. "Meksipun kami lebihkan tarif USD 1-2 Cent, toh masih jauh lebih murah daripada tarif pembangkit listrik BBM," komentarnya.
 
Sementara itu, Presiden Direktur PT Paiton Energy Low Kian Min menanggapi positif pernyataan Jero Wacik. Menurutnya, PLTU Unit III yang menelan dana USD 1,5 miliar merupakan proyek yang menjanjikan. "Kami sudah melakukan kontrak kerja selama 30 tahun dengan PLN. Dengan tarif USD 5,3 Cent per KWH, kami yakin bisa meraup untung," paparnya.
      
Meski mendapat dorongan untuk ekspansi, Low Kian Min masih fokus pada tiga unit PLTU milik mereka. "Sebenarnya investor kami sudah melakukan proyek lain seperti pembangkit listrik geothermal. Tapi kami sendiri masih belum ada rencana ekspansi," ungkapnya.

Penyebabnya, sambung Low, adalah lahan kompleks IPP Paiton yang sudah habis. Apalagi, dia mengaku masih terbentur regulasi untuk melakukan ekspansi ke tempat lain. "Semua itu nantinya tergantung dengan investor kami. Kalau ternyata dapat mandat untuk menangani proyek lain pasti kami lakukan," tambahnya.

Penambahan pembangkit membuat Paiton Energy mengambil 50 persen dari total kapasitas 4.055 MW yang dihasilkan tujuh unit PLTU di kompleks IPP Paiton. Tiga PLTU milik Paiton Energy yang menghabiskan dana USD 5 miliar menjadi salah satu penyumbang terbesar di market share PLTU. Sebanyak 10 persen dari 19.091 MW yang dihasilkan seluruh" PLTU Jamali atau 2.035 MW datang dari Paiton Energy. (bil)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menkeu Sebut Rupiah Bakal Makin Melemah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler