jpnn.com, JAKARTA - Jihad memiliki arti yang sangat luas. Membela bangsa juga termasuk jihad.
“Karena dengan kemerdekaan yang diraih bangsa ini, para pejabatnya atau penguasanya harus bisa berusaha untuk menyejahterakan rakyatnya. Bisa juga memberdayakan ekonominya serta bisa melindungi keyakinan-keyakinan agama yang dipeluk oleh rakyatnya. Itu juga merupakan jihad pemerintah melalui seluruh aparatnya terhadap bangsa demi rakyatnya,” ujar Ketua Ikatan Dai Indonesia KH. Ahmad Satori Ismail di Jakarta, Selasa (10/10).
BACA JUGA: MUI Imbau Umat Islam Hindari Nikah Siri, Ini Alasannya
Guru besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini menjelaskan, pemerintah dan rakyat tak bisa melakukan itu semua jika Indonesia tidak merdeka.
“Kewajiban untuk membela negara agar rakyatnya bisa terlindungi semua kepentingannya baik ekonomi, politik, pendidikan sampai masalah melindungi keyakinanya itu adalah suatu kewajiban semua warga negara. Bukan hanya pemerintahnya,” imbuh Satori.
BACA JUGA: MUI Dukung Film G30S PKI Diputar Lagi
Dia menambahkan, jika Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 dijadikan patokan, membela negara adalah suatu kewajiban.
“Sehingga jangan sampai negara kita dijajah oleh bangsa lain. Ini berlaku bagi semua pemeluk agama apa pun karena sebagai rakyat sudah seharusnya untuk membela bangsanya,” kata Satori.
BACA JUGA: Simak Enam Seruan MUI Ini
Dia meyakini semua agama di Indonesia akan melakukan pengorbanan untuk negara.
“Saya yakin agama yang lain juga melakukan demikian di mana para pengikutnya sama-sama untuk memiliki niat yang baik pada negeri ini dalam usaha memelihara keyakinannya,” tutur pria kelahiran Cirebon, 6 Desember 1955 ini .
Menurut dia, jihad tidak harus berperang melawan bangsanya sendiri seperti yang dilakukan kelompok radikal
Selama ini, kelompok radikal menganggap pemeritah ini adalah thogut sehingga perlu diperangi.
Kelompok seperti itulah yag menurutnya tidak memahami permasalahan jihad yang sesungguhnya. Sebab, jihad ada yang menggunakan senjata dan bentuk lain.
“Dengan menggunakan senjata untuk melawan musuh yang ingin menjajah negeri kita, merusak negeri kita. Nah, kalau itu kita perlu berjihad mati-matian demi mempertahankan negeri ini,” ujar direktur pascasarjana Universitas Islam As Syafi’iyah Jakarta itu.
Anggota Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu menambahkan, ada jihad yang lebih luas.
Yakni, berjuang untuk menyejahterakan rakyat. Misalnya, berjuang agar ekonomi rakyat tambah naik atau daya beli masyarakat juga meningkat.
“Jadi, kalau pemerintah berusaha agar rakyatnya sejahtera, ekonomi negaranya makmur, daya belinya naik, kemudian rakyatnya terjamin seluruh kebutuhannya itu juga merupakan jihad,” kata Satori.
“Di bidang pendidikan seperti kita menyiapkan orang-orang agar masa depan generasi mendatang berakhlak mulia, memiliki karakter yang baik itu juga merupakan jihad. Kalau niatnya adalah untuk mencari rida Allah dengan tidak merusak atau gaduh bangsa ini tentunya semuanya adalah jihad,” kata alumnus Universitas Al Azhar Mesir ini..
Dirinya juga menyayangkan masih ada masyarakat Indonesia yang belum percaya terhadap pemerintahnya. Untuk menyakinkan kepada masyarakat, pemerintah harus membuktikan bahwa ekonomi rakyat tersebut harus dibela dengan sebaik-baiknya.
“Membuktikannya tidak bisa sekadar dipaksakan melalui pidato atau ceramah. Namun, harus dibuktikan yang riil bahwa memang pemerintah benar-benar berusaha maksimal dengan berbagai macam kegiatannya untuk menyejahterakan rakyatnya,” tegas Satori. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Iduladha Sarana Berbagi Kepedulian dalam Bingkai Kebinekaan
Redaktur & Reporter : Ragil