Jika Anis Matta juga Dijerat, Bagaimana?

Minggu, 03 Februari 2013 – 10:10 WIB
Edi Sudrajat. Foto: Ken Girsang/JPNN
PARTAI Keadilan Sejahtera (PKS) goncang. Luthfi Hasan Ishaaq, Presiden PKS bertubuh gendut itu, menyandang status sebagai tersangka. Jabatan presiden partai dia copot sendiri sebelum digelandang KPK ke bui.

Gerakan politik Islam, dengan kasus tragis ini, bakal semakin meredup. Prediksi dari Peneliti Gerakan Politik Islam, Edi Sudrajat itu, berdasar fakta, dari sejumlah parpol berbasis utama massa Islam yang tetap eksis hingga saat ini, trend penurunan perolehan suara terus terjadi sejak Pemilu 1999 lalu.

Dan hanya PKS yang menunjukkan peningkatan. Namun, gara-gara urusan impor sapi, yang juga merembet-rembet ke wanita muda berrok mini bernama Maharani, diprediksi suara PKS bakal remuk di pemilu 2014.

Berikut petikan wawancara wartawan JPNN, Ken Girsang, dengan Edi Sudrajat, yang juga konsultan politik dari Anima Political Consulting, Sabtu (2/2) di Jakarta.


Bagaimana Anda melihat masa depan gerakan politik Islam pascapenangkapan LHI?
Sepertinya akan semakin hancur. Karena selain PKS, seperti contohnya Partai Persatuan Pembangunan (PPP), itu pada Pemilu 2014 mendatang, kemungkinan malah tidak lolos elektoral treshold. Saya sudah perhatikan dari Pemilu 1999 ke 2004 misalnya, perolehan suaranya turun 28 persen. Kemudian dari 2004 ke Pemilu 2009, turun lagi 35 persen. Nah kalau penurunannya nanti sampai ke 35 persen lagi, maka suaranya PPP itu hanya 3,48 persen. Apalagi kalau penurunannya sampai 40 persen, benar-benar hangus dia. Makanya saya lagi siap-siap nulis buku Hancurnya Politik Islam di tanah air.

Lantas suara yang selama ini mendukung PKS lari kemana?

Kalau massa PKS itu loyal, cukup setia. Tapi jumlahnya nggak sampai 4 persen (dari total perolehan suara PKS dalam Pemilu,red). Sisanya simpatisan. Kalau kita lihat perjalanannya, waktu masih Partai Keadilan, itu kan perolehan suaranya kurang dari 3 persen. Kemudian setelah menjadi PKS naik menjadi 7 persen. Jumlah ini terus coba dinaikkan. Nah kalau dari sekarang nggak pintar memenej, ini akan jatuh dan terus merosot jauh. Saya kira suara simpatisan ini nantinya akan lari ke Partai Amanat Nasional (PAN). Karena orang Muhammadiyah banyak juga orang PKS.

Bagaimana dengan suara Ormas Islam sendiri, akan lari kemana?

Dari beberapa ormas Islam yang ada di Indonesia, tipikalnya ada dua macam. Ada yang nggak percaya sama sistem demokrasi, tapi ada juga yang percaya. Mereka yang tidak percaya, akan tetap nggak peduli, karena nggak pernah merasa ikut Pemilu. Sementara yang percaya sama sistem demokrasi, selama ini menitipkan suara ke PKS. Kalau melihat kasus yang melilit PKS, saya kira mereka nggak mau memilih PKS lagi. Ini seperti Majelis Mujahidin, itu nggak akan ke PKS lagi

Kalau tidak ke PKS, terus kemana?

Kelihatannya mereka akan malas ikut Pemilu. Misalkan kita sebut ke PPP, itu mereka nggak suka. Karena dinilai banyak kelemahan seperti soal uang. Kalau ke PAN, itu ideologinya berbeda, karena PAN partai terbuka.

Lantas bagaimana model gerakan mereka?

Pokoknya mereka nggak peduli. Yang penting bisa mandiri, pengajian jalan terus dan keberadaan kelompoknya lancar-lancar saja. Orang seperti mereka ini kalau nggak terpaksa banget punya KTP, juga nggak mau kok. Saya kan pernah nulis bukunya Baasyir. Tapi kelompok yang tidak percaya dengan sistem demokrasi di Indonesia itu jumlahnya kecil. Mereka ini sepertinya akan tetap melakukan pengajian dan merekrut anggota. Tapi sangat terbatas juga, karena daya tariknya kalah sama media-media sosial seperti Youtube.

Kasus yang melilit LHI apakah berlatar politik saling serang jelang Pemilu?

Siapa? Emang bisa KPK dipengaruhi? Orang KPK ini kita minum saja, mereka minum sendiri. Di kasih bolpoint dikembalikan. KPK itu nggak bisa dikendalikan. Sejauh punya saksi dan bukti, dia akan bekerja. Kalau nggak dapat kedua hal ini, dia nggak bisa. Contoh sudah banyak, Neneng, Nazar, istrinya Adang Daradjatun, kasus di Kementerian Agama, iparnya Presiden, dapat semua. Jadi nggak ada ampun. Mereka ini modelnya cari data. Namanya seperti investigasi, pasti banyak cara yang dilakukan.

Mungkin nggak mereka mendapat support data dari kelompok tertentu?

Saya nggak tahu persis.

Apakah kasus ini merupakan kasus korupsi besar pertama yang melilit pimpinan partai Islam?

Dari dulu juga sebenarnya sudah ada. Tapi zaman dulu itu duit yang dikorupsinya sedikit. Bahkan sampai-sampai yang dikorupsi itu kain kafan. Dulu kasusnya juga nggak terlalu memengaruhi masyarakat, karena media massa kurang. Tapi kalau seperti sekarang ini, bayangkan itu Presidennya (PKS) ditangkap karena korupsi, bahkan dilakukan di sela-sela rapat DPP dengan memakai seragam partai. Ini tentu efeknya kurang baik, membuat masyarakat nggak percaya lagi.

Lantas apa yang harus dilakukan PKS?

Konsolidasi, kemudian penguatan di internal partai. Dan satu lagi, buat iklan yang baik.

Mengapa PKS lebih memilih Anis Matta jadi Presiden PKS yang baru?

Buat PKS, pilihannya itu tinggal Pak Anis Matta. Kalau Untung Wahono, dia itu orangnya pendiam. Terlalu sederhana. Ke DPR saja naik bus. Kausnya mungkin juga lebih jelek. Jadi mungkin dia dinilai kurang lihai. Cuma memang Anis juga saya kira bermasalah, karena pernah diadukan bekas kader PKS penyalahgunaan uang. Khawatirnya kalau sekali lagi terjerat, bagaimana? Mestinya (PKS, red) memikirkan hal ini. ***

BACA ARTIKEL LAINNYA... Biarkan Tetap Jalan Hingga Semester Depan

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler