jpnn.com - JAKARTA – Pemerintah diminta konsisten mengalokasikan anggaran subsidi bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) setiap tahun
Konsistensi itu penting sebagai bentuk dukungan kepada bank dan lembaga keuangan penyalur KUR.
BACA JUGA: Okupansi Hotel Rendah, Pengusaha Sulit Tutup Biaya Operasional
Itu sekaligus mewujudkan cita-cita pemerintah memainkan bunga KUR rendah. Bank Indonesia menyebut, tidak ada pilihan lain kalau pemerintah menginginkan bunga KUR rendah.
Pemerintah harus teratur dan disiplin menyiapkan subsidi bunga. Di mana, saat ini suku bunga KUR berada di kisaran sembilan persen.
BACA JUGA: Animo Konsumen Gunakan Pembayaran Nontunai Blue Bird Rendah
”Kalau tidak disiplin, bunga KUR akan kembali naik menjadi 12-15 persen," tutur Gubernur BI Agus Martowardojo.
Agus menilai, subsidi bunga KUR krusial untuk membangun struktur kredit atau pembiayaan sehat. Itu artinya, bank-bank penyalur KUR tidak dipaksakan untuk menggelontorkan pembiayaan dengan bunga murah.
BACA JUGA: Pertamina Butuh Puluhan Ribu Tenaga Kerja, Mau Daftar?
Penilaian Agus itu bukan tanpa dasar. Sebab, pemerintah melalui Kementerian Keuangan berencana memangkas subsidi bunga KUR dalam RAPBN 2017.
Pemerintah mewacanakan memotong anggaran subsidi bunga KUR dari Rp 10,5 triliun tahun ini menjadi Rp 9,5 triliun tahun depan.
Tahun-tahun sebelumnya, bunga KUR sempat menyentuh 22 persen. Kemudian, sempat berada di kisaran 15 persen, dan turun menjadi 12 persen.
Melalui subsidi bunga dianggarkan pemerintah, bunga KUR untuk kali pertama berhasil mencapai single digit di awal tahun ini sembilan persen.
Nah langkah pemerintah memangkas subsidi bunga KUR dilatari tren tingkat bunga dana pihak ketiga (DPK) bank terus menukik.
Dengan begitu, bank mempunyai likuiditas cukup baik dan sumber dana biaya murah untuk disalurkan dalam bentuk kredit, tak terkecuali KUR.
”Tingkat bunga DPK turun. Itu membuat ada pelonggaran subsidi bunga,” imbuh Agus. (far/jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jamkrindo Jamin KUR Rp 81,8 Miliar
Redaktur : Tim Redaksi