jpnn.com, JAKARTA - Ribuan petani yang tergabung dalam asosiasi petani tembakau seluruh Indonesia (APTI) dari berbagai daerah siap datang ke Jakarta menemui presiden Jokowi untuk menyampaikan kekeberatan dan kekecewaannya terkait rencana kenaikan cukai rokok.
Mereka mengaku, saat Pilpres 2014 maupun 2019 dulu memilih Jokowi sebagai Prresiden. Karena itu para petani tembakau berharap Presiden Jokowi membatalkan rencana kenaikan cukai rokok pada 2021.
BACA JUGA: Cukai Rokok Naik, Siapa yang Diuntungkan?
“Ribuan anggota masyarakat petani tembakau dari berbagai Kabupaten dan Kota di Jawa Barat siap berdemo di Jakarta dengan biaya sendiri. Kami bahkan siap menginap di Jakarta, jika pemerintah tidak mau mendengar keluhan kami, dengan tetap menaikan cukai rokok,” tegas ketua API Jawa Barat, Suryana.
Suryana menegaskan, pemerintah sudah sepantasnya berpihak kepada kepentingan nasional dan kepentingan petani tembakau dengan melindungi petani tembakau dan industri rokok nasional. Selama ini petani dan industri rokok nasional sudah memberikan sumbangan yang banyak bagi keuangan negara.
BACA JUGA: Gisel: Pas Ditonton Ngaco-ngaco, Saya Sudah Rugi
Hal yang sama disampaikan Ketua APTI NTB, Sahminudin. Menurutnya setiap kenaikan satu persen cukai rokok menyebabkan, 1,2 miliar batang rokok tidak laku terjual.
Itu berdampak pada berkurangnya pembelian tembakau oleh industri rokok ke petani tembakau. Akibat kenaikan cukai rokok sebesar 23 persen pada 2019 lalu, ditambah wabah covid dan krisis ekonomi, menjadikan sebanyak 60 miliar batang rokok tidak laku terjual.
BACA JUGA: Wacana Kenaikan Cukai Rokok 2021, Begini Sikap FORMASI
“Jika pemerintah kembali menaikan cukai rokok 2020 atau di 2021 akan semakin banyak jumlah batangan rokok yang tidak terserap pasar. Itu berarti akan semakin banyak tembakau petani yang tidak bisa dibeli atau tidak terserap oleh produsen rokok. Petani cukai semakin menderita. Industri rokok juga. Nah kalau industri rokok mengurangi jumlah produksinya, pendapatan negara dari cukai rokok juga akan berkurang jauh,” beber Sahmihudin.
Menurut ketua DPN APTI Agus Pamudji, adanya kabar pemerintah bakal menaikkan cukai kembali sebesar 15 persen pada 2021 nanti menunjukkan tidak pro dengan rakyat, khususnya para petani tembakau.
Naiknya cukai yang sudah berlangsung pada 2020 ini seharusnya menjadi pengalaman untuk merekap data dan melihat fakta bagaimana dampaknya tehadap para petani tembakau. Daya jual rokok menurun, pabrik menekan kebutuhan, serapan tembakau menurun serta harga jual tembakau anjlok.
Rencana aksi unjuk rasa petani tembakau di Jakarta bila pemerintah tetap menaikan tembakau, juga disampaikan Ketua APTI Jawan Tengah Nurtantio Wisnu Broto.
"Desakan untuk melaksanakan aksi (demo petani tembakau ke istana presiden) ini sebenarnya pilihan berat bagi kami, karena kami pada saat Pilpres kemarin adalah pendukung setia bapak Presiden Joko Widodo, dengan membuktikan hampir di seluruh wilayah sentra tembakau kita memperoleh kemenangan di atas 70 persen,” kata Nurtantio.
Lebih lanjut Nurtantio Wisnu Broto menegaskan, Jika pemerintah tetap ngotot tidak memperhatikan aspirasi rakyat maka akan sangat disayangkan, demi mendapatkan pemasukan negara tapi tidak melihat aspek lain di mana ada dampak buruk bagi perekonomian kelas menegah ke bawah.
Nurtatio Wisnu Broto berharap pemerintah tidak menaikkan cukai secara diam-diam dan mengabaikan petani tembakau.
"Pemerintah harus berkaca pada kejadian kali ini. Kami akan bertolak ke Jakarta untuk menemui presiden agar bisa diajak musyawarah. Kami hargai pemerintah untuk tetap menerapkan protokol kesehatan. Bagaimanapun petani tembakau memiliki hak untuk bersuara dan berpendapat," seru Nurtatio.
Dari Jawa Tengah, direncanakan perwakilan petani dari Temanggung, Magelang, Demak, Rembang, Boyolali, Purwodadi, dan sentra-sentra tembakau lainnya siap bertolak ke Jakarta. Dari luar Jateng juga akan hadir perwakilan petani dari Jawa Timur, Jawa Barat, NTB, dan Lampung.(chi/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : Yessy