MAKASSAR -- Mantan Wakil Presiden RI, HM Jusuf Kalla menilai teror bom molotov yang terjadi di sejumlah rumah ibadah di Kota Makassar, Sulawesi Selatan adalah gerakan untuk memecah belah masyarakat Sulsel. Dia menilai, ada gerakan untuk mengadu domba masyarakat di wilayah ini.
"Ini gerakan adu domba. Kalau memang untuk merusak, maka perusakan harus dilakukan secara total," jelas JK dalam pertemuan dengan sejumlah tokoh masyarakat di kantor Balai Kota Makassar Seperti yang dilansir FAJAR (JPNN Group), Jumat (15/2).
Dalam pertemuan yang dipimpin Kapolda Sulsel, Irjen Mudji Waluyo itu, JK meminta kepada masyarakat tidak terprovokasi terkait dengan kejadian itu. Menurutnya, secara ideologi, tidak ada ajaran agama apapun yang mengajarkan kekerasan. Oleh karena itu, pelaku pelemparan ke rumah ibadah itu adalah musuh bersama. "Mari kita bantu polisi. Tapi bukan bantu mengeroyoki orang, bantu polisi memberikan informasi," jelasnya.
Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sulsel, Irjen Mudji Waluyo mengatakan, pihaknya mengaku akan memperketat pengamanan di rumah ibadah. Pihaknya akan menyiagakan dua sampai tiga personel kepolisian untuk berjaga-jaga di tempat ibadah. Pengamanan dilakukan secara terbuka dan tertutup. "Kita juga akan mengajak untuk setiap lapisan organisasi keagamaan untuk membantu," jelasnya.
Tiga tempat ibadah kembali dilempari bom molotov, Kamis 14 Februari dini hari. Ketiga tempat ibadah itu masing-masing adalah Gereja Kristen Indonesia jemaat Makassar, di Jalan Samiun, Gereja Klasis di Jalan AP Pettarani, dan Gereja Toraja di Jalan Gatot Subroto.
Kepala Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Makassar, Kombes Wisnu Sandjaja mengatakan, polisi masih melakukan penyelidikan terkait dengan kasus itu. Polisi, kata dia, telah menyelidiki rekaman CCTV yang ada di GKI jemaat Makassar, Jalan Samiun. "Rekaman CCTV nya ada, semoga kasusnya secepatnya terungkap," jelasnya. (eka/sil)
"Ini gerakan adu domba. Kalau memang untuk merusak, maka perusakan harus dilakukan secara total," jelas JK dalam pertemuan dengan sejumlah tokoh masyarakat di kantor Balai Kota Makassar Seperti yang dilansir FAJAR (JPNN Group), Jumat (15/2).
Dalam pertemuan yang dipimpin Kapolda Sulsel, Irjen Mudji Waluyo itu, JK meminta kepada masyarakat tidak terprovokasi terkait dengan kejadian itu. Menurutnya, secara ideologi, tidak ada ajaran agama apapun yang mengajarkan kekerasan. Oleh karena itu, pelaku pelemparan ke rumah ibadah itu adalah musuh bersama. "Mari kita bantu polisi. Tapi bukan bantu mengeroyoki orang, bantu polisi memberikan informasi," jelasnya.
Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sulsel, Irjen Mudji Waluyo mengatakan, pihaknya mengaku akan memperketat pengamanan di rumah ibadah. Pihaknya akan menyiagakan dua sampai tiga personel kepolisian untuk berjaga-jaga di tempat ibadah. Pengamanan dilakukan secara terbuka dan tertutup. "Kita juga akan mengajak untuk setiap lapisan organisasi keagamaan untuk membantu," jelasnya.
Tiga tempat ibadah kembali dilempari bom molotov, Kamis 14 Februari dini hari. Ketiga tempat ibadah itu masing-masing adalah Gereja Kristen Indonesia jemaat Makassar, di Jalan Samiun, Gereja Klasis di Jalan AP Pettarani, dan Gereja Toraja di Jalan Gatot Subroto.
Kepala Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Makassar, Kombes Wisnu Sandjaja mengatakan, polisi masih melakukan penyelidikan terkait dengan kasus itu. Polisi, kata dia, telah menyelidiki rekaman CCTV yang ada di GKI jemaat Makassar, Jalan Samiun. "Rekaman CCTV nya ada, semoga kasusnya secepatnya terungkap," jelasnya. (eka/sil)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Nasib Honorer K1 Menggantung
Redaktur : Tim Redaksi