JAKARTA - Indikator baik atau buruknya perekonomian Indonesia bukan terletak pada pasar modal. Hal itu ditegaskan mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla (JK). Ia mengatakan, indikatornya ekonomi negara justru ada di sektor riil.
"Pasar modal itu penting, tetapi yang lebih penting lagi adalah Pasar Tanah Abang, Pasar Senen, Pasar Kliwon (di Solo)," kata JK di Jakarta, Kamis (2/2).
Menurutnya, masyarakat Indonesia selalu salah kaprah tatkala melihat kondisi ekonomi membaik dengan semakin meningkatnya industri pasar modal. Sebaliknya, ketika kondisi memburuk akibat kinerja pasar modal menurun. "Dasar pemikiran ekonomi kita itu harus sesuai dengan kondisi riil," ujarnya.
Oleh karena itu, JK mengaku dirinya tidak menyukai apabila ada pejabat negara yang mengatakan dasar penentuan kebijakan yang diambil atas permintaan pasar. "Saya paling tidak suka mendengar kalau menteri mengatakan "ini maunya pasar, pasar apa?" Kalau Pasar Senen saya mau dengar, tapi kalau pasar bursa, itu urusannya pasar," terangnya.
JK menegaskan, pemikirannya ini bukan untuk mendiskreditkan pasar bursa tetapi masyarakat harus mampu melihat secara proporsional kedua aspek tersebut dan tidak melupakan prinsip dasar ekonomi negara.
Pada kesempatan yang sama JK juga mengatakan, kenaikan impor dinilai berpotensi melemahkan industri nasional dan menggerus cadangan devisa. Tetapi sisi optimisme akan memanfaatkan kondisi itu sebagai kesempatan industri nasional mengembangkan produk, karena tingginya daya beli masyarakat Indonesia.
Persepsi yang sama juga diterapkan Jusuf Kalla pada tren turunnya volume ekspor produk Indonesia. "Yang pesimis mengatakan bahaya negeri ini. Tapi yang optimis menilai ini kesempatan baik. Kalau tidak banyak lagi ekspor batu bara, kesempatan memperbaiki listrik kita, tingkatkan industri nasional karena harga bahan baku menurun," tuturnya. (vit)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 600 Perusahaan Korsel Ancam Relokasi
Redaktur : Tim Redaksi