JAKARTA-- Ketua Umum Pengurus Pusat Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla (JK) menghimbau, agar masyarakat tetap menjunjung tinggi rasa toleransi terutama di saat bulan Ramadan. Ia meminta agar dakwah-dakwah di masjid/ mushollah tidak menggunakan sound system yang terlalu keras.
"Jangan sampai malah gak bisa didengerin dan justru malah mengganggu", ucapnya saat ditemui di Sekretariat Dewan Masjid Indonesia, Menteng, Jakarta, Selasa (9/7).
Pasalnya, saat suara antar masjid bersaut-sautan karena sound system yang cukup keras, akan membuat masyarakat yang mendengarkan bingung dengan materi dakwah yang diberikan. Selain itu, ditakutkannya justru akan mengganggu mereka-mereka yang tidak menjalankan ibadah bulan Ramadan."Kita harus tetap toleransi", ujarnya.
Saat ini, ia mengaku, bahwa pihak DMI juga telah menyusun sarana-sarana dakwah agar lebih teratur dan disajikan dengan bagus. Ada empat program yang sedang diprioritaskan, yakni pendidikan, kesehatan, lingkungan, serta sound system dalam masjid yang akan diintensifkan pada bulan Ramadan ini. Ia berjanji, untuk pelaksanaan tahun depan akan lebih sismatis. "Masih disiapkan segala teknisnya," ujarnya.
Mantan Wakil Presiden RI itu juga menghimbau agar tayangan televisi di bulan Ramadan tetap mendidik. "Tayangan saat bulan ramadan meskipun dibalut dengan rasa humor, namun harus tetap mendidik, tidak mengurangi nilai Islaminya", ungkapnya.
Ia mengakui, jika tayangan televisi saat ini, yang disajikan pada saat bulan ramadan tidak dapat dipisahkan dari tema humor yang lucu. Namun, ia tetap berharap agar konteks humor yang ditampilkan dalam tayangan tersebut tidak bersifat konyol dan tidak mengeluarkan kata-kata yang tidak seharusnya.
"Kita anjurkan, kalau humor jangan konyol, jangan sampai merendahkan dakwahnya sendiri. Ditakutkannya, nanti banyak orang yang tersinggung. Karena dakwah dan silaturrahmi itu saling berhubungan", jelasnya.
JK juga menilai, bahwa Indonesia saat ini tidak memiliki tokoh religi yang mampu membawakan program televisi ramadan dengan baik. Seperti Uje dan AA Gym. Namun ia tetap mempersilahkan siapapun untuk berdakwah, dengan baik dan kreatif. (mia)
"Jangan sampai malah gak bisa didengerin dan justru malah mengganggu", ucapnya saat ditemui di Sekretariat Dewan Masjid Indonesia, Menteng, Jakarta, Selasa (9/7).
Pasalnya, saat suara antar masjid bersaut-sautan karena sound system yang cukup keras, akan membuat masyarakat yang mendengarkan bingung dengan materi dakwah yang diberikan. Selain itu, ditakutkannya justru akan mengganggu mereka-mereka yang tidak menjalankan ibadah bulan Ramadan."Kita harus tetap toleransi", ujarnya.
Saat ini, ia mengaku, bahwa pihak DMI juga telah menyusun sarana-sarana dakwah agar lebih teratur dan disajikan dengan bagus. Ada empat program yang sedang diprioritaskan, yakni pendidikan, kesehatan, lingkungan, serta sound system dalam masjid yang akan diintensifkan pada bulan Ramadan ini. Ia berjanji, untuk pelaksanaan tahun depan akan lebih sismatis. "Masih disiapkan segala teknisnya," ujarnya.
Mantan Wakil Presiden RI itu juga menghimbau agar tayangan televisi di bulan Ramadan tetap mendidik. "Tayangan saat bulan ramadan meskipun dibalut dengan rasa humor, namun harus tetap mendidik, tidak mengurangi nilai Islaminya", ungkapnya.
Ia mengakui, jika tayangan televisi saat ini, yang disajikan pada saat bulan ramadan tidak dapat dipisahkan dari tema humor yang lucu. Namun, ia tetap berharap agar konteks humor yang ditampilkan dalam tayangan tersebut tidak bersifat konyol dan tidak mengeluarkan kata-kata yang tidak seharusnya.
"Kita anjurkan, kalau humor jangan konyol, jangan sampai merendahkan dakwahnya sendiri. Ditakutkannya, nanti banyak orang yang tersinggung. Karena dakwah dan silaturrahmi itu saling berhubungan", jelasnya.
JK juga menilai, bahwa Indonesia saat ini tidak memiliki tokoh religi yang mampu membawakan program televisi ramadan dengan baik. Seperti Uje dan AA Gym. Namun ia tetap mempersilahkan siapapun untuk berdakwah, dengan baik dan kreatif. (mia)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KPU Janji Keluarkan SK Perbaikan Khusus
Redaktur : Tim Redaksi