jpnn.com - JAKARTA - Teknologi alat utama sistem persenjataan (alutsista) terus mengalami perkembangan. Definisi perang telah bergeser. Dari yang semula berorientasi pada kemampuan prajurit dalam peperangan, sekarang lebih mengutamakan penguasaan teknologi militer.
Hal tersebut diungkapkan Wapres Jusuf Kalla (JK) saat membuka pameran industri pertahanan "Indo Defence 2014 Expo" di Jakarta International Expo, kemarin .
BACA JUGA: JK Minta Menteri Setor LHKPN Bulan Ini
"Sekarang banyak perubahan, perang lebih banyak dimenangkan yang punya teknologi," katanya.
JK menekankan, jaman sekarang, perang tidak lagi identik dengan tembak-menembak, melainkan adu kuat teknologi. Menurut dia, pemenang perang adalah pihak yang memiliki teknologi tinggi. Namun, JK mengakui teknologi tersebut bukan hal mudah dan membutuhkan biaya besar.
BACA JUGA: Susi Ingin Berhenti Merokok, Menkes Kirim Surat
"Karena itu, butuh saling mengisi dan saling kerjasama. Teknologi itu industri yang dapat meningkatkan pendapatan negara," kata JK.
JK melanjutkan, pihaknya berharap ke depan, Indonesia mampu bersaing dengan negara-negara lain, terkait produksi alutsista berteknologi tinggi. Sebab, menurut dia, Indonesia memilih pengalaman yang cukup dalam teknologi alutsista.
Namun, teknologi tersebut harus terus dikembangkan atau bahkan dikonversikan ke industri lain, sehingga membawa manfaat bagi perekonomian. Sebaliknya, industri selain industri pertahanan bisa menjadi cikal bakal industri alutsista.
Wapres asal Makassar itu mencontohkan, PT Pindad yang awalnya berupa industri panci namun bisa dikonversi menjadi industri senjata, dengan adanya kerjasama antara industri mesin dan mobil. "Artinya suatu industri pertahanan disamping mempertahankan harus bisa dikonversi untuk bawa manfaat,"ujarnya.
Untuk itu, JK berharap Indo Defence membuka peluang kerjasama bagi industri pertahanan di Indonesia. "Kita hadir di sini dalam Indo Defence harapkan kerjasama yang luas dan saling menunjang, karena hal itu bisa menciptakan perdamaian," imbuhnya.
Indo Defence 2014 diikuti 671 perusahaan dari 50 negara. Indonesia sendiri menampilkan BUMN-BUMN dan perusahaan swasta yang bergerak di Industri pertahanan. Seperti PT Pindad, PT PAL, PT DI, dan sejumlah perusahaan lainnya. PT Pindad misalnya, menampilkan Panser Anoa dan Rantis Komodo, hingga senjata-senjata terbaru.
Salah satu alutsista terbaru andalan PT Pindad adalah Panser Badak. Adalah JK yang menamai panser anyar tersebut. Panser tersebut dilengkapi Turret canon 90 mm, yang menjadikannya Canon terbesar yang diproduksi di Indonesia. PT Pindad akan memproduksi Panser Badak Secara massal mulai tahun depan.
Sementara itu, korea Selatan memamerkan pesawat tempur terbaru mereka hasil kerjasama dengan Indonesia, yakni KFX. Pemerintah kedua negara sepakat pesawat tempur generasi 4.5 itu akan diproduksi mulai 2015.
Sementara itu, Menhan Ryamizard Ryacudu menjelaskan, pagelaran Indo Defence akan makin memacu pertumbuhan industri pertahanan dalam negeri. Pihaknya pun sangat serius untuk memajukan industri pertahanan dalam negeri untuk kepentingan modernisasi alutsista TNI.
Menurut Ryamizard, ajang Indo Defence mempertemukan para spesialis persenjataan dengan para pembuat kebijakan. Di sinilah mereka akan berdiskusi dan saling tawar menawar untuk memasok kebutuhan alutsista tiap-tiap negara. Selain itu, seluruh perusahaan pembuat senjata bisa saling bertemu.
"Kegiatan ini adalah wahana menjalin kerjasama riset, pemasaran, atau produksi bersama, baik swasta dengan swasta atau Pemerintah dengan Pemerintah," ujar mantan KSAD era Presiden Megawati Soekarnoputri itu. Dengan demikian, perusahaan-perusahaan senjata Indonesia bisa ikut berkembang lewat kerjasama-kerjasama tersebut. (ken/byu)
BACA JUGA: Usut Suap CPNS Muratara, Polisi Bidik KemenPAN dan RB
BACA ARTIKEL LAINNYA... KPK Bisa Saja Jerat Irwansyah Sebagai Penerima Pasif
Redaktur : Tim Redaksi