Joe Biden Ancam Rusia Jika Berani Pengaruhi Pilpres AS

Sabtu, 18 Juli 2020 – 16:02 WIB
Joe Biden capres rival Donald Trump di Pilpres AS 2020. Foto: AFP

jpnn.com - Sejumlah badan intelijen di AS memberi keterangan kepada capres Amerika Serikat dari Partai Demokrat, Joe Biden, terkait usaha Rusia ikut campur di pilpres AS, November 2020.

Capres pesaing kuat Donald Trump itu mengaku telah mendapat bisikan kuat dari pihak intelijen.

BACA JUGA: Siap Tumbangkan Trump, Joe Biden Dapat Sumbangan Dana Kampanye Rp 1,1 Triliun

Menurut Joe Biden, China juga melakukan kegiatan "yang bertujuan membuat kita kehilangan kepercayaan" pada hasil pilpres 2020.

"Kami tahu dari sebelumnya, dan saya menjamin kalian semua bahwa saya sekarang tahu, karena saya telah mendapatkan informasi (dari badan intelijen, red). Rusia masih berupaya mendelegitimasi proses pemilihan umum kita. Ini fakta," kata Biden di depan para pendukungnya saat kampanye virtual dan penggalangan dana.

BACA JUGA: Terungkap, Donald Trump Minta Bantuan Tiongkok demi Memenangi Pilpres AS 2020

Biden memperingatkan bahwa jika Rusia terus ikut campur akan ada "harga yang harus dibayar" jika nantinya ia menang dari petahana, Presiden Donald Trump, saat pilpres.

Sejauh ini, belum jelas bagaimana Biden mendapatkan pengarahan intelijen, tetapi pengarahan seperti itu biasa diterima oleh kandidat presiden.

BACA JUGA: Ketua DPR AS Dukung Rival Donald Trump di Pilpres AS 2020

Tim kampanye Biden belum memberi jawaban terkait pertanyaan itu.

Biden pada sesi jumpa pers 30 Juni mengatakan, ia belum menerima laporan rahasia dari intelijen.

Ia, katanya, kemungkinan akan meminta informasi intelijen, setelah berbagai laporan terbit soal Trump diduga tidak berbuat apa-apa terhadap laporan intelijen, yang  menyebut Rusia menawarkan imbalan bagi Taliban untuk membunuh tentara AS di Afghanistan. 

Mantan wakil presiden Barack Obama itu mengkritik Trump, setelah ada laporan yang menyebut ia tidak membaca hasil pengarahan intelijen.

Sejumlah badan intelijen AS menemukan informasi bahwa Rusia membantu Trump pada pilpres 2016.

Temuan itu dibantah Rusia dan Trump menyebut informasi itu sebagai "kabar bohong". (Reuters/antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler